Komitmen Calon Wali Kota Atasi Persoalan Lingkungan di Lampung Dinanti
Masyarakat Kota Bandar Lampung menanti komitmen para kandidat pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang maju dalam Pilkada 2020.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Masyarakat Kota Bandar Lampung menanti komitmen para kandidat pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang maju dalam Pilkada 2020. Selain program kota berkelanjutan, pemimpin yang terpilih diharapkan memiliki kebijakan anggaran untuk perbaikan berbagai persoalan lingkungan.
Hal itu mengemuka dalam diskusi publik bertajuk ”Masa Depan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung yang Berkelanjutan” di Bandar Lampung, Kamis (5/11/2020). Kegiatan yang digelar Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung itu dihadiri para pemerhati lingkungan, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Acara juga dihadiri kandidat wali kota dan wakil wali kota Bandar Lampung. Hadir calon wali kota Bandar Lampung nomor urut 01 Rycko Menoza, calon wali kota Bandar Lampung nomor urut 02 Yusuf Kohar, dan calon wali kota Kota Bandar Lampung nomor urut 03 Deddy Amarullah.
Berdasarkan catatan Walhi Lampung, Bandar Lampung menghadapi berbagai persoalan lingkungan hidup. Setidaknya ada 23 sungai di Bandar Lampung yang kualitas airnya sangat buruk. Selain mengalami pendangkalan dan penyempitan, sungai juga masih menjadi tempat pembuangan limbah.
Sebagian besar perbukitan di Kota Bandar Lampung juga rusak akibat aktivitas pertambangan ilegal. Dari 33 bukit, sebanyak 20 bukit dalam kondisi hancur. Sementara kapasitas ruang terbuka hijau di Bandar Lampung baru terpenuhi 11,08 persen. Kondisi itu jauh dari ideal yang semestinya minimal 20 persen.
Kerusakan lingkungan yang kian parah membuat Kota Bandar Lampung menjadi langganan banjir saat musim hujan. Saat kemarau, sejumlah daerah juga dilanda kekeringan.
Saat kemarau, sejumlah daerah juga dilanda kekeringan.
Direktur Eksekutif Walhi Lampung Irfan Tri Musri menilai, Bandar Lampung membutuhkan pemimpin yang memiliki komitmen dan kebijakan yang berpihak pada lingkungan. Hal itu amat penting agar Bandar Lampung tidak terus dilanda bencana banjir dan longsor.
Selain persoalan penumpukan sampah di pesisir, menurut dia, pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA) di Bandar Lampung juga belum baik. TPA Bakung yang menjadi satu-satunya tempat pembuangan sampah di Bandar Lampung masih menggunakan sistem pembuangan terbuka.
Selain itu, sampah yang masuk ke TPA itu juga sudah melebihi kapasitas. Setiap hari, volume sampah yang dihasilkan di Bandar Lampung sekitar 800-1.000 ton, lebih besar dari kapasitas TPA yang idealnya menampung 230 ton sampah per hari.
Dalam diskusi tersebut, Yusuf Kohar berjanji akan mengalokasikan anggaran sekitar 15 persen untuk perbaikan lingkungan jika menang dalam kontestasi Pilkada 2020. Selain perbaikan kawasan pesisir Kota Bandar Lampung, anggaran juga akan dialokasikan untuk mengatasi persoalan sampah.
Hal serupa juga diungkapkan Deddy Amarullah. Dia juga menyatakan berkomitmen mengalokasikan anggaran untuk perbaikan lingkungan.
Sementara itu, Rycko Menoza mengaku belum dapat memprediksikan anggaran untuk perbaikaan lingkungan. Pasalnya, dia belum mengetahui kondisi keuangan Kota Banda Lampung, apakah dalam kondisi surplus atau defisit.
Meski demikian, dia mengatakan sudah merancang berbagai kebijakan untuk mengurangi beban lingkungan di Kota Bandar Lampung. Salah satunya ialah mendorong agar pembangunan Kota Baru, Kabupaten Lampung Selatan, sebagai kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi Lampung bisa dilanjutkan.