Ratusan Rumah Terendam di Cilacap, Terparah 10 Tahun Terakhir
Ratusan rumah terendam banjir di Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, akibat hujan deras dua hari terakhir. Warga mengungsi ke tempat aman dan membutuhkan bantuan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Lebih dari 600 rumah di Desa Gentasari dan Desa Mujur Lor, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terendam banjir dengan ketinggian 50 sentimeter hingga 1,5 meter akibat hujan lebat dalam dua hari terakhir. Ratusan warga mengungusi ke tempat aman. Perahu karet serta rakit batang pisang dimanfaatkan untuk evakuasi warga.
”Di Desa Gentasari, khususnya di Dusun Karag, ada 608 jiwa atau lebih kurang 209 keluarga yang terdampak banjir, sedangkan di Desa Mujur Lor ada sekitar 600 rumah terendam,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap Arif Pratomo di Desa Gentasari, Selasa (27/10/2020).
Arif mengatakan, banjir terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi dan meluapnya sungai-sungai di Kroya. Pihaknya kini masih fokus menyelamatkan warga yang terjebak banjir. Pihaknya juga akan mendirikan dapur umum bagi lebih dari seribu warga yang terpaksa mengungsi.
Rina (27) salah satu pengungsi di MI Muhammadiyah Gentasari mengatakan, dirinya bersama keluarga beserta bayinya yang berusia 1 tahun terpaksa mengungsi sejak pukul 05.30 karena ketinggian air sudah mencapai 1 meter. ”Ini mau cari nasi belum dapat, jadi buat bubur saja buat anak saya,” kata warga RT 07 RW 06 Gentasari itu.
Selain belum adanya makanan yang dibagikan kepada warga, lanjut Rina, anaknya juga membutuhkan perlengkapan bayi, seperti popok dan perlengakapan mandi. Dia tidak bisa membawa banyak barang saat evakuasi karena air sudah tinggi.
Hal serupa disampaikan Sri Ekowati (62) warga lainnya. Dirinya terpaksa mengungsi sejak pukul 04.00 karena air sudah masuk lebih dari 1 meter di rumahnya. ”Tadinya saya mau bertahan di rumah, tapi air terus naik. Kami akhirnya mengungsi dan hanya bawa baju saja yang dipakai ini. Barang-barang elektronik, seperti TV, di rumah tidak tahu kena air atau tidak,” tutur Sri.
Ikhsan (55), warga lainnya, menyampaikan, banjir kali ini adalah yang terparah setidaknya dalam 10 tahun terakhir. ”Biasanya air hanya semata kaki dan tidak masuk rumah. Ini parah karena ada tanggul Sungai Tipar yang jebol,” tutur Ikhsan.
Di pengungsian, warga menggelar tikar dan kasur yang sempat mereka bawa dari rumah. Mereka menggunakan sejumlah ruang kelas di MI Muhammadiyah Gentasari. Per ruang dengan ukuran sekitar 8 meter x 8 meter diisi oleh 10-12 warga. Kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak yang berada di pengungsian itu.
Banjir kali ini adalah yang terparah setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
Sementara para bapak dan orang muda bergotong royong mengevakuasi harta benda mereka. Sejumlah rakit dari batang pohon pisang digunakan untuk mengangkut sepeda motor. Selain batang pisang, rakit juga dibuat dari galon air mineral dan drum bahan bakar minyak. ”Kalau hujan turun lagi, mungkin baru besok airnya surut,” ucap Sri.