Hujan menyebabkan kandungan air gabah di Malang lebih tinggi. Kondisi ini berpengaruh terhadap harga gabah.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kandungan air yang cukup tinggi membuat harga gabah kering panen pada musim panen kemarau II (gadu kedua) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, turun menjadi Rp 4.700-Rp 4.800 per kilogram dari sebelumnya Rp 5.000-Rp 5.100 per kg. Penurunan harga berlangsung sejak akhir Oktober.
Pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Malang, Ali Masjudi, Minggu (8/11/2020), mengatakan, meski turun, harga gabah di Kabupaten Malang masih relatif lebih tinggi dibanding daerah lain di Jawa Timur. Harga gabah kering panen (GKP) di daerah lain, seperti Kabupaten Ngawi, hanya Rp 3.800 per kg dari biasanya di atas Rp 4.500 per kg.
”Harga GKP di Kabupaten Malang pada akhir September-akhir Oktober masih tembus Rp 5.100 per kg. Akhir Oktober-awal November ini, kadar air tinggi akibat hujan. Akhirnya, rendemen berasnya turun. Ini berpengaruh pada harga jual dari petani,” ujarnya.
Dari pengamatan Kompas di Kecamatan Singosari, Karangploso, Pakis, Pakisaji, dan Wagir, kondisi tanaman padi bervariasi. Ada yang sedang panen, sudah panen, maupun ada petani yang tengah mengolah lahan.
Menurut Ali, cuaca tidak hanya berpengaruh terhadap gabah yang masih berada di sawah, tetapi juga yang sudah dipanen. Hujan yang mulai turun sejak akhir Oktober membuat lama waktu penjemuran menjadi berkurang dibanding saat kemarau.
”Untungnya, turunnya harga gabah di Malang tidak terlalu tinggi. Kadar air ini menambah produksi gabah yang dipanen sehingga kerugian yang diderita petani tidak terlalu besar. Harapannya, musim panen berikutnya harga bisa membaik kembali,” katanya.
Pada tahun 2019, mengacu pada data Badan Pusat Statistik, produksi padi di Kabupaten Malang mencapai 498.586 ton gabah kering giling (GKG) dengan produktivitas 7,09 ton per hektar. Luas panen padi di Kabupaten Malang saat itu mencapai 70.312 hektar.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Malang Nasri Abdul Wahid berharap, kondisi cuaca Oktober 2020-Maret 2021 tidak terlalu basah sehingga capaian rendemen gabah bisa optimal dan produktivitas padi bisa bertahan di angka 7 ton per hektar.
Nasri memperkirakan, luas panen kumulatif tahun 2020 sampai akhir tahun bisa mencapai 72.000-73.000 hektar. Luas panen ini lebih banyak dari tahun 2019 yang hanya 70.312 hektar. ”Karena itu, Kabupaten Malang diharapkan masih surplus beras hingga 73.000 ton,” katanya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang Budiar Anwar mengatakan, memasuki musim tanam kali ini, pihaknya tengah bersiap menerapkan program pemerintah pusat berupa tanam padi empat kali setahun (IP400).
Menurut rencana, Kabupaten Malang akan menerapkan program tersebut di Kecamatan Sumberpucung. Di daerah itu terdapat hamparan sawah seluas 240 hektar dengan sistem irigasi. Selain IP400, ini juga untuk mendukung program food estate atau lumbung pangan. Menurut Budiar, ada surat edaran baru dari pusat yang mengharuskan provinsi punya food estate.
”Kami ada program IP400, yakni padi tanam empat kali dalam setahun untuk meningkatkan produktivitas padi. Masing-masing dua kali 90 hari dan dua kali 70 hari. Ini sekaligus juga untuk menyediakan program food estate. Kabupaten Malang bersedia melaksanakan food estate kalau untuk tanaman pangan,” katanya.