Pembangunan Kota Magelang Jadi Bahan Saling Sindir dalam Debat Pertama
Debat pertama antara dua pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Magelang berlangsung seru, Kamis (22/10/2020). Dalam kesempatan ini, antar-pasangan calon saling menyindir dan mengkritik terkait pembangunan daerah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pembangunan daerah menjadi bahan sindiran dan pembahasan yang cukup hangat dalam debat pertama Pilkada Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (22/10/2020). Kritikan terutama ditujukan bagi pasangan calon nomor dua Aji Setyawan, putra wali kota saat ini dan calon wakil wali kota petahana Windarti Agustina.
Debat pertama pemilihan wali kota dan wakil wali kota Magelang digelar di Hotel Atria, Kota Magelang, Kamis malam. Debat ini mengangkat tema ”Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dalam Tatanan Normal Baru”. Pilkada Kota Magelang diikuti Muchammad Nur Aziz-KH M Mansyur sebagai pasangan calon nomor urut 1 dan Aji Setyawan-Windarti Agustina dengan nomor urut 2.
Mansyur, misalnya, menanyakan tentang renovasi pembangunan Pasar Rejowinangun pascakebakaran tahun 2008 yang dinilainya tidak berdampak pada peningkatan pendapatan para pedagang. ”Fisik bangunan pasar bagus, tetapi omzet para pedagang di dalamnya kenapa justru merosot,” ujarnya.
Windarti kemudian menjawab dengan mengatakan pihaknya sudah terus berupaya melakukan berbagai program untuk meningkatkan perputaran ekonomi dalam pasar. Dia juga berdalih, Pasar Rejowinangun sudah mendapatkan label SNI dan mendapatkan penghargaan dari Kementerian Perdagangan sebagai salah satu pasar yang termasuk dalam kategori lima pasar tradisional terbaik se-Indonesia.
Sindiran kedua dilontarkan Mansyur terkait pembangunan dancing fountain atau air terjun menari di Alun-alun Magelang yang menghabiskan dana APBD sebesar Rp 5 miliar, tetapi dinilainya tidak memberikan dampak ekonomi apa pun. Windarti pun menjawab, keramaian pengunjung yang datang menonton air mancur memicu peningkatan jumlah pelaku usaha di sekitar lokasi.
Sebaliknya, posisi Mansyur yang tidak pernah menjabat dalam struktur pemerintahan juga menjadi bahan sindiran dan pertanyaan Windarti. Hal itu, antara lain, dilontarkannya dengan bertanya, apa yang akan dilakukan Mansyur saat menjadi bagian dari Tim Koordinasi Penanganan Kemiskinan Daerah (TKPKD). Saat bertanya, dia berupaya menguji pengetahuan Mansyur dengan tidak menyebutkan singkatan TKPKD.
Mansyur pun membalas Windarti dan memintanya agar memperjelas pertanyaan dengan alasan TKPKD bisa berarti singkatan apa saja. Saling mengkritik dan menyindir juga terjadi antar calon wali kota.
Aziz, misalnya, menyatakan jika menjadi wali kota akan meningkatkan kualitas SDM dengan menyekolahkan banyak ASN ke luar negeri. Pernyataan itu juga langsung dibalas ungkapan Aji bahwa saat ini pun sudah banyak ASN Pemkot Magelang menempuh pendidikan di luar negeri. Aji merujuk kepemimpinan Sigit Widyonindito yang merupakan wali kota Magelang dua periode.
Di bagian penutup, dua pasangan calon ini pun benar-benar menegaskan perbedaan slogan dan visi misi. Aji-Windarti masih ingin tetap menjalankan konsep pembangunan sebelumnya di bawah pimpinan ayah Aji, Sigit Widyonindito. Sementara itu, Aziz-Mansyur tegas menyatakan bahwa mereka akan membawa perubahan pada pembangunan Kota Magelang.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Magelang Basmar Perianto Amron mengatakan, setelah debat pertama ini, KPU Kota Magelang masih akan menyelenggarakan dua kali debat lagi, pada 13 dan 29 November. Isi dan pernyataan masing-masing pasangan calon ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi masyarakat Kota Magelang. Hal ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk menentukan pasangan calon yang akan dipilih dalam Pilkada Kota Magelang, 9 Desember.