Jadi Perhatian Pusat, Protokol Kesehatan Ponpes di Jateng Diawasi Ketat
Kementerian Agama Kanwil Jateng mengakui, kehidupan di ponpes unik sehingga sejumlah perubahan tak bisa langsung sepenuhnya diterapkan. Namun, hal itu tak lantas membuat abai karena protokol kesehatan tetap dilakukan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Penerapan protokol kesehatan di semua pondok pesantren di Jawa Tengah dipantau kian ketat seiring ditemukan lagi sejumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di beberapa daerah. Penyebaran Covid-19 di sejumlah pondok pesantren di Jateng sudah jadi perhatian pemerintah pusat.
Sebelumnya dilaporkan, sebanyak 190 santri di salah satu pesantren di Kabupaten Banyumas, Jateng, terkonfirmasi positif Covid-19. Hingga Selasa (29/9/2020), terdapat 17 santri yang sudah dinyatakan sembuh (Kompas.id, 29/9/2020).
Sementara itu, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen menyebut, dari laporan yang diterima, sejumlah daerah yang terdapat kasus positif di pondok pesantren (ponpes) antara lain Kabupaten Batang, Kendal, Kebumen, Banyumas, dan Pekalongan. Adapun jumlah yang tertular Covid-19 beragam.
Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Kementerian Agama Kantor Wilayah Jateng Afief Mundzir, dihubungi dari Semarang, Kamis (1/10/2020), mengatakan, selama ini pihaknya telah mengarahkan semua ponpes untuk menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Hal itu pun sudah dijalankan.
Dengan masih adanya santri ponpes yang tertular, upaya pencegahan makin digiatkan. ”Melalui Kemenag di kabupaten/kota, juga pada program madrasah diniyah, TPQ (Taman Pendidikan Al Quran), dan lainnya, pondok pesantren kami pantau betul,” ujar Afief.
Dengan masih adanya santri ponpes yang tertular, upaya pencegahan makin digiatkan.
Sejak awal, lanjut Afief, semua ponpes di Jateng memang telah diminta menerapkan protokol, seperti pemeriksaan pada santri-santri yang baru datang. Santri pun tidak diperbolehkan keluar kompleks ponpes serta tak boleh ada kunjungan wali atau orangtua.
Kebiasaan asrama
Kendati demikian, diakui Afief, kehidupan di ponpes seperti halnya institusi pendidikan berasrama lainnya relatif unik. Sejumlah perubahan tak bisa langsung sepenuhnya diterapkan. ”Semua paham, kamar di ponpes diisi beberapa santri. Lalu, untuk sepenuhnya belajar secara virtual juga sulit,” ujarnya.
Kendati demikian, di luar hal tersebut, protokol kesehatan diupayakan untuk diterapkan secara optimal. Menurut Afief, selain saat penerimaan santri, pengelola ponpes juga berkoordinasi dengan gugus tugas penanganan Covid-19 setempat.
”Semua harus mampu bagaimana menyikapi keunikan di ponpes. Namun, bukan berarti mengabaikan protokol kesehatan,” kata Afief. Adapun di Jateng terdapat 3.852 ponpes.
Perhatian pusat
Pencegahan penularan Covid-19 di ponpes juga menjadi perhatian pemerintah pusat. Pada Rabu malam, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengikuti rapat virtual yang dipimpin Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
”Dari rapat dibicarakan seperti potensinya apa hingga kemudian pondok sampai tertular. Oh, mereka (ternyata) sekolah di luar, kerja di luar, tetapi memondok di sini, lalu pengajian, dan ada tamu dari luar. Maka harus dibuatkan champion-champion (kader) yang siap (memberi edukasi). Dinkes kabupaten/kota dan provinsi akan mendampingi,” tutur Ganjar.
Oleh karena itu, perlu ada kerja sama lebih lanjut antara pengelola ponpes dan pemerintah. Dengan demikian, nanti akan diketahui apa saja yang menjadi kekurangan untuk menerapkan protokol kesehatan. Pemerintah siap membantu.
Tak kalah penting, yang perlu dihilangkan ialah stigmatisasi kepada penderita Covid-19. ”Siapa pun dia, termasuk dari ponpes, jangan distempeli akan menulari dan sebagainya. Ini penting sebab jika tidak (dihilangkan), menjadi keresahan,” ujarnya.
Menurut laman informasi Covid-19 Pemprov Jateng yang dimutakhirkan Kamis (1/10/2020) pukul 12.00, terdapat 22.705 kasus positif kumulatif dengan rincian 3.618 dirawat, 17.106 sembuh, dan 1.981 meninggal. Ada penambahan 279 kasus positif dalam 24 jam terakhir.