Para pelajar, juga pemuda-pemudi, angkatan korona merayakan kemerdekaan ke-75 RI di tengah keterbatasan. Dengan kerjas ama dan kolaborasi, mereka yakin bisa melewati tantangan dan Indonesia yang semakin maju.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
Memakai masker Hello Kitty, Natasya Salsabila (7) memegang bendera Merah Putih yang membentang sepanjang 108 meter. Matanya berbinar. Bersama ratusan peserta lain, ia mengumandangkan lagu ”Indonesia Raya”.
Siswi kelas 1 SDN 13, Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, ini khidmat mengikuti ”ritual” pengibaran bendera terpanjang di wilayah ini. Sebagai peserta paling mini, ia tak canggung menjadi salah satu pengibar bendera di hari besar kemerdekaan Indonesia, meski belum pernah merasakan upacara bendera di sekolah. Ia memang baru masuk sekolah tahun ini, tepat ketika pandemi Covid-19 menerjang dunia.
”Seru!” katanya singkat.
Salsa adalah satu dari ratusan peserta perayaan kemerdekaan dengan pembentangan bendera Merah Putih di Pantai Toronipa, Konawe, Sultra, Senin (17/8/2020). Perayaan ini diinisiasi Pejalan Kendari dan Siswa Pencinta Alam SMAN 4 Kendari.
Lala (19), yang mendampingi Salsa, mengatakan sengaja datang untuk mengikuti perayaan kemerdekaan di lokasi ini. Bertujuh, mereka berangkat dari kediaman di Kendari menuju lokasi wisata ini.
”Memang mau datang kibarkan bendera pas tahu infonya di Instagram. Hal baru karena kami ini angkatan korona,” ucap gadis yang baru lulus sekolah ini disambut tawa rekan-rekannya.
Peserta lainnya, Mutiara Nazliza (15), menyampaikan, ia ikut ambil bagian sebagai peserta sekaligus panitia karena ingin turut merayakan kemerdekaan di tengah keterbatasan. Sebagai generasi muda, ia tidak ingin tinggal diam meski situasi pandemi masih berlangsung.
Memang mau datang kibarkan bendera pas tahu infonya di Instagram. Hal baru karena kami ini angkatan korona. (Lala)
Sebagai pelajar ”angkatan korona”, siswi kelas II SMAN 4 Kendari ini melanjutkan, ia dan rekan-rekannya belum bisa belajar secara normal hingga saat ini. Pembelajaran, termasuk seabrek kegiatan bersekolah lainnya, dilakukan secara daring.
”Upacara dan ketemu teman-teman sangat jarang. Kami sangat senang bisa merayakan kemerdekaan sambil ketemu teman-teman,” ujar Muti, panggilannya.
Kerja sama yang solid
Dari perayaan sederhana ini, Muti melanjutkan, semuanya tetap bisa dilakukan dengan kerja sama yang solid antarsemua. Kerja sama menjadi penguat untuk maju bersama. ”Kalau membayangkan Indonesia umur 100 tahun, memang mau tidak mau harus kerja sama yang baik biar bisa semakin maju. Kalau sendiri bisa bagus, dengan bersama teman-teman pasti akan semakin bagus lagi pastinya.”
Hajrin (19), koordinator kegiatan, menyampaikan, rangkaian acara yang dilangsungkan bertujuan meningkatkan rasa nasionalisme untuk pemuda di Sultra. Dengan cara ini, diharapkan jasa pahlawan kembali dikenang untuk menjadi bekal di hari-hari mendatang.
Menurutnya, selain pembentangan bendera sepanjang 108 meter, acara ini juga dirangkaikan dengan pembersihan lingkungan, parade budaya, dan musik alam. Semua orang bisa berpartisipasi, tetapi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang disyaratkan.
Generasi muda, tambah Hajrin, harus bisa melakukan sesuatu untuk Indonesia. Apalagi, saat ini bangsa tengah dirundung pandemi Covid-19, dan beragam masalah lainnya.
”Kami berharap agar esensi perjuangan pahlawan bisa kita serap untuk kita adopsi sehari-hari. Tidak hanya untuk hari ini, tetapi untuk berjuang dalam belajar, meraih cita-cita, kesehatan, dan kebersihan lingkungan. Semoga sampai 25 tahun ke depan, Indonesia semakin maju, dan kita-kita inilah yang akan menjadi penggeraknya,” ujarnya.