Kluster Keluarga Tak Terkendali, Pemkab Tegal Siapkan RS Khusus
Kasus Covid-19 dari kluster keluarga di Tegal, Jateng, semakin tak terkendali karena tidak efektifnya proses isolasi mandiri. Pemerintah setempat menyiapkan tiga rumah sakit untuk mengisolasi pasien tanpa gejala.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Proses isolasi mandiri yang tidak efektif membuat penularan Covid-19 pada kluster keluarga di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, semakin tak terkendali. Pemerintah setempat menyiapkan tiga rumah sakit yang akan dikhususkan untuk mengisolasi pasien positif Covid-19 tanpa gejala.
Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal kembali memecahkan rekor penambahan kasus Covid-19 harian tertinggi, Kamis (8/10/2020). Pada hari itu, diumumkan 57 kasus baru.
Dengan penambahan tersebut, jumlah kasus positif Covid-19 Kabupaten Tegal menjadi 417 kasus, Jumat (9/10/2020). Dari jumlah tersebut, terdapat 139 kasus aktif dengan rincian 101 orang isolasi mandiri, sedangkan 38 orang dirawat di rumah sakit.
Juru bicara Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal, Joko Wantoro, mengatakan, hampir semua pasien positif baru tertular dari kluster keluarga. Kluster keluarga terbaru ditemukan di Desa Bongkok, Kecamatan Kramat.
Di desa tersebut, ada empat orang dalam satu keluarga yang terpapar Covid-19. Mereka diduga terpapar dari salah satu kerabatnya yang lebih dulu dinyatakan positif Covid-19.
”Saat ini, hampir semua pasien positif baru tersebut menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Mereka diisolasi mandiri di rumah karena tidak mengeluhkan gejala berat,” kata Joko, di Tegal, Jumat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Hendadi Setiadji mengatakan, kluster keluarga muncul karena menurunnya kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan di rumah. Menurut dia, belum semua orang sadar untuk segera membersihkan diri sehabis beraktivitas di luar rumah.
”Padahal, di luar itu, mereka bisa saja bertemu dengan orang yang positif tanpa gejala. Saat pulang ke rumah, tanpa sadar orang itu menularkan virus yang dia bawa kepada keluarganya,” ucap Hendadi.
Belum semua orang sadar untuk segera membersihkan diri sehabis beraktivitas di luar rumah.
Hendadi mengatakan, sebagian kluster keluarga di Kabupaten Tegal juga terjadi karena ada salah satu anggota keluarga yang pulang dari luar kota atau berinteraksi dengan pelaku perjalanan dari luar kota. Pada kluster keluarga di Desa Sindang, Kecamatan Dukuhwaru, misalnya, satu pelaku perjalanan dari Jakarta memaparkan Covid-19 kepada enam anggota keluarga lainnya.
”Dalam kondisi seperti sekarang ini, kami mengimbau perantau asal Kabupaten Tegal untuk tidak pulang kampung dulu. Kalau terpaksa harus pulang, protokol kesehatan ketat harus diterapkan. Saat tiba di kampung, harus memeriksakan diri ke puskesmas setempat,” katanya.
Hendadi menambahkan, kluster keluarga juga bisa terbentuk karena pasien positif yang menjalani isolasi mandiri tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan. Akibatnya, virus itu menular ke anggota keluarga lainnya.
Untuk menekan perluasan penularan pada kluster keluarga, Pemkab Tegal menyiapkan tiga rumah sakit khusus untuk mengisolasi pasien positif Covid-19 tanpa gejala. Tiga rumah sakit itu yaitu RS Harapan Sehat yang memiliki 40 kamar, RS Mitra Siaga yang memiliki 25 kamar, dan RS Umum Daerah Suradadi dengan 25 kamar.
”Dari 90 kamar yang ada, 77 di antaranya masih kosong. Kami akan memberikan tawaran kepada pasien positif tanpa gejala untuk mengisolasi diri di tiga rumah sakit ini, terutama bagi yang rumahnya tidak memungkinkan untuk dijadikan tempat isolasi mandiri,” tutur Hendadi.
Sementara itu, di Kota Pekalongan, jumlah ruangan untuk mengisolasi pasien Covid-19 di Gedung Diklat hampir penuh. Dari 22 kamar yang disiapkan di Gedung Diklat, 18 kamar sudah terisi. Tak hanya itu, di Rumah Sakit Umum Daerah Bendan, kamar isolasi juga sudah penuh.
”Akhiri-akhir ini ada lonjakan kasus yang membuat ruang-ruang isolasi penuh. Semoga tidak ada lagi penambahan kasus di Kota Pekalongan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto.
Slamet akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait jumlah ruang isolasi yang menipis. Sembari menunggu solusi, Dinas Kesehatan Kota Pekalongan akan menggalakkan sosialisasi protokol kesehatan dan meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat untuk mendisinfeksi lingkungan permukiman dan perkantoran.
Hingga Jumat malam, jumlah kasus positif di Kota Pekalongan 206 orang. Dari jumlah tersebut, 17 orang dirawat di rumah sakit dan 46 orang menjalani isolasi mandiri. Adapun 19 orang meninggal dunia.