Sejumlah Destinasi Wisata di Lereng Merapi Tutup Sementara
Sejumlah destinasi wisata di lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditutup sementara. Penutupan itu dilakukan setelah status aktivitas Gunung Merapi meningkat dari Waspada menjadi Siaga,
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO/HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah destinasi wisata di lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditutup sementara. Penutupan itu dilakukan setelah status aktivitas Gunung Merapi meningkat dari Waspada menjadi Siaga, Kamis (5/11/2020).
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menetapkan status Siaga di Merapi, Kamis, pukul 12.00. BPPTKG juga menyatakan, radius bahaya akibat erupsi Merapi maksimal 5 kilometer dari puncak.
Salah satu destinasi wisata yang ditutup adalah Bungker Kaliadem di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Berdasarkan pantauan Kompas, Jumat (6/11/2020) pagi, suasana di sana sepi. Sejumlah pedagang suvenir telah mengemasi dagangannya.
Salah seorang pedagang, Sri Sumiah (36), mengatakan, dirinya langsung mengemasi barang dagangan setelah status Merapi meningkat. Kios-kios di Bungker Kaliadem juga akan ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan. ”Kami berkemas-kemas sejak pukul 06.00. Beberapa sudah selesai mengemas, tetapi belum semuanya,” kata Sri saat ditemui di Bungker Kaliadem.
Sri mengatakan, total ada 16 kios suvenir di Bungker Kaliadem. Dia menambahkan, untuk sementara, seluruh barang dagangan milik pedagang akan disimpan di rumah masing-masing. Sebagian besar pedagang tinggal di hunian tetap di Dusun Pager Jurang, Desa Kepuharjo. Jaraknya, lebih dari 10 kilometer dari puncak Merapi.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Aris Herbandang menjelaskan, ada beberapa destinasi wisata di lereng Merapi yang ditutup. Selain Bungker Kaliadem, Pemkab Sleman juga menutup Bukit Klangon di Desa Glagaharjo, Cangkringan.
Kawasan Kinahrejo di Desa Umbulharjo, Cangkringan, juga ditutup. Di Kinahrejo terdapat petilasan rumah almarhum Mbah Maridjan. Dia adalah juru kunci Merapi yang meninggal saat erupsi besar tahun 2010. Alasan penutupan karena tempat-tempat itu berada dalam radius 5 kilometer dari puncak.
Herbandang menambahkan, masih ada destinasi wisata di lereng Merapi yang tetap beroperasi. Salah satunya kawasan wisata Kaliurang di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Destinasi itu berjarak 6,8 kilometer dari puncak Merapi atau di luar zona bahaya yang ditetapkan BPPTKG.
”Lava tour”
Herbandang menambahkan, aktivitas jip wisata lava tour di kawasan lereng Merapi sejauh ini masih diperbolehkan beroperasi. Namun, aktivitasnya hanya boleh beroperasi di luar radius 5 kilometer dari puncak Merapi.
”Masih kami buka jalur jip. Tetapi, izinnya sesuai dengan garis sesuai jarak aman. Untuk teman-teman jip akan segera kami koordinasikan,” kata Herbandang.
Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi Dardiri mengatakan, setelah status Merapi naik, Dinas Pariwisata Sleman memang tidak menghentikan aktivitas lava tour. Namun, aktivitas itu diminta dilakukan di luar radius 5 km dari puncak Merapi.
Dia menyebutkan, asosiasi ini beranggotakan 29 komunitas jip di lereng Merapi di Sleman. Total ada sekitar 880 mobil jip yang biasa beroperasi. Namun, setelah adanya pandemi ini, yang beroperasi kurang lebih hanya 500 jip melayani wisatawan.
Lava tour merupakan kegiatan wisata menyusuri sejumlah wilayah di lereng Merapi menggunakan mobil jip. Dalam aktivitas wisata itu, wisatawan diajak mengunjungi beberapa tempat terdampak erupsi Merapi sebelumnya. Salah satu tempat yang biasa dikunjungi, seperti Bungker Kaliadem dan petilasan rumah almarhum Mbah Maridjan. Kali ini kedua tempat itu masuk dalam zona terlarang.
Dardiri menambahkan, pihaknya telah menyiapkan destinasi pengganti yang bisa dikunjungi karena berada di luar radius 5 km dari puncak Merapi. Salah satunya Dusun Bakalan, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Kawasan itu terdampak erupsi besar Merapi tahun 2010.
Menurut Dardiri, wisatawan masih bisa melihat sisa-sisa erupsi tahun 2010 di Dusun Bakalan. Sejumlah bangunan dan fasilitas di dusun tersebut belum diperbaiki sejak erupsi. ”Jarak tempat itu ke puncak Merapi 10-12 Km sehingga aman untuk dikunjungi,” tuturnya.
Selain itu, pengelola lava tour juga menawarkan paket wisata melihat lava pijar saat malam dari Dusun Sumberan, Desa Candibinangun, Kecamatan Pakem. Dardiri mengatakan, apabila Merapi mengeluarkan lava pijar pada malam hari, wisatawan bisa melihat lava pijar itu dari Dusun Sumberan yang berjarak sekitar 13 kilometer dari puncak.
Akan tetapi, tampak atau tidaknya lava pijar itu sangat bergantung pada kondisi cuaca. Apalagi, waktu keluarnya lava pijar dari Gunung Merapi juga tidak bisa dipastikan. ”Untuk melihat lava pijar ini memang untung-untungan,” kata Dardiri.
Selain menyiapkan destinasi yang aman dikunjungi, Dardiri menyatakan telah menginstruksikan seluruh pengemudi jip lava tour untuk membekali diri dengan perlengkapan yang dibutuhkan. Salah satu yang utama adalah radio panggil (HT) untuk memantau informasi terbaru Merapi.
Dardiri menuturkan, saat berhenti di destinasi wisata, para pengemudi jip lava tour juga telah diinstruksikan memarkirkan mobil jip menuju ke arah jalan. Hal ini penting guna memudahkan jika aktivitas Merapi terus meningkat.
”Driver (pengemudi) tidak boleh panik.Mereka sudah dibekali informasi mengenai aktivitas Merapi dari BPPTKG,” ujarnya.