Dokter Bedah di Yogyakarta Meninggal Setelah Terkonfirmasi Positif Covid-19
Seorang dokter spesialis bedah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meninggal dunia setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Belum diketahui dari mana dokter itu tertular penyakit Covid-19.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Seorang dokter spesialis bedah di Daerah Istimewa Yogyakarta meninggal dunia setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Dokter itu sempat dirawat selama beberapa hari di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Kota Yogyakarta, tetapi akhirnya meninggal, Minggu (23/8/2020). Riwayat kontak dokter itu masih ditelusuri.
”Pasien ini seorang dokter ahli bedah. Beliau memang dirawat di Rumah Sakit Sardjito, tetapi beliau bukan dokter di RS Sardjito,” kata Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto, Senin (24/8/2020), di Yogyakarta.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, dokter yang meninggal itu tercatat sebagai Kasus 1.061 di DIY. Dokter berjenis kelamin laki-laki dan berusia 58 tahun itu berasal dari Kabupaten Bantul, DIY. Dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit di DIY tersebut diumumkan sebagai positif Covid-19 pada 18 Agustus 2020.
Ketua Tim Airbone Disease RSUP Dr Sardjito, Ika Trisnawati, menjelaskan, dokter tersebut masuk ke RSUP Dr Sardjito pada 14 Agustus 2020. Mulanya, dia dirawat di ruang isolasi biasa selama dua hari. Namun, setelah itu, dokter tersebut dipindahkan ke ruangan perawatan intensif karena tim medis ingin melakukan pemantauan lebih ketat.
”Kondisi beliau saat itu masih cukup baik, tetapi beliau memiliki komorbid. Komorbid adalah penyakit penyerta atau kondisi-kondisi lain yang bisa memengaruhi harapan hidup pasien,” ujar Ika.
Dokter tersebut memiliki sejumlah penyakit penyerta. Oleh karena itu, tim medis yang merawat segera melakukan pemantauan secara intensif.
Ika memaparkan, dokter tersebut memiliki sejumlah penyakit penyerta. Oleh karena itu, tim medis yang merawat segera melakukan pemantauan secara intensif. ”Karena, beliau memang memiliki beberapa atau bisa dibilang cukup banyak penyakit penyerta sehingga pemantauan intensif tersebut disegerakan, tidak menunggu kondisi memburuk,” tuturnya.
Menurut Ika, tim dokter RSUP Dr Sardjito telah berupaya melakukan perawatan intensif untuk menyembuhkan dokter tersebut. Namun, kondisi dokter itu ternyata memburuk dalam tempo yang cukup cepat. ”Mungkin karena kondisi komorbid itu yang menyebabkan perburukan bisa terjadi dengan cepat,” katanya.
Ika menambahkan, pada pasien Covid-19, keberadaan penyakit penyerta memang bisa menyebabkan kondisi kesehatan yang bersangkutan menurun secara cepat. ”Pada penderita Covid-19, manakala ada satu atau dua komorbid saja sudah memengaruhi. Apalagi kalau ada banyak atau ada beberapa komorbid,” ungkapnya.
Secara umum ada beberapa penyakit penyerta yang bisa memperburuk keadaan penderita Covid-19
Ika menuturkan, pihaknya tidak bisa menyampaikan penyakit komorbid apa saja yang diderita oleh dokter tersebut. Namun, dia menyebut, secara umum ada beberapa penyakit penyerta yang bisa memperburuk keadaan penderita Covid-19, misalnya obesitas, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan kolesterol.
”Saya tidak menyampaikan informasi data pasien, tetapi saya hanya menyampaikan informasi secara umum. Penderita Covid-19 itu memiliki risiko kematian tertinggi pada orang dengan obesitas, hipertensi, penyakit jantung, dan kolesterol. Ditambah dengan penyakit paru kronis, kanker, gagal ginjal, atau sakit liver,” papar Ika.
Belum dipastikan
Secara terpisah, juru bicara Pemerintah Provinsi DIY untuk Penanganan Covid-19, Berty Murtiningsih, mengatakan, pasien Kasus 1.061 itu memiliki dua penyakit penyerta, yakni penyakit jantung dan diabetes melitus atau penyakit gula. Meski begitu, Berty menuturkan, pihaknya belum bisa memastikan dari mana dokter tersebut tertular Covid-19.
Selain itu, Berty juga mengaku belum tahu apakah ada anggota keluarga dari dokter tersebut yang tertular Covid-19. Hal ini karena Dinkes DIY belum menerima laporan hasil tracing atau penelusuran kontak terkait dokter yang meninggal dunia tersebut. ”Mohon maaf, hasil tracing belum sampai ke Dinkes DIY,” ujar Berty.
Berty menyatakan, Dinkes DIY juga belum menerima laporan pasti apakah dokter tersebut ikut menangani pasien Covid-19 atau tidak. Namun, dia menyebutkan, dokter tersebut diketahui positif Covid-19 setelah ada pemeriksaan tes usap atau swab kepada karyawan atau pegawai di sejumlah fasilitas kesehatan di DIY.
Selama beberapa waktu terakhir, Dinkes DIY memang menggencarkan pelaksanaan tes usap kepada para pegawai fasilitas kesehatan. Hal ini dilakukan karena pegawai fasilitas kesehatan termasuk sebagai kelompok yang rentan tertular Covid-19.
Menurut Berty, hingga saat ini ada sekitar 8.000 pegawai fasilitas kesehatan di DIY yang sudah menjalani swab. Dari jumlah itu, sekitar 2 persen atau 160 orang di antaranya terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, sebagian pegawai fasilitas kesehatan yang positif Covid-19 itu telah dinyatakan sembuh.
”Swab untuk pegawai di puskesmas sudah selesai, sedangkan yang rumah sakit masih berlangsung,” ujar Berty.