Kasus Covid-19 di Balikpapan Menurun, tetapi Pelacakan dan Tes Belum Optimal
Meskipun kasus Covid-19 menurun dalam dua bulan terakhir, pelacakan dan tes sampel belum bisa optimal di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Dalam dua bulan terakhir, penambahan kasus harian Covid-19 menurun di Balikpapan, Kalimantan Timur. Namun, pelacakan kontak erat dan masa tunggu hasil tes reaksi rantai polimerase (PCR) masih jauh dari target.
Sebelum September, penambahan kasus positif Covid-19 hampir selalu di atas 30 kasus. Saat ini, penambahan kasus harian di Balikpapan rata-rata di bawah 20 kasus. Itu berdampak positif terhadap tenaga medis di rumah sakit yang merawat pasien.
Meski demikian, pelacakan kontak erat belum bisa dilakukan maksimal. Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan, dalam sehari, target pelacakan kontak erat orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 adalah 30 orang.
”Dari target itu, kita akhir-akhir ini hanya bisa melacak 10 sampai 15 orang kontak erat,” ujar Rizal di Balikpapan, Rabu (18/11/2020).
Ia mengatakan, hal itu terjadi karena penghematan anggaran Covid-19. Setiap kali uji laboratorium PCR di Balikpapan, Pemkot Balikpapan perlu mengeluarkan biaya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebab, alat PCR yang tersedia di Balikpapan bukan milik Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim yang biaya tesnya ditanggung pemerintah pusat.
Laboratorium Kesehatan Daerah Kaltim yang melayani uji laboratorium gratis atau ditanggung APBN terletak di Samarinda, berjarak sekitar 130 kilometer dari Balikpapan. Laboratorium itu melayani uji sampel 10 kabupaten dan kota di Kaltim. ”Sampel dari Balikpapan rata-rata baru diketahui hasilnya dua sampai tiga hari kemudian,” ujar Rizal.
Dari target itu, kita akhir-akhir ini hanya bisa melacak 10 sampai 15 orang kontak erat.
Dengan kondisi demikian, Rizal mengajukan ke pemerintah pusat untuk menyediakan juga alat PCR yang ditanggung APBN di Balikpapan. Setidaknya, alat itu bisa juga menjadi tempat tes untuk daerah yang dekat dengan Balikpapan, seperti Penajam Paser Utara, Paser, dan Kutai Kartanegara.
Tak kewalahan lagi
Hingga Rabu (18/11/2020) pukul 18.00 Wita, total kasus Covid-19 di Balikpapan berjumlah 4.248. Rinciannya, 148 dirawat di rumah sakit, 141 isolasi mandiri, 3.734 sembuh, dan 225 meninggal dunia. Dengan jumlah kasus aktif itu, tenaga medis di rumah sakit sudah tidak kewalahan menangani pasien seperti fase awal pandemi.
”Rumah sakit sekarang lebih tenang, tenaga medis juga tidak sibuk lagi karena pasien menurun 60 persen,” kata Direktur Utama RSKD Balikpapan Edi Iskandar.
Dengan kondisi demikian, dua ruang isolasi yang sebelumnya disediakan khusus untuk pasien Covid-19 di sana sudah tidak digunakan lagi. Pelayanan lain di rumah sakit juga sudah berangsur-angsur normal karena sejumlah perawat dan dokter sudah kembali ke bagian masing-masing.
Peningkatan kapasitas
Saat ini alat PCR untuk menguji spesimen tes usap di Kaltim ada tiga. Alat PCR di RSUD AW Sjahranie mampu memeriksa 300 spesimen per hari, di Laboratorium Kesehatan Daerah Kaltim sekitar 300 spesimen per hari, dan di Universitas Mulawarman sekitar 150 spesimen per hari.
Karena lonjakan kasus meningkat mulai Juli, setiap laboratorium ditingkatkan jumlah uji spesimen dalam sehari. ”Ketika kasus Covid-19 tinggi di Kaltim, kami bisa memeriksa spesimen hingga lima kali sehari dengan jumlah sekitar 500 spesimen yang diuji. Tim kami di laboratorium yang terdiri atas 16 orang, kami bagi menjadi tim pagi dan siang,” kata Kepala Laboratorium Biologi Molekuler Laboratorium Kesehatan Provinsi Kaltim Yetty Fauza.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Kaltim sudah bekerja sama dengan pihak ketiga, yaitu Speed Lab, untuk menyediakan mobile PCR, mobil yang berisi alat PCR untuk melakukan tes keliling. Alat PCR di mobil itu mampu memeriksa 300 spesimen tes usap dalam sehari.
Kontrak kerja sama penggunaan mobile PCR itu hingga Februari 2021 dengan jumlah uji sampel 10.000 spesimen.
”Penggunaannya untuk pemeriksaan tes usap massal, seperti di pasar dan di jajaran pemerintahan. Selain itu, mobile PCR juga digunakan untuk memeriksa spesimen dari kabupaten dan kota untuk mempercepat uji spesimen,” kata Soeharsono.