Surabaya Susur Jejak Korona hingga ke Akarnya
Pemerintah Kota Surabaya gencar melakukan pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19, salah satunya dengan pelacakan kontak melalui uji usap gratis. Tak tanggung-tanggung, pelacakan antara 25 hingga 50 orang tiap pasien.
Satu setengah bulan pertama penanganan Covid-19 di Surabaya, petugas rata-rata hanya mampu melakukan pelacakan kontak sebanyak dua orang. Empat bulan berselang, pelacakan meningkat menjadi 25 orang hingga 50 orang tiap pasien. Petugas tak kenal lelah meskipun harus menerima ”kado” kotoran dari keluarga pasien.
Masker N95 dilapis masker medis tak pernah lepas menemani keseharian AT (29), pekerja swasta dari Surabaya. Masker itu hanya lepas dari mulutnya ketika perut keroncongan. Saat di rumah pun masker tetap dipakai agar Covid-19 yang memapar hampir semua keluarganya tak terulang.
Penyintas Covid-19 itu pernah punya pengalaman menjadi salah satu pasien. Tak tanggung-tanggung, empat orang di keluarganya terpapar Covid-19.
”Awalnya keponakan, lalu setelah ditelusuri dan dites, saya, istri, dan ibu saya ternyata juga positif Covid-19,” kata AT di Surabaya, Kamis (1/10/2020).
AT bersyukur telah sembuh dari penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 sebulan lalu. Keluarganya pun cepat mendapatkan pertolongan karena pelacakan kontak yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya cukup cepat dan luas.
Setelah keponakannya terkonfirmasi Covid-19, seluruh orang yang pernah melakukan kontak dites. Lingkar pertama keluarga, dan dari tes usap reaksi rantai polimerase (PCR), diketahui ada tiga orang lain di keluarga yang sudah tertular. Ketika dirinya positif Covid-19 dan diisolasi, petugas langsung menanyakan aktivitasnya selama dua minggu terakhir. Pertanyaan pun cukup detail, mulai dari lokasi hingga orang-orang yang ditemui.
”Setiap hari, saya hanya beraktivitas di rumah dan kantor. Jadi karena orang rumah semua sudah dites, maka seluruh teman di kantor sekitar 40 orang ikut dites. Hasilnya ada satu yang positif,” ujarnya.
Baca juga : Tes Cepat Petakan Banyak Kasus Reaktif Covid-19 di Surabaya
Pelacakan kontak menjadi perhatian utama, selain melakukan tes massal dan merawat pasien, yang dilakukan Pemkot Surabaya. Setiap ada penambahan pasien baru, petugas pelacakan kontak langsung menelusuri jejak-jejak aktivitas pasien bersama orang lain.
Salah satu yang menjalani tes dari hasil pelacakan kontak adalah Klara Avina (29), pegawai honorer di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Perempuan asal Sinabung itu harus dites karena ada dua rekannya yang terkonfirmasi positif Covid-19. ”Semua yang ada di kantor langsung tes usap PCR, bukan tes cepat,” katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Surabaya menargetkan pelacakan kontak setiap pasien minimal 25 orang. Peningkatan rasio pelacakan kontak itu menjadi sangat penting agar pasien yang telah terpapar dari pasien bisa segera ditemukan dan dites. Jika tidak memiliki gejala, pasien dirawat di tempat isolasi Asrama Haji Surabaya, sedangkan pasien yang bergejala dan memiliki penyakit penyerta dirawat di rumah sakit.
”Semakin cepat dan banyak orang yang bisa dilacak, maka bisa mencegah penyebaran. Artinya semakin banyak orang yang mampu diselamatkan dari ancaman penularan Covid-19 dari orang yang biasa beraktivitas dengan pasien itu,” ucapnya.
Baca juga : Pemeriksaan Tes Usap Cepat dan Gratis di Labkesda Surabaya
Pelacakan yang diikuti dengan tes juga mampu menolong pasien lebih cepat. Semakin cepat pasien terdeteksi, perawatan bisa segera dilakukan. Tentu saja, hal ini sangat berpengaruh untuk menekan tingkat kematian pasien yang pada awal kasus di Surabaya datang dalam kondisi yang memburuk.
Berdasarkan data yang diolah oleh Kawal Covid-19 per 30 Mei 2020 atau 1,5 bulan setelah temuan kasus pertama di Surabaya, rasio pelacakan di ”Kota Pahlawan” 2,8. Angka rasio pelacakan kontak 2,8 artinya, dari satu pasien positif, tim hanya mampu menelusuri kurang dari tiga orang yang pernah melakukan kontak dekat dengan pasien dalam kurun waktu dua minggu terakhir.
Semakin cepat dan banyak orang yang bisa dilacak, maka bisa mencegah penyebaran. Artinya, semakin banyak orang yang mampu diselamatkan dari ancaman penularan Covid-19 dari orang yang biasa beraktivitas dengan pasien itu. (Tri Rismaharini)
Setelah menerima paparan itu dari tim Kawal Covid-19 secara daring, Risma memerintahkan seluruh jajarannya untuk meningkatkan rasio pelacakan. Dia meminta rasio pelacakan Surabaya meningkat dari 2,8 menjadi 25 atau hampir 10 kali lipat.
”Idealnya memang harus 25,” kata Risma.
Saat bertugas, tim pelacakan kontak terkadang menemui kendala saat di lapangan dan bertemu dengan pasien dan keluarganya. Pasien kadang-kadang tidak jujur memberi tahu informasi terkait dengan aktivitasnya, terutama pekerjaan karena khawatir dipecat. Untuk menyiasati hal itu, tim berkoordinasi dengan perusahaan agar pasien tidak dipecat dan karyawan lain bisa dilakukan tes.
Baca juga : Antisipasi Penularan pada Warga Lansia
Tak hanya itu, petugas pelacakan kontak juga mendapat sambutan tidak menyenangkan saat bertugas. Seperti yang dialami Cholik Anwar, petugas pelacakan kontak di Puskesmas Sememi. Dia dilempar kotoran oleh istri pasien saat akan mengajak pasien itu untuk mau dirawat di rumah sakit.
”Ini sudah jadi risiko, yang terpenting pasien selamat dan orang yang melakukan kontak dekat bisa dites agar penularan bisa diputus,” ujarnya.
Tim pelacakan kontak yang awalnya hanya berasal dari petugas puskesmas akhirnya ditambah. Ratusan personel dari unsur satpol PP, perlindungan masyarakat (linmas), dan pegawai kelurahan dikerahkan untuk meningkatkan rasio pelacakan kontak pasien. Tim itu juga akan melindungi pasien saat berhadapan dengan perusahaan tempat bekerja agar tidak dipecat.
”Sekarang, kami bisa melacak kontak satu pasien positif hingga 50 orang. Kami langsung lakukan tes usap PCR setelah menelusuri jejak aktivitas pasien,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita.
Pelacakan kontak pun bisa segera dilakukan karena kini mereka memiliki laboratorium sendiri untuk melakukan pengujian sampel tes usap. Setelah hasil tes keluar sehari setelah pengambilan sampel, pelacakan kontak langsung bisa dilakukan.
Ketika pengambilan sampel dan pengujian dilakukan sendiri di fasilitas milik Pemkot Surabaya, pelaksanaan pelacakan kontak bisa dilakukan secepat mungkin karena tes di Laboratorium Kesehatan Daerah hasilnya langsung keluar hari itu juga.
Baca juga : Pemeriksaan Tes Usap Cepat dan Gratis di Labkesda Surabaya
Di Surabaya, data pasien baru dilaporkan oleh rumah sakit atau laboratorium tempat pengambilan sampel tes usap PCR. Data itu biasanya baru dimasukkan beberapa hari setelah hasil tes keluar. Akibatnya, pelacakan kontak sering terlambat dan berpotensi menular lebih luas.
Namun, semenjak ada Laboratorium Kesehatan Daerah, tes usap PCR bisa dilakukan di puskesmas dan rumah sakit. Sampel tes usap PCR dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah dan hasilnya bisa diketahui sehari seusai pengambilan sampel. Jika pasien terkonfirmasi positif, petugas akan memberi tahu pasien dan menunggu di depan rumah dan mengajaknya untuk melakukan isolasi. Data sudah diketahui langsung tanpa menunggu unggahan di aplikasi Allrecord milik Kementerian Kesehatan.
Baca juga : Antisipasi Kluster Pondok Pesantren di Surabaya
Dalam sehari, Laboratorium Kesehatan Daerah Surabaya mampu menguji 3.000 hingga 3.500 sampel tes usap PCR. Dengan kapasitas yang cukup tinggi, Surabaya terus memperluas cakupan tes yang kini mencapai 145.000 orang. Tes tidak hanya kepada hasil pelacakan kontak, masyarakat umum pun ikut dites. Jika ingin tes mandiri bisa dilakukan di puskesmas tanpa dipungut biaya.
Pelacakan kontak tak hanya mampu mencegah penularan yang meluas, tetapi juga bisa mengurangi angka kematian pasien. Pelacakan ini sangat penting saat situasi pasien tanpa gejala terus bertambah. Mereka yang telah tertular dari orang lain tidak sadar menyebarkan virus dan membuat wabah tak kunjung mereda.