Harimau Sumatera dari Tapanuli Selatan Dilepasliarkan di Leuser
Menggunakan helikopter, seekor harimau sumatera, Sri Nabilla, dibawa dari Bandara Patiambang, Gayo Lues, menuju Kappi, zona inti Taman Nasional Gunung Leuser, untuk dilepasliarkan, Selasa (3/11/2020).
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara melepasliarkan seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang diberi nama Sri Nabilla di Kappi, zona inti Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Gayo Lues, Aceh, Selasa (3/11/2020). Harimau dibawa ke Kappi dari Bandara Patiambang, Gayo Lues, menggunakan kandang yang dikaitkan dengan helikopter.
Sebelum mencapai Bandara Patiambang, Sri Nabilla harus menempuh perjalanan darat selama 20 jam dari Sanctuary Harimau Barumun, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, tempat ia dirawat. Nabilla berangkat dari Barumun pada Minggu (1/11/2020). ”Senin sore sudah sampai di bandara dan menginap semalam sebelum dilepasliarkan dengan helikopter,” kata Kepala Subbagian Data, Evlap dan Kehumasan BBKSDA Sumut Andoko Hidayat saat dihubungi, Selasa.
Sri Nabilla merupakan harimau yang masuk kandang jebak di Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Tapanuli Selatan, akhir Agustus lalu. Sebelumnya, sejak awal Agustus Nabilla dilaporkan warga berkeliaran di pinggiran desa penyangga hutan dengan memakan ternak warga dan menimbulkan keresahan warga desa.
Tim BBKSDA Sumut pun memasang kandang jebak yang kemudian dimasuki Nabilla. Saat ditemukan, Nabilla dalam kondisi sehat tetapi malnutrisi akibat kekurangan pakan. Berat badannya 45,2 kilogram. Harimau berumur 2-3 tahun itu mengalami dehidrasi dan anemia, juga terindikasi mengalami gangguan hati dan ditemukan banyak parasit externa (kutu) di kulitnya.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara Hotmauli Sianturi mengatakan, pengecekan secara berkala dilakukan selama dirawat di Sanctuary Harimau Barumun dan hasilnya menunjukkan terus ada perbaikan. ”Hasil pengecekan medis terakhir tanggal 30 Oktober menunjukkan Sri Nabilla sehat dan siap untuk dilepasliarkan,” kata Hotmauli dalam keterangan tertulis.
Hasil pengecekan medis terakhir tanggal 30 Oktober menunjukkan Sri Nabilla sehat dan siap untuk dilepasliarkan.
”Melalui koordinasi dan diskusi panjang dan efektif dengan melibatkan semua stakeholder, akhirnya harimau sumatera Sri Nabilla kami lepasliarkan di Kappi-TNGL,” kata Hotmauli.
Berdasarkan survei yang dilakukan, katanya, Kappi- Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dipilih karena di situ merupakan habitat harimau sumatera, tepatnya di kawasan Cempege. Luas lokasi sekitar 4 hektar, berada di ketinggian 1.320 meter di atas permukaan laut, datar, terbuka, dan berbatu.
Selain itu, di Kappi terdapat sumber air dan mangsa, seperti rusa, kijang, dan kambing hutan. Sebelum dilakukan lepas liar, lokasi itu juga sudah dibersihkan dari jerat oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, agar harimau tidak terkena jerat.
Harimau sumatera masuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah. Berdasarkan Population Viable Assesment 2016, diperkirakan jumlahnya tinggal 500-600 ekor yang tersebar di hutan-hutan Pulau Sumatera. Pemerintah melindunginya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.