Kebutuhan Pangan Tinggi, Ekspor Komoditas dari Lampung Meningkat
Tingginya kebutuhan pangan dunia dinilai menjadi pemicu meningkatnya ekspor komoditas di Lampung. Hal ini diharapkan mampu mengungkit perekonomian Lampung yang bertumpu pada sektor pertanian.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Tingginya kebutuhan pangan dunia dinilai menjadi pemicu meningkatnya ekspor sejumlah komoditas di Lampung. Hal ini diharapkan mampu mengungkit perekonomian Lampung yang bertumpu pada sektor pertanian.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, pada Juli 2020, nilai ekspor Lampung tercatat 76,85 juta dollar AS. Jumlah itu meningkat 55,79 juta dollar AS atau naik 25,24 persen dibandingkan dengan ekspor pada Juni 2020 yang tercatat 21,06 juta dollar AS.
Sejumlah komoditas pangan yang mengalami kenaikan ekspor, antara lain, adalah lemak dan minyak hewan naik 61,93 persen, daging dan ikan olahan naik 34,3 persen, olahan buah/sayur naik 19,05 persen, kopi teh, dan rempah naik 18,34 persen.
”Kenaikan ini dipicu meningkatnya permintaan pangan dari negara lain,” ujar Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Lampung Riduan saat dihubungi dari Bandar Lampung, Selasa (1/9/2020).
Tingginya kebutuhan pangan dunia membuat ekspor Lampung meningkat cukup pesat di tengah kondisi pelemahan ekonomi dunia. Hal ini menjadi peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah untuk mengungkit perekonomian di daerah.
”Pemerintah daerah harus jeli melihat kebutuhan di negara lain yang bisa dipasok dari Lampung,” katanya.
Sementara itu, nilai impor Lampung pada Juli 2020 tercatat 107,87 juta dollar AS. Jumlah itu turun 23,83 juta dollar AS (17,96 persen) dibandingkan dengan periode Juni 2020 yang tercatat 132,70 juta dollar AS.
Kenaikan ekspor yang cukup baik dan penurunan impor membuat neraca perdagangan Lampung surplus 167,98 juta dollar AS. Kondisi ini diharapkan mampu membawa dampak baik bagi pertumbuhan perekonomian Lampung dan nasional.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung M Jumadh mengatakan, cabai jamu menjadi salah satu komoditas ekspor rempah yang meningkat pesat. Berdasarkan data Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung, ekspor cabai jamu Lampung melonjak hingga 800 persen tahun ini.
Selain untuk industri makanan, rempah juga diserap oleh industri obat herbal di luar negeri.
Sepanjang Januari-Juli 2020, ekspor cabe jamu tercatat 405,4 ton dengan nilai Rp 19,9 miliar. Jumlah itu melonjak dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya 48 ton dengan nilai Rp 322,4 juta.
Selain mengalami peningkatan volume, negara tujuan ekspor rempah juga bertambah. Tahun ini, negara tujuan ekspor cabai jamu bertambah dari 7 menjadi 11 negara. Negara tujuan ekspor baru, antara lain, adalah China dan Djibouti.
Dia menilai, peluang Lampung untuk meningkatkan ekspor rempah masih amat terbuka. Apalagi, Lampung memiliki Pelabuhan Internasional Panjang yang bisa mendukung kegiatan ekspor.
Direktur PT Raja Rempah Indonesia Welli Budiman, selaku eksportir rempah, mengatakan, pandemi Covid-19 memang meningkatkan permintaan dunia terhadap komoditas itu. Selain untuk industri makanan, rempah juga diserap oleh industri obat herbal di luar negeri. Selama pandemi, perusahaannya bisa mengekspor 1-2 kontainer cabai jamu per bulan.