Antisipasi Banjir Surabaya ”Tersumbat” Warga Buang Sampah ke Saluran
Kalangan warga Surabaya, Jawa Timur, masih membuang sampah sembarangan, terutama ke saluran air sehingga akan merugikan warga sendiri dan menyulitkan kinerja aparatur Pemerintah Kota Surabaya mengantisipasi banjir.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kalangan warga Surabaya, Jawa Timur, masih membuang sampah sembarangan, terutama ke saluran air. Perilaku tak terpuji itu akan merugikan warga sendiri dan menyulitkan kinerja aparatur Pemerintah Kota Surabaya mengantisipasi banjir saat musim hujan.
Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 440 miliar untuk pencegahan dan penanggulangan banjir tahun ini. Dana untuk membiayai program pengerukan, perbaikan, dan pembersihan jaringan saluran air, pembelian dan peningkatan kapasitas mesin dan rumah pompa air, dan pembangunan sejumlah instalasi pengendalian banjir.
Dua bulan terakhir, aparatur pemerintah secara rutin mengecek kondisi saluran air. Tanggul rusak diperbaiki. Pengerukan ditempuh di jaringan selokan dengan endapan lumpur tebal. Pepohonan juga dipangkas untuk menekan potensi bahaya saat hujan datang disertai angin kencang.
Namun, sejumlah upaya itu terganggu oleh perilaku tak patut kalangan warga ”Bumi Pahlawan” yang membuang sampah sembarangan. Saat musim hujan mendekat seperti saat ini, kalangan masyarakat sepatutnya bekerja bakti untuk membersihkan lingkungan, terutama saluran terbuka.
Saya minta tolong agar warga tidak lagi buang sampah langsung ke saluran air. Tindakan seperti itu justru bisa menimbulkan bencana banjir karena ketika intensitas hujan tinggi, saluran air tersumbat dengan sampah. (Tri Rismaharini)
Jika malah ditambahi dengan sampah yang menyumbat, saat hujan turun dengan deras, prasarana mungkin tak sanggup menampung air, meluber, dan menimbulkan banjir.
”Saya minta tolong agar warga tidak lagi buang sampah langsung ke saluran air. Tindakan seperti itu justru bisa menimbulkan bencana banjir karena ketika intensitas hujan tinggi, saluran air tersumbat dengan sampah,” ujar Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya.
Risma pun menyayangkan sampai sekarang masih ada yang membuang sampah ke saluran karena akan membuat kawasan berpotensi tergenang. Hal ini diungkap lagi saat Tri Rismaharini di sela kerja bakti di Jalan Raya Kupang Baru, Kamis (29/10/2020).
Saluran air Jalan Raya Kupang Baru, sebulan lalu, telah dikeruk, tetapi sedimen ternyata kembali tebal dan ditambah sampah. Padahal, di Kupang Indah sudah terpasang pompa air yang bertujuan menyedot dan mendorong air agar tidak membanjiri kawasan tersebut. Keberadaan sampah akan menghambat dan merusak mesin pompa sehingga upaya penanganan banjir nantinya tidak maksimal.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan telah melaksanakan program penggantian sejumlah pompa air dari kapasitas 3 meter kubik per detik ke 5 meter kubik per detik. Ada 10 pompa baru yang telah dipasang dan harga masing-masing sarana tersebut Rp 5 miliar.
Pencegahan banjir
Menurut Erna, ada sejumlah program pencegahan banjir yang telah dan masih dilaksanakan meski aparatur juga menghadapi situasi wabah Coronavirus disease2019 (Covid-19) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Rancangan dimaksud ialah penormalan fungsi boezem atau embung atau waduk, saluran air terbuka dan tertutup box culvert dengan pengerukan, pembersihan, dan penanggulan.
Selain itu, pengecekan, perbaikan, dan peningkatan rumah pompa air. Di Surabaya terdapat 56 lokasi rumah pompa air. Di setiap sarana setidaknya ada 2-6 pompa. Pompa-pompa yang rusak diperbaiki atau diganti sehingga kapasitas yang rata-rata 3 meter kubik per detik dapat ditingkatkan menjadi 5 meter kubik per detik.
Pekerjaan lainnya ialah penanggulan Kali Lamong sepanjang 2 kilometer di Sumberejo sampai Dukuh Gendong yang ditargetkan selesai November ini untuk mencegah luapan sungai merembes atau membanjiri kawasan tersebut.