Kondusivitas Wilayah Jadi Nilai Lebih Investasi di Jawa Tengah
Hal tersebut akan mendukung sejumlah daya tarik, seperti disiapkannya sejumlah kawasan industri, begitu juga kawasan industri yang sudah beroperasi. Pelayanan di kawasan industri akan memudahkan para investor.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya menarik investor sebagai bagian dari upaya menumbuhkan perekonomian daerah. Salah satunya dengan menawarkan kondusivitas wilayah kepada calon investor, di samping peningkatan aksesibilitas, serta infrastruktur.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di sela-sela pembukaan Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2020, di Kota Semarang, Rabu (11/11/2020), mengatakan, kondisi Jateng terbilang kondusif. Hal itu, antara lain, terlihat dari pekerja atau buruh yang tertib dalam berunjuk rasa serta terbuka untuk berdialog.
”Terima kasih kemarin kawan-kawan buruh sudah tertib. Pengusaha juga bisa mengobrol meskipun tak bisa bulat (sepakat penuh). Kondusivitas wilayah menjadi penting, Ini jaminan-jaminan dari pemerintah agar orang bisa berusaha dengan tenang,” kata Ganjar.
Hal tersebut, lanjut Ganjar, akan mendukung sejumlah daya tarik yang disiapkan, seperti sejumlah kawasan industri yang sedang dibangun, begitu juga yang sudah beroperasi. Pelayanan di kawasan industri akan memudahkan para investor mulai dari persiapan hingga industrinya berjalan.
Menurut data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jateng, capaian investasi pada triwulan I-III 2020 sebesar Rp 37,53 triliun. Capaian itu 139 persen dari target, Rp 26,99 triliun. Namun, jumlahnya menurun dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019 senilai Rp 59,50 triliun.
Menurut Ganjar, investasi menjadi salah satu upaya memulihkan perekonomian Jateng, yang pada triwulan III-2020 terkontraksi minus 3,93 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. ”Investasi kami genjot. Tidak bisa hanya menunggu insentif, lalu diam saja,” katanya.
Tantangan investasi berikutnya, menurut Ganjar, ialah dengan terus memperhatikan faktor tata ruang dan aspek lingkungan. Industri harus menyerap banyak tenaga kerja serta ramah lingkungan.
Pada pembukaan CJIBF 2020, Rabu, dilakukan penandatanganan empat letter of intent (LoI) kepeminatan investasi dengan perkiraan nilai sebesar Rp 980 miliar. Tiga di antaranya menanamkan investasi di Kawasan Industri Kendal (KIK), sedangkan satu lainnya di Kabupaten Tegal.
Pihak KIK, yang merupakan kawasan ekonomi khusus, menandatangani kerja sama dengan PT Roda Maju Bahagia, PT Borine Technology Indonesia, dan PT Indesso Aroma.
Presiden Direktur PT Roda Maju Bahagia Hendra mengatakan, faktor upah dan infrastruktur menjadi salah satu alasan menanam modal di Jateng. ”Infrastruktur bagus, pelabuhan juga mau dibangun, airport juga. Selain itu, kami mau membesarkan di wilayah timur, jadi di Jawa Tengah pas,” katanya.
Iklim investasi di Jawa Tengah sangat kondusif. Hal itu, antara lain, karena ada dukungan dalam kemudahan perizinan dan ketersediaan infrastruktur.
Head of Sales and Marketing PT Kawasan Industri Kendal Juliani Kusumaningrum mengatakan, iklim investasi di Jawa Tengah sangat kondusif. Hal itu, antara lain, karena ada dukungan dalam kemudahan perizinan dan ketersediaan infrastruktur.
”Tol Trans-Jawa sangat dekat. Kemudian, ada rencana pembangunan Kendal International Seaport. Sementara UMR kalau dibandingkan dengan Jabar atau Jatim, efisiensinya 100 persen,” ujarnya.