Sebanyak 294 ekor sapi milik warga Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY, mulai dievakuasi, Senin (9/11/2020). Evakuasi dilakukan bertahap.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Ternak milik warga Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai dievakuasi, Senin (9/11/2020). Jumlah ternak yang akan dievakuasi 294 ekor sapi, yang terdiri dari sapi perah dan sapi pedaging. Evakuasi akan dilakukan secara bertahap.
Dusun Kalitengah Lor merupakan salah satu daerah yang berpotensi terkena bahaya akibat erupsi Merapi, setelah terjadi peningkatan status gunung tersebut dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Ancaman bahaya erupsi berada dalam radius 5 km dari puncak gunung tersebut. Dengan kondisi itu, warga kelompok rentan dan ternak perlu dievakuasi lebih dahulu sebagai langkah mitigasi.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Sleman, Heru Saptono, mengatakan, ternak berupa sapi perah diprioritaskan agar dapat dievakuasi lebih dahulu. Total sapi perah milik warga berjumlah 94 ekor.
Ini tahap awal yang dievakuasi sapi perah. Sebab, perawatan sapi perah berbeda dengan sapi potong. Risiko stresnya juga tinggi. (Heru)
Ditargetkan, sebanyak 90 sapi perah Sapi perah dievakuasi di kandang komunal milik warga, di Dusun Singlar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Barak tersebut berjarak 8,5 km dari puncak Merapi.
”Ini tahap awal yang dievakuasi sapi perah. Karena, treatment-nya (sapi perah) berbeda dari sapi potong (pedaging). Risiko stresnya juga tinggi. Jadi, kami awali dengan sapi perah. Sambil mempersiapkan tempat, secara bertahap, sapi potong juga akan kami evakuasi,” kata Heru, di Dusun Singlar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY.
Heru menambahkan, sebagian sapi pedaging juga akan dievakuasi di kandang komunal tersebut. Sebab, peternak yang mempunyai sapi perah, sebagian juga memiliki sapi pedaging. Ia mengklaim, kapasitas kandang komunal tersebut masih memadai.
Kandang darurat
Selain itu, Heru mengungkapkan, pihaknya juga tengah menyiapkan kandang darurat bagi sapi pedaging. Jumlah sapi pedaging yang akan dievakuasi berjumlah 200 ekor. Kandang darurat itu berlokasi di barak pengungsian, yakni di kompleks Balai Desa Glagaharjo. Diharapkan, semua ternak milik warga bisa segera dievakuasi secepatnya.
”Evakuasi menjadi penting agar kejadian (erupsi Merapi) 2010 tidak terulang lagi. Saat itu, masyarakat sudah dievakuasi, tetapi ternaknya belum sehingga banyak korban ternak. Harapannya itu tidak terjadi lagi,” kata Heru.
Saukir Sarto Wiyono (60), warga Kalitengah Lor, merupakan salah seorang warga yang turut dievakuasi ternaknya. Ia menyadari, ada peningkatan aktivitas Merapi yang membahayakan keselamatan ternaknya. Ia tak mau ambil risiko sehingga mengikuti arahan pemerintah setempat untuk mengevakuasi ternaknya di kandang yang berada dalam jarak aman.
”Ini untuk keselamatan ternak. Yang paling penting, ternaknya selamat, warganya juga selamat. Tidak ada bedanya soal memberi pakan dan memerah sapi di kandang komunal. Ini untuk keselamatan semuanya,” kata Saukir.
Hal serupa disampaikan, Ladi (35), warga Kalitengah Lor. Pada 2010, ia kehilangan enam ekor sapinya akibat erupsi. Saat ini, ia sudah memiliki enam ekor sapi lagi. Ia mengevakuasi sapi miliknya tidak lagi menjadi korban erupsi.
Namun, belum semua warga bersedia mengevakuasi sapinya ke tempat yang lebih aman. Salah seorang warga tersebut adalah Kemi (35), warga Kalitengah Lor. ”Saya baru akan mengungsikan kalau nanti kondisi (Merapi) sudah meningkat lagi. Saat ini, lebih nyaman buat memerah sapi ataupun memberi pakan di rumah,” katanya.
Terkait temuan itu, Heru mengungkapkan, pihaknya akan terus berupaya mengedukasi warga mengenai pentingnya melakukan evakuasi ternak lebih cepat. Ia ingin lebih menyadarkan warga tentang ancaman bahaya jika ternak tidak segera dievakuasi.
”Kami edukasi pelan-pelan. Secara umum, masyarakat memang sudah mau dievakuasi ternaknya. Yang belum mau, akan kami beri tahu risiko-risikonya. Tidak mudah memang evakuasi ternak ini,” ujarnya.