Membuka Tabir yang Mengisolasi Pesisir Kota Delta
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, bergaris pantai 34 kilometer. Itu menyebabkan daerah di delta Brantas ini kaya hasil perikanan laut dan budidaya, tetapi sebagian kawasan masih terisolasi.
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, bergaris pantai 34 kilometer. Itu menyebabkan daerah di delta Brantas ini kaya hasil perikanan laut dan budidaya. Namun, sebagian kawasan masih terisolasi sehingga warganya pun tertatih-tatih memperbaiki taraf kehidupan.
Ruang kelas Sekolah Dasar Negeri 2 Gebang tampak sepi, Selasa (20/10/2020). Namun, bukan karena murid-muridnya sedang belajar secara dalam jaringan dari rumah masing-masing. Keterbatasan akses internet memaksa mereka tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi Covid-19.
Kepala SDN 2 Gebang Hariyono mengatakan, selain terkendala akses internet, mayoritas siswa juga tak memiliki telepon pintar karena keterbatasan kondisi ekonomi orangtua mereka. Oleh sebab itulah, pembelajaran tatap muka tetap digelar agar para siswa tidak tertinggal pelajaran.
Untuk mencegah sebaran covid-19, sekolah menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Selain itu, meminimalkan interaksi sosial dengan cara sepekan belajar di sekolah dan sepekan berikutnya mengerjakan tugas di rumah. Itu dilakukan secara bergantian setiap pekan.
”Kebijakan menggelar sekolah tatap muka didasarkan pada hasil musyawarah antara guru dan orangtua siswa. Pertimbangan lain, karena jumlah siswa tidak banyak per kelasnya sehingga protokol kesehatan menjaga jarak aman bisa diterapkan,” ujar Hariyono.
Baca juga : Kawasan Mangrove di Sidoarjo
Dia menambahkan, murid SDN 2 Gebang berjumlah 27 orang. Mereka dididik oleh empat guru yang mayoritas berasal dari luar desa dan harus menempuh perjalanan pergi-pulang setiap hari menggunakan motor. Pada musim hujan, para guru menggunakan perahu karena jalan darat tidak bisa ditembus.
SDN 2 Gebang merupakan salah satu sekolah di daerah pinggiran Sidoarjo. Lokasinya di Dusun Pucukan, Kelurahan Gebang, Kecamatan Sidoarjo. Meski secara administratif masuk wilayah ibu kota kabupaten, faktanya, lokasi dusun ini sangat terpencil. Untuk menjangkaunya harus menyusuri Sungai Obarabir menggunakan perahu nelayan bermesin tempel.
Kebijakan menggelar sekolah tatap muka didasarkan pada hasil musyawarah antara guru dan orangtua siswa. Pertimbangan lain, karena jumlah siswa tidak banyak per kelasnya sehingga protokol kesehatan menjaga jarak aman bisa diterapkan. (Hariyono)
Waktu tempuhnya sekitar 1 jam sekali perjalanan atau 2 jam untuk perjalanan pergi-pulang. Sebuah dermaga sederhana tempat berlabuhnya kapal nelayan telah dibangun oleh pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Lokasinya di Desa Bluru Kidul, Kecamatan Sidoarjo.
Tarif sewa satu unit perahu nelayan menuju Dusun Pucukan Rp 300.000 untuk perjalanan pergi dan menjemput saat pulang. Para nelayan ini biasanya melayani warga yang hobi memancing. Warga Dusun Pucukan menggunakan perahu sendiri karena sebagian besar nelayan.
Sementara jalur darat hanya bisa diakses melalui Desa Kedung Peluk, Kecamatan Candi. Itu pun jalannya berupa pematang tambak dengan lebar variatif sehingga tak bisa dilalui kendaraan roda empat. Mayoritas pematang itu berupa tanah gembur dengan kontur permukaan yang bergelombang.
Jalan produksi
Baru sebagian kecil yang permukaannya dipaving. Pemavingan itu merupakan program perbaikan jalan produksi usaha perikanan yang dianggarkan oleh Dinas Perikanan Sidoarjo. Jalan produksi itu untuk memperlancar pengangkutan hasil produksi petambak di kawasan minapolitan Sidoarjo.
Baca juga : Kampung Asap yang Bertransformasi Menjadi Destinasi Wisata di Sidoarjo
Perjalanan darat menuju Dusun Pucukan semakin menantang karena harus melintasi ngaban atau pintu air di setiap tambak. Ada ribuan hektar tambak berisi bandeng, udang vaname, dan mujaer yang merupakan komoditas unggulan Sidoarjo. Pintu air tambak ini ditutup papan seadanya sehingga butuh ketrampilan untuk melewatinya.
”Cerita pesepeda motor yang terperosok ngaban kerap mewarnai perbincangan warga. Korbannya bisa siapa saja, termasuk saya yang berkali-kali nyemplung sehingga tak berani lagi naik motor, ” kata pedagang ikan dari Desa Pucukan, Khusnul Khotimah (50).
Dusun Pucukan yang dihuni 157 jiwa atau 24 keluarga ini bukan satu-satunya permukiman yang terisolasi di Kota Delta. Ada Dusun Kepitingan dan Dusun Kalikajang, Kelurahan Gebang, serta Desa Sawohan, Kecamatan Buduran. Di Kalikajang ada sekolah swasta yang melayani pendidikan dasar.
Untuk melanjutkan jenjang pendidikan menengah harus ke kota dengan akses transportasi yang memerlukan usaha ekstra. Baru di Sawohan yang SMPN Satu Atap dengan sekolah dasar. Namun, kondisinya sama di masa pandemi ini, yakni tidak ada akses internet.
Jangankan di daerah pesisir terisolasi, di daerah pedesaan Sidoarjo banyak yang pembelajaran jarak jauhnya menerapkan sistem luar jaringan. Hampir sebagian besar daerah pedesaan di Sidoarjo memiliki koneksi internet yang kurang stabil sehingga belum mendukung pembelajaran daring.
Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Pendidikan Sidoarjo Rudi Pujiantoro mengatakan, selama pandemi Covid-19, pembelajaran dilakukan secara luring. Caranya, membentuk kelompok belajar yang diisi murid dari berbagai sekolah pada jenjang yang sama. Untuk jenjang SMP, guru pengampu mata pelajaran diambilkan dari salah satu sekolah yang ditentukan berdasarkan hasil musyawarah.
Jaringan serat optik
Belum semua desa tersambung jaringan fiber optic atau serat optik. Data Kominfo Sidoarjo, selama 2019 jaringan serat optik terbangun 70 km dan sampai 2021 nanti direncanakan penambahan jaringan sepanjang 143 km plus 21 km. Namun, target itu harus dikoreksi karena pandemi.
Baca juga : Penataan Sempadan Sungai Jadi Masalah Besar Sidoarjo
Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono telah mengunjungi desa-desa terisolasi di kawasan pesisir. Dia juga sudah bertemu masyarakat dan menampung keluhan mereka. Saat ini pemda tengah menginventarisasi permasalahan dan dicarikan solusinya. Dia ingin masyarakat merasakan kehadiran negara.
”Perbaikan fasilitas pendidikan dan konektivitas akan mendapat perhatian karena bisa membuka keterisolasian di daerah terpencil,” ujar Hudiyono.
Perbaikan fasilitas pendidikan itu di antaranya renovasi ruang kelas dan gedung sekolah yang rusak serta penyediaan jaringan internet. Pembangunan jalan darat akan dilakukan untuk membuka koneksi Dusun Pucukan dengan dusun lain di sekitarnya, seperti Dusun Kalikajang dan Dusun Kepetingan, Kecamatan Buduran.
Pemkab Sidoarjo berencana membangun dermaga di Dusun Pucukan karena fasilitas itu belum ada. Dermaga warga terbuat dari kayu yang dibangun seadanya, yang saat musim hujan rawan rusak terkena banjir sehingga sulit untuk berlabuh. Desa-desa lain di pesisir juga akan diperhatikan agar bisa berkembang seperti daerah lain.
Hudiyono menambahkan, pengembangan kawasan pesisir Sidoarjo bermanfaat besar karena potensi ekonomi di wilayah tersebut sangat tinggi. Pesisir Sidoarjo dipenuhi tambak dengan produk budidaya bandeng, udang vaname, mujair, hingga rumput laut. Luas total tambak 15.000 hektar dengan produktivitas 600 kuintal hingga 1 ton per hektar. Sebaran tambak ini, antara lain, di Kecamatan Sedati, Buduran, Sidoarjo, Candi, Tanggulangin, dan Jabon.
Selain perikanan, kawasan pesisir Sidoarjo juga menyimpan potensi pariwisata. Contohnya makam Dewi Sekardadu di Desa Sawohan yang banyak dikunjungi wisatawan yang berminat pada wisata religi. Daerah pesisir Kota Delta juga memiliki potensi wisata budaya yang luar biasa, seperti Desa Balong Dowo, Balong Gabus, dan Kedung Peluk, Kecamatan Candi.
Selain itu, juga Desa Bluru Kidul, dan Desa Gebang, Kecamatan Sidoarjo serta Desa Gisik Cemandi, Kecamatan Sedati. Tradisi-tradisi di desa-desa pesisir itu masih lestari, seperti Reyog Cemandi dan budaya nyadran nelayan Bluru Kidul.
Dengan waktunya yang singkat sebagai penjabat, Hudiyono berupaya memperbaiki kondisi kawasan pesisir Kota Delta. Semoga pemimpin terpilih kelak memiliki perhatian yang sama agar tabir yang mengisolasi warga segera terkuak.