Aliran sungai yang diwaspadai, di antaranya Sungai Citepus dan Cikapundung di sisi barat Bandung. Di sisi timur, aliran Sungai Cipamokolan, Cidurian, dan Cinambo juga menjadi perhatian.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Beban sebagian saluran air di Kota Bandung, Jawa Barat, terlampau besar akibat endapan material tanah dan sampah. Kondisi ini bakal terus memicu banjir setiap musim hujan meski berbagai infrastruktur sudah dibangun untuk meminimalkannya.
Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana saat memantau kawasan terdampak banjir di Sukamulya, Kecamatan Sukajadi, Senin (26/10/2020), menyatakan, salah satu penyebab banjir adalah beratnya beban saluran air. Banyak saluran tersumbat material tanah dan sampah. Oleh karena itu, selain membersihkannya, pihaknya akan mencoba membagi beban saluran agar air mengalir relatif lebih lancar.
”Kami juga mohon agar warga mengubah kebiasaan buang sampah ke sungai. Itu menambah beban saluran air menjadi lebih berat,” ujarnya.
Sebelumnya, luapan air Sungai Citepus merendam kawasan langganan banjir, seperti Cicendo, Astanaanyar, dan Sukajadi, pada Minggu (25/10/2020) sore. Puluhan rumah terendam air setinggi setengah meter hingga 1,5 meter selama beberapa jam. Air baru surut pada Senin malam. Warga setempat menuding hal itu dipicu kondisi saluran air yang tidak ideal.
Kepala Seksi Tanggap Darurat Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung Robbie Darmawan mengatakan, pihaknya masih mendata warga terdampak banjir. ”Biasanya banjir di Kota Bandung surut beberapa jam kemudian. Namun, kami minta warga tetap waspada. Hujan deras mulai rutin terjadi di Kota Bandung,” tuturnya.
Kepala Bagian Penanggulangan Bencana Diskar PB Kota Bandung Dian Rudianto menambahkan, pihaknya mewaspadai wilayah bantaran sungai yang berbelok atau bersudut. Tembok pembatas di sekitarnya terancam runtuh jika dihantam arus air kencang.
Akan tetapi, potensi bencana bukan hanya di sekitar bantaran sungai. Potensi longsor juga rentan terjadi di kawasan tebing tanah. Oleh karena itu, dia meminta seluruh perangkat di Kota Bandung tetap berkoordinasi menghadapi ancaman itu.
Sementara itu, Wakil Ketua Harian Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Kota Bandung Dadang Iriana di Bandung, mengatakan, selain membersihkan material di saluran air, pihaknya mengandalkan keberadaan lima kolam retensi.
Kolam retensi berada di Wetland Cisurupan dengan luas 100.000 meter persegi, Rancabolang (8.000 meter persegi), dan Cicendo (2.500 meter persegi). Selain itu, kolam retensi juga dibangun di Taman Lansia seluas 2.000 meter persegi dan Kolam Retensi Sirnaraga dengan luas 1.075 meter persegi.
Pihaknya juga mengandalkan kinerja 2.500 drumpori di sejumlah titik di Kota Bandung. Drumpori adalah sumur resapan dengan alat penampungan berbentuk drum. Infrastruktur ini ada di halaman beberapa kantor pemerintahan dan sekitar permukiman warga rawan banjir.
”Karakteristik banjir di Kota Bandung adalah dampak limpahan dari kawasan Bandung utara. Kolam retensi dan drumpori diharapkan bisa memperbesar intensitas penyerapan luapan sungai di seputaran Kota Bandung,” kata Dadang.
Dadang mengatakan, pihaknya sudah memetakan sejumlah sungai yang kerap meluap saat musim hujan. Pusat kota Bandung rawan terendam luapan Sungai Citepus dan Sungai Cikapundung. Sementara di timur Bandung, ada Sungai Cipamokolan, Cidurian, dan Sungai Cinambo yang kerap merendam kawasan Ujungberung dan Gedebage.