Gempa bumi beruntun terjadi di sekitar Pulau Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dalam sepekan terakhir. Warga diimbau tidak perlu panik, tetapi tetap waspada.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Gempa bumi beruntun terjadi di sekitar Pulau Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dalam sepekan terakhir. Warga diimbau tidak perlu panik, tetapi tetap waspada.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, terjadi tiga gempa yang dirasakan di kawasan Pulau Pagai Selatan pada Senin (19/10/2020) hingga pukul 14.47 dengan magnitudo sekitar 5. Dengan demikian, sejak 15 Oktober 2020 telah terjadi enam kali gempa yang dirasakan di sekitar kawasan itu dengan magnitudo sekitar 5. Lima gempa di antaranya beruntun terjadi sejak 17 Oktober 2020.
Aziz Prima Syahrial (35), warga Desa Malakopa, Kecamatan Pagai Selatan, mengatakan, dirinya merasakan gempa-gempa tersebut. Gempa paling kuat terasa pada Senin ini dengan kekuatan 5,8 M terjadi pada pukul 14.31. Pusat gempa berada di sekitar 33 kilometer arah barat daya Pulau Pagai Selatan. Setelah itu terjadi lagi gempa 5,7 M pukul 14.47 dengan pusat gempa sekitar 32 kilometer arah tenggara Pulau Pagai Selatan.
Saat kejadian, Aziz sedang dalam perjalanan di Desa Malakopa. Sejumlah warga terlihat bergegas keluar bangunan untuk menyelamatkan diri. ”Gempa terasa relatif kuat. Terasa mengayun beberapa detik. Warga sekitar langsung ke luar bangunan,” kata Aziz, ketika dihubungi dari Padang, Senin siang.
Menurut Aziz, Senin siang, warga sekitar masih waspada terhadap kemungkinan gempa susulan yang lebih kuat. Walaupun ada rasa cemas karena gempa terjadi beruntun, warga sekitar tidak sampai mengungsi.
Kepala Pelaksana BPBD Kepulauan Mentawai Novriadi, Senin siang, mengatakan, sejak 15 Oktober memang terjadi beberapa kali gempa yang dirasakan, terutama oleh warga Pulau Pagai Selatan. Rata-rata di pulau itu getaran gempa terasa sekitar III MMI (modifies mercalli intensity).
Menurut Novriadi, gempa yang terasa paling kuat terjadi pada Senin siang dengan kekuatan 5,8 M dan 5,7 M yang hanya berselang 16 menit. ”Dua gempa ini terasa lebih kuat oleh warga dibanding pagi tadi (5,1 M). Masyarakat siang ini masih di luar rumah, siaga terhadap gempa susulan,” kata Novriadi.
Novriadi melanjutkan, hingga Senin belum ada laporan kerusakan ataupun korban akibat gempa sepekan terakhir. Warga juga tidak ada yang mengungsi karena kejadian ini. Namun, mereka merasa cemas terhadap gempa beruntun dan kemungkinan terjadi gempa susulan dengan kekuatan lebih besar.
”Kami melalui satgas penanggulangan bencana mengimbau supaya masyarakat waspada. Jika terjadi gempa lebih besar daripada biasanya, masyarakat diminta evakuasi secara mandiri. Kami siaga di posko BPBD dan juga terus berkomunikasi dengan BMKG,” ujar Novriadi.
Kami melalui satgas penanggulangan bencana mengimbau supaya masyarakat waspada. (Novriadi)
Aktivitas subduksi
BMKG mencatat, episentrum gempa bermagnitudo 5,8 dan 5,7 pada Senin siang berada pada koordinat 3,31 lintang selatan dan 100,32 bujur timur serta 3,31 lintang selatan dan 100,40 bujur timur. Gempa tektonik itu berlokasi di laut dengan kedalaman masing-masing 14 kilometer dan 12 kilometer.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menjelaskan, berdasarkan lokasi episentrum dan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng di Pagai Selatan. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
”Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” kata Rahmat dalam keterangan tertulis, Senin siang.
Secara terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang Mamuri mengatakan, beberapa hari terakhir memang sering terjadi gempa di sekitar Pulau Pagai Selatan. Gempa bumi tektonik itu dipicu aktivitas subduksi. Gempa di sekitar lokasi memang sering terjadi dan beberapa di antaranya dirasakan masyarakat.
”Kami mengimbau masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada dengan kejadian ini. Gempa ini mengingatkan kita bahwa Sumbar daerah rawan gempa bumi,” kata Mamuri.
Selain tetap waspada, menurut Mamuri, seringnya gempa yang masih tergolong kecil di sekitar Pulau Pagai Selatan ini dapat pula dimaknai secara positif. Dengan seringnya terjadi gempa relatif kecil, diharapkan energi yang tersimpan terus berkurang.
”Lebih baik terjadi gempa relatif kecil seperti sekarang tetapi rutin daripada energinya tersimpan lama dan melepaskan energi dahsyat yang memicu gempa besar,” ujar Mamuri.
Pada 25 Oktober 2010 terjadi gempa berkekuatan 7,7 M dengan kedalaman 20,6 kilometer di laut arah barat daya Pulau Pagai Selatan. Gempa tersebut memicu tsunami di tiga lokasi dengan ketinggian 3-7 meter. Laporan Kompas (3/1/2011) menyebutkan, gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai itu menewaskan 428 orang dan 74 orang lainnya hilang.