127 Santri di Banyumas yang Positif Covid-19 Jalani Karantina Massal
Kluster pesantren menjadi kewaspadaan dan perhatian baru Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sebanyak 127 santri terkonfirmasi positif dan menjalani karantina massal untuk mencegah penularan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Sebanyak 127 santri sebuah pondok pesantren di Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terpapar Covid-19. Mereka menjalani karantina massal di Balai Diklat Baturraden. Kasus ini menjadi perhatian khusus pemerintah daerah yang meminta semua pengelola pondok pesantren meningkatkan kewaspadaan.
”(Para santri yang terkonfirmasi positif itu) kami isolasi khusus supaya tidak tercampur dengan yang ada di pondok. Sementara yang negatif kami sarankan pulang ke daerah asal. Yang belum dites swab akan diselesaikan dan dalam 1-2 hari akan keluar hasilnya,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein melalui video yang diunggah lewat media sosialnya, Kamis (24/9/2020) petang.
Kepada wartawan, Husein menyampaikan, di pondok pesantren itu terdapat 588 santri. Adapun yang sudah menjalani tes usap tenggorokan tercatat 292 orang. Sebanyak 203 orang hasil tesnya sudah keluar, yakni 127 orang dinyatakan positif dan 76 lainnya negatif.
”Sebetulnya saya merasa berat untuk menginformasikan hal ini kepada masyarakat, tetapi untuk transparansi dan bisa melihat realitas yang ada di masyarakat,” kata Husein.
Dari kluster pondok pesantren yang berjumlah 127 orang positif, sebanyak 45 orang berasal dari Kabupaten Banyumas, sedangkan lainnya dari daerah sekitar.
Pada Kamis ini terdapat penambahan 62 kasus positif Covid-19 dari warga Kabupaten Banyumas. Selain 45 santri, juga terdapat tambahan 13 orang dari kluster ziarah di Desa Cikembulan serta pelacakan kontak erat kasus-kasus terdahulu sebanyak 4 orang. ”Total yang terkonfirmasi positif di Banyumas menjadi 484 orang,” kata Husein.
Laporan sakit
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Sadiyanto menambahkan, pada kasus pondok pesantren di Purwokerto Utara itu, semula pihaknya mendapatkan laporan adanya keluhan banyak santri yang batuk, pilek, serta demam. Selanjutnya, tes usap dilakukan di pondok itu.
”Pada kewaspadaan seperti ini, kalau ada orang atau anak, atau siapa pun yang batuk, panas, pilek, kami harus curiga ke arah Covid-19 positif. Lalu dilakukan swab,” katanya.
Selain di Kecamatan Purwokerto Utara, lanjut Sadiyanto, terdapat 11 santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Sumbang, Banyumas, yang beberapa hari lalu terkonfirmasi positif. Dari 11 santri itu, tiga orang berasal dari Banyumas. Mereka telah menjalani perawatan dan isolasi di rumah sakit.
Atas kasus ini, lanjut Husein, pemerintah daerah berkoordinasi dengan tokoh-tokoh agama Islam. Bupati membuat surat kepada semua pondok pesantren di Banyumas agar lebih mewaspadai penularan Covid-19 di lingkungan pesantren.
”Supaya belajar dari kasus yang terjadi ini dan bisa menata diri, berbenah diri, dan melindungi diri sehingga tidak terjadi kasus sama,” katanya.
Pemerintah daerah juga diminta membuat tim kecil untuk mengedukasi santri dan pondok pesantren supaya lebih tahu, lebih peduli, serta mematuhi protokol kesehatan. Terlebih untuk melindungi guru-guru dan orangtua yang punya penyakit penyerta.
”Santri juga bergerak di dalam pesantren saja. Jangan keluar dari lingkungan pondok dan yang di luar jangan masuk ke pondok. Jadi, diusahakan steril,” kata Husein.