Evakuasi Ternak Belum Jelas, Warga di Zona Bahaya Merapi Gamang
Warga lereng Gunung Merapi di Magelang belum mendapat kejelasan terkait nasib ternak mereka. Pemerintah setempat mengaku akan memfasilitasi pengungsian ternak. Rencana itu mesti disosialisasikan ke pemerintah desa.
Oleh
KRISTI UTAMI/REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sejumlah warga di zona bahaya erupsi Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, belum mendapat kepastian terkait pengungsian ternaknya. Sebagian desa penyangga yang dijadikan tempat pengungsian juga mengaku tidak sanggup menyediakan tempat penampungan dan pakan ternak. Kondisi ini membuat warga masih ragu untuk mengungsi.
Sri Sampir (53), warga Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, menuturkan, hingga Rabu (11/11/2020) petang, dirinya belum mendapat kejelasan terkait evakuasi ternak. Sri sudah berusaha mencari informasi dari pemerintah desa. Namun, jawabannya belum melegakan.
Keluhan serupa disampaikan warga lain, Supriyadi (53). Ia berharap segera ada kejelasan agar dirinya bisa tenang jika sewaktu-waktu harus mengungsi.
”Saya trauma, tahun 2010, dua sapi saya tidak sempat dievakuasi. Dua hari setelah erupsi, saya kembali ke desa dan mendapati sapi-sapi saya sudah sakit. Akhirnya, mau tidak mau saya jual murah,” tutur Supriyadi.
Ia mengatakan, kala itu dua sapi miliknya hanya dibeli seharga Rp 7 juta. Padahal, normalnya, satu sapi seharga Rp 9 juta.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto menjelaskan, evakuasi ternak masuk dalam prosedur standar operasi desa mitra (sister city). Desa mitra atau penyangga tidak hanya bertanggung jawab menampung pengungsi, tetapi juga hewan ternak mereka.
”Desa penyangga akan menyediakan tempat, bisa di pasar hewan dan bisa juga di lapangan terbuka. Sejauh ini belum ada laporan terkait permintaan evakuasi hewan ternak. Sebab, sebagian peternak masih bertahan di kampungnya dan beraktivitas seperti biasa,” kata Edy.
Sementara itu, Kepala Desa Banyurojo Iksan Maksum mengatakan, pihaknya belum menyiapkan lokasi penampungan ternak. Saat ini, mereka masih disibukkan dengan upaya penambahan kapasitas tempat pengungsian orang. Desa Banyurojo merupakan desa penyangga Desa Babadan I.
”Sejujurnya, kami tidak mampu menyediakan lahan untuk menampung ternak pengungsi. Nanti akan coba kami sampaikan kepada pemerintah kabupaten supaya tahu seperti apa solusinya,” ucap Iksan.
Adapun Kanthi Pamungkas Sari, pendamping implementasi desa mitra antara Desa Krinjing di Kecamatan Dukun dan Desa Deyangan di Kecamatan Mertoyudan, mengaku telah menyiapkan lahan untuk menampung hewan ternak. Kendati demikian, Desa Deyangan tidak mampu menyediakan pakan bagi ternak para pengungsi dari Desa Krinjing.
”Kami sudah menyiapkan lapangan dengan daya tampung mencapai 1.200 ekor sapi. Yang masih jadi kendala adalah penyediaan pakan. Sebab, di Desa Deyangan tidak ada jerami,” kata Kanthi.
Pemerintah Kabupaten Magelang mengklaim telah menyiapkan empat lokasi penampungan hewan ternak para pengungsi dari lereng Gunung Merapi. Empat lokasi tersebut adalah pasar hewan Muntilan yang berkapasitas 1.500 ekor sapi, pasar hewan Borobudur dengan kapasitas 300 ekor sapi, pasar hewan Grabag dengan kapasitas 800 ekor sapi, serta kandang milik Universitas Diponegoro di Kecamatan Borobudur yang berkapasitas 50 ekor sapi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang Sukamtono mengatakan, empat lokasi tersebut khusus untuk menampung hewan ternak sapi, kambing, dan domba. Adapun ternak ayam disarankan untuk dijual.
”Kami akan berupaya turut membantu menyediakan pakan, baik pakan konsentrat maupun hijauan. Sebisa mungkin, nantinya akan diupayakan supaya warga pengungsi tidak perlu kerepotan mencari rumput,” ujar Sukamtono.
Menurut sejumlah kepala desa, rencana itu belum disosialisasikan. Mereka berharap rencana tersebut bisa segera disosialisasikan agar segera ada tindak lanjut.