Lokasi Lumbung Pangan Mulai Ditanami Padi walau Masih Minim Air
Setidaknya 30.000 hektar luasan proyek lumbung pangan sudah disiapkan untuk ditanami padi. Petani diminta menanam lagi padi dengan kondisi air yang minim.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS —Megaproyek lumbung pangan nasional sudah dimulai. Lahan-lahan mulai dibajak untuk ditanam. Namun, karena belum hujan, sumber air menjadi masalah utama sehingga sebagian kawasan sawah masih kering. Irigasi pun belum siap.
Seusai kedatangan Presiden Joko Widodo ke Kalimantan Tengah, suasana di Desa Belanti Siam berubah ramai. Puluhan petugas kementerian hingga kabupaten silih berganti masuk ke desa.
Berbagai pelatihan dilaksanakan, mulai dari peternakan itik, penanaman pohon jeruk, hingga pemilihan bibit padi. Para pelatih yang berasal dari kementerian hingga kabupaten mengajari petani bertani.
Sumardi (52), warga Desa Belanti Siam, mengungkapkan, sejak kedatangan Presiden Jokowi, semua persiapan dimulai dengan cepat. Sawah yang sudah dipanen dibajak lagi untuk ditanami kembali. Padahal, belum ada sumber air untuk mengairi sawah.
”Ini, kan, program pemerintah pusat, kami enggak bisa tolak. Kami dapat pelatihan, dapat kaus, makan, uang duduk terima saja,” kata Sumardi di Belanti Siam, Sabtu (10/10/2020).
Mardi mengungkapkan, ia sempat mempertanyakan keinginan pemerintah menanam berbagai jenis tanaman di sela-sela padi. Ia belum bisa membayangkan apakah hal itu bisa terjadi.
”Kami jalani saja, toh semuanya sudah disiapkan, tinggal ditanam saja, bibit sudah ada, lahan ada, pupuk dan kapur juga sudah ada, tapi airnya mau diambil di mana ini (irigasi), kan, masih kering,” ungkap Sumardi.
Menurut Sumardi, jika dipaksakan tetap menanam saat ini, pihaknya khawatir pemerintah akan memompa air dari sungai terdekat. Air di sungai terdekat, karena dekat dengan laut, bercampur air asin yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan padi dan kualitasnya.
Kepala Desa Belanti Siam Amin Arifin menjelaskan, desanya menyiapkan sekitar 2.500 hektar lahan untuk megaproyek tersebut. Namun, hanya sekitar 1.200 hektar yang disiapkan dengan benih padi dari pemerintah, yakni Kenis Impari-43.
”Jadi, kalau berhasil di sini, yang saya pahami, (benihnya) bakal disebar di 30.000 hektar lahan yang tahap pertama ini, makanya lahannya disiapkan kembali,” kata Amin.
Amin mengungkapkan, pemerintah optimistis bisa memanen tiga kali dalam setahun di satu hektar lahan. Menurut dia, selama ini petani hanya mampu memanen dua kali dalam setahun di lahan satu hektar.
Hal itu juga dikhawatirkan oleh Jumairi, Ketua Kelompok Sido Mulya di Desa Gadabung sekitar 15 menit dari Belanti Siam. Ia geram karena lahannya tiba-tiba dibajak. Namun, karena tak bisa menolak, ia hanya pasrah.
”Ini, kan, belum masa tanam, kami baru saja panen. Sudah mau ditanam lagi, airnya nanti bagaimana, di desa ini pupuk dan kapur juga belum masuk,” kata Jumairi.
Jumairi legawa karena dirinya sudah melaksanakan panen yang pertama di tahun ini. Ia berharap, setelah dibajak, sawahnya segera ditanami lalu diberi bantuan pupuk dan kapur.
Program lumbung pangan tersebut sudah mulai berjalan di Kalimantan Tengah dengan luas 30.160 hektar. Rinciannya, seluas 10.160 hektar berada di Kabupaten Pulang Pisau dan 20.000 hektar di Kapuas. Wilayah program lumbung pangan adalah 13 kecamatan di dua kabupaten tersebut.
Namun, luas lahan 30.000 hektar atau setengah luas Provinsi DKI Jakarta itu baru tahap awal. Pemerintah bakal menyiapkan 168.000 hektar di lahan bekas proyek pengembangan lahan gambut (PLG) tahun 1995.
Pada hari yang sama, Pelaksana Tugas Gubernur Kalimantan Tengah Habib Said Ismail melakukan panen perdana di Desa Bentuk Jaya, Kabupaten Kapuas. Di lokasi itu, ia juga memantau pengerjaan perbaikan saluran irigasi persawahan.
Habib mengungkapkan, Presiden datang untuk memastikan program dan semua bantuan yang diberikan benar-benar sampai ke masyarakat. Ia percaya segala masalah di lapangan bisa dicari solusinya.
Ini, kan, belum masa tanam, kami baru saja panen, sudah mau ditanam lagi. Airnya nanti bagaimana, di desa ini pupuk dan kapur juga belum masuk.
”Jadi, program food estate ini yang pertama adalah intensifikasi, mekanisasi pertanian. Nanti tetap akan dibantu, juga untuk meningkatkan produktivitas. Apabila sebelumnya bisa menghasilkan 5 ton (beras), setelah program food estate diluncurkan, 1 hektar yakin bisa menghasilkan 7 sampai 10 ton,” ungkap Habib.
Menurut Habib, dengan teknologi dan mekanisasi, penanaman bisa dilakukan. Namun, program tersebut tidak sekadar meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga untuk meningkatkan pemasaran hasil pertanian dan mendapatkan harga yang layak.
”Selama pandemi Covid-19, semua lini ekonomi ambruk, termasuk ekonomi negara-negara besar. Ternyata dari perekonomian itu, yang masih bagus, yang masih menahan perekonomian kita adalah pertanian. Pertanian menyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar untuk Indonesia,” jelas Habib.
Selain itu, melalui program ini, Habib berharap bakal menjadi perangsang anak muda di desa dan di seluruh wilayah Kalimantan Tengah agar menjadi bagian di megaproyek tersebut.
”Kita perlu bersyukur juga bahwa tahun ini program untuk meningkatkan harkat, martabat, derajat, serta kesejahteraan petani akan segera diluncurkan di daerah kita ini, yaitu program food estate,” ucapnya.