Posko Dukungan Pemakaman Pasien di DIY Ditutup, Pihak RS Keberatan
Posko Dukungan Operasi Gugus Tugas Covid-19 akan ditutup mulai Rabu (26/8/2020). Sebelumnya, posko itu mendukung pemakaman pasien Covid-19 dari rumah sakit. Pihak rumah sakit keberatan dengan penutupan posko itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Posko Dukungan Operasi Gugus Tugas Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta ditutup mulai Rabu (26/8/2020). Sebelumnya, posko itu didirikan untuk membantu pemakaman jenazah pasien terkait Covid-19. Penutupan posko berpotensi memberatkan pihak rumah sakit dalam urusan pemakaman pasien.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta (BPBD DIY) Biwara Yuswantana mengatakan, dengan penutupan posko dukungan itu, urusan pemakaman pasien Covid-19 akan mengoptimalkan kemampuan rumah sakit. Mereka akan didukung BPBD kabupaten dan kota.
”Keputusan ini diambil setelah konsolidasi beberapa waktu terakhir dengan BPBD tingkat kota dan kabupaten, serta rumah sakit. Kami juga perlu mengantisipasi hal-hal lain terkait ketugasan kami di BPBD DIY. Maka, kami akan mengembalikan fungsinya (BPBD DIY),” katanya di Yogyakarta, Senin (25/8/2020).
Posko dukungan itu telah beroperasi sejak 20 Maret 2020. Markasnya bertempat di Kantor BPBD DIY, yang sekaligus menjadi markas Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY. Untuk kepentingan posko, dibuat pula area dekontaminasi yang diperlukan guna sterilisasi kendaraan dan petugas yang baru saja memakamkan pasien yang meninggal. Caranya dengan penyemprotan disinfektan.
Sejauh ini, sudah ada 278 pasien yang dimakamkan, baik yang telah dinyatakan positif Covid-19 maupun yang menjalani perawatan. Dalam sehari, para sukarelawan di posko dukungan tersebut pernah memakamkan hingga delapan orang pasien. Sukarelawan berasal dari berbagai kelompok. Koordinasinya dipimpin Tim Reaksi Cepat BPBD DIY.
Biwara mengungkapkan, BPBD DIY sebagai bagian dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY masih akan melakukan supervisi terhadap penanganan wabah, termasuk pemakaman pasien. Pembahasan mengenai pola kerja pemakaman akan terus dilakukan.
”Kami akan terus berkonsolidasi dengan rumah sakit. Dinas kesehatan juga nantinya perlu memastikan sejauh apa kesiapan rumah sakit. Tentu, apabila masih ada hambatan, kami juga akan masuk ke situ dengan sukarelawan-sukarelawan yang ada,” kata Biwara.
Dihubungi secara terpisah, Banu Hermawan, Kepala Bagian Hukum dan Humas Rumah Sakit Dr Sardjito, mengatakan, pihaknya belum mengetahui rencana penutupan posko tersebut. Menurut dia, penutupan posko akan menambah beban pihak rumah sakit. Sebelumnya, rumah sakit hanya bertugas merawat pasien hingga pemulasaraan jenazah. ”Kalau memang dibubarkan, kami harap ada alternatif lain,” ujar Banu.
Banu menyampaikan, sumber daya manusia di rumah sakit sangat terbatas. Begitu pula dengan fasilitas pendukungnya. Misalnya, ada rumah sakit yang hanya memiliki satu ambulans yang dikhususkan bagi pasien terkait Covid-19. Ambulans dikhususkan mengingat rumah sakit itu masih harus melayani pasien-pasien lain yang mesti dipisahkan dengan pasien Covid-19.
Terlebih lagi, penambahan pasien Covid-19 masih terus terjadi. Pada Selasa ini, ada 41 pasien positif tambahan. Jumlah ini hampir tiga kali lipat dibandingkan penambahan pasien sebelumnya sebanyak 14 orang dalam sehari.
”Covid-19 belum berlalu. Bahkan, ada indikasi kemunculan second wave. Bisa jadi jauh lebih parah dan banyak. Artinya, yang saat ini datang, jauh lebih parah dan banyak. Ini perlu diperhatikan,” kata Banu.
Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Bantul, Sri Wahyu Joko Santoso, menyatakan, sejak awal gugus tugas dibentuk, rumah sakit sudah langsung ditugaskan untuk mengurus mulai dari pemulasaraan jenazah hingga pemakaman pasien.
Dalam memakamkan pasien Covid-19, rumah sakit memperoleh bantuan dari BPBD Kabupaten Bantul dan Palang Merah Indonesia. Sinergi antarlembaga sudah ditekankan sejak awal menangani kasus Covid-19.