Picu Banjir, Hentikan Kebiasaan Lubangi Tanggul Sungai di Kebumen
Banjir di Kebumen akibat dari sejumlah tanggul sungai jebol. Jebolnya tanggul sungai disebabkan oleh aktivitas warga melubangi tanggul untuk irigasi. Solusi pompa air dibutuhkan petani.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO/ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS — Petani di Kabupaten Kebumen diimbau tidak melubangi tanggul sungai untuk mengairi sawahnya. Perbuatan itu rentan menyebabkan jebolnya tanggul sungai dan memicu banjir yang merendam rumah warga.
”Kami bakal memberi penyuluhan kepada petani agar tidak melubangi tanggul lagi,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kebumen Tri Haryono saat dihubungi dari Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (3/11/2020).
Tri menyampaikan, pihaknya juga akan memberi bantuan pompa air kepada petani sesuai dengan proposal yang diajukan. Hal ini diharapkan menjadi solusi petani dalam memenuhi kebutuhan mereka terhadap air. ”Untuk pompanya, tergantung proposal. Setelah mengajukan, nanti kami cek kondisinya,” ujar Tri.
Dalam siaran pers yang diterima Kompas, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mendapat laporan adanya ulah petani yang kerap melubangi tanggul di Kecamatan Puring, Kebumen. Hal itu agar petani mendapatkan air untuk sawahnya.
Akan tetapi, akibatnya fatal. Tindakan itu menyebabkan tanggul sungai jebol dan mengakibatkan banjir yang merendam rumah di beberapa desa. Kini, tanggul sepanjang 50 meter dan lebar 6 meter itu sudah diperbaiki.
Laporan itu disampaikan Kepala Desa Madurejo Ajar Dwiyono dan Kepala Desa Sidobunder Sarno ketika Ganjar mengunjungi lokasi tanggul jebol. ”Untuk itu, kami minta bantuan pompa air yang bisa menyedot air dari sungai ke sawah. Itu jebol karena warga melubangi tanggul,” kata Ajar.
Ganjar meminta kepala desa dan aparat setempat mengedukasi warga agar menjaga tanggul. ”Kenapa dilubangi, karena butuh air untuk pertanian. Maka, saya minta ini tidak boleh terjadi lagi. Ayo warga, tolong jaga tanggulnya,” kata Ganjar.
Ganjar pun menyampaikan, pompa bakal menjadi solusi yang baik dan perlu diupayakan pemerintah kabupaten dan provinsi. Bahkan, Kementerian Pertanian pun dapat ikut membantu.
Sementara itu, Ganjar juga mengingatkan, meski para pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing, kewaspadaan tetap diperlukan. Saat ini, dikatakannya masih awal La Nina. Pengungsi pun harus tetap menerapkan jaga jarak untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kebumen Teguh Kristiyanto mengatakan, ada 22 titik tanggul jebol di Kebumen. Selain itu, juga terdapat 230 titik longsor di sejumlah daerah.
”Ada empat desa yang terdampak banjir, terparah di Madurejo dan Sidobunder. Pengungsi sekitar 2.000, tetapi saat ini sudah pulang semuanya. Perbaikan tanggul juga kami kebut agar segera selesai sehingga masyarakat merasa aman,” katanya.