Area Penambangan di Kaki Merapi Bakal Diawasi Aparat Keamanan
Personel gabungan yang terdiri dari TNI dan Polri Kabupaten Magelang berpatroli di lokasi penambangan di lereng Merapi, Magelang. Upaya ini dilakukan untuk mencegah adanya masyarakat yang nekat menambang pasir.
Oleh
KRISTI UTAMI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Personel kepolisian dan TNI di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bakal rutin berpatroli di lokasi penambangan di kaki Gunung Merapi untuk memastikan tidak ada aktivitas masyarakat. Penambangan dinilai berisiko mengancam keselamatan masyarakat saat aktivitas Merapi masih tinggi.
Sejak status Merapi naik dari Waspada menjadi Siaga, aktivitas penambangan, khususnya di alur sungai berjarak 10 kilometer dari puncak gunung, dilarang. Patroli rutin akan dilakukan setiap hari di Kecamatan Srumbung, Dukun, dan Sawangan.
”Sejak ada rekomendasi penambangan dihentikan, sudah tidak ada lagi aktivitas itu. Kalau ada masyarakat dari luar (Magelang) yang datang, kami arahkan putar balik,” kata Kepala Polres Magelang Ajun Komisaris Besar Ronald Ardiyanto Purba di Magelang, Kamis (12/11/2020).
Dalam kunjungannya ke Magelang, Rabu (11/11/2020), Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi menyampaikan, 270 personel Polda Jateng disiagakan di sejumlah lokasi, seperti di pengungsian, desa rawan bencana, dan penambangan pasir. Luthfi mengimbau masyarakat tidak menambang. Sanksi tegas akan diberlakukan bagi mereka yang nekat.
Camat Dukun Amin Sudrajad mengatakan, tidak ada lagi aktivitas penambangan di wilayahnya sejak awal pekan ini. Sebab, warga yang biasa menambang pasir di Kecamatan Dukun sudah mengetahui ada peringatan potensi erupsi Merapi.
”Masyarakat sudah tahu bahwa ada peningkatan status Merapi yang berpotensi membahayakan penambangan. Sebab, setelah ada rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), kami langsung sosialisasi kepada masyarakat,” ujar Amin.
Ia menambahkan, di Dukun ada tiga desa yang warganya merupakan kawasan petambang pasir. Tiga desa tersebut adalah Krinjing, Keningar, dan Mangunsuko.
”Jalur menuju tempat penambangan pasir itu kebetulan melewati kantor kecamatan. Kalau ada truk yang kira-kira mau ambil pasir ke atas, langsung kami hentikan dan minta tidak menambang sampai situasi kembali aman,” ucap Amin.
Menurut Amin, hingga Kamis siang, masih ada truk pengangkut pasir yang lalu lalang di wilayahnya. Kendati demikian, truk tersebut mengambil pasir dari depo pasir, bukan di bantaran sungai.
Normalnya, ratusan truk pengangkut pasir melintas di depan kantor Kecamatan Dukun setiap hari. Pekan ini, jumlah truk pengangkut pasir yang melintas kurang dari 50 truk dalam sehari.