Cuaca Buruk di Pantai Selatan Jabar, Dua Nelayan Garut Hilang
Nelayan dan masyarakat yang beraktivitas di perairan selatan Jawa Barat diperingatkan untuk mengantisipasi gelombang tinggi. Peringatan dini itu dikeluarkan BMKG yang memantau pertumbuhan Siklon Tropis Nangka.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kapal nelayan bermesin 15 PK hilang kontak di perairan Sayang Heulang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hingga Rabu (14/10/2020) sore, personel Kantor SAR Bandung masih mencari dua nelayannya yang hilang.
Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansah menyebutkan, pihaknya menerima informasi tersebut dari Satuan Polair Kepolisian Resor Garut, Selasa pukul 14.20. Kapal bernama Tri Pilihan itu dibawa melaut oleh Ois (52) dan Ara (55), warga Garut, Minggu (11/10/2020).
”Seharusnya mereka sudah kembali ke darat pada Senin. Namun, hingga Selasa pukul 06.00 mereka tak kunjung pulang. Pihak keluarga mulai cemas dan melaporkan kejadian itu,” ujarnya.
Sejak Rabu pagi, personel SAR Bandung menyisir jalur darat di sekitar perairan tersebut. Pencarian juga dilakukan personel Satuan Polair Polres Garut dan nelayan setempat. Namun, kedua korban belum juga ditemukan.
Kejadian ini diduga akibat cuaca ekstrem di perairan selatan Jabar. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang memantau Siklon Tropis Nangka meminta nelayan berhati-hati menghadapi potensi gelombang tinggi.
Dalam peringatan itu disebutkan gelombang setinggi 2,5-4 meter berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa pada 14-15 Oktober 2020. Sementara di Laut Jawa berpeluang terjadi gelombang setinggi 1,25-2,5 meter. ”Pertumbuhan Siklon Tropis Nangka menjadi pemicu potensi gelombang tinggi itu,” ujar prakirawan BMKG Bandung Yan Firdaus di Bandung.
Siklon Tropis Nangka terpantau di daratan Hainan, China. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada ketinggian gelombang di perairan Natuna dan Selat Karimata yang mencapai 1,25-2,5 meter.
Sementara pusat tekanan udara rendah 1.006 hPa (Hecto Pascal) terpantau di Samudra Hindia barat Sumatera dan 1.002 hPa di perairan timut Filipina. Gelombang tinggi juga berpotensi dibarengi angin kencang sehingga berisiko terhadap keselamatan pelayaran.
”Perahu nelayan diharapkan berhati-hati karena kecepatan angin bisa melebihi 15 knot,” ujarnya.
Selain itu, kapal yang lebih besar, seperti tongkang dan pesiar, juga mesti waspada. Sebab, ketinggian gelombang dapat mencapai 4 meter.
Yan menuturkan, pihaknya terus memantau potensi gelombang tinggi dalam beberapa hari ke depan. Informasi itu diharapkan menjadi pertimbangan nelayan untuk lebih berhati-hati dalam melaut.