Institut Teknologi Sumatera (Itera) di Lampung segera dilengkapi pembangkit listrik tenaga surya yang dirancang menghasilkan daya 1 megawatt peak.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
KALIANDA, KOMPAS - Institut Teknologi Sumatera (Itera) di Lampung segera dilengkapi pembangkit listrik tenaga surya yang dirancang menghasilkan daya 1 megawatt peak. Selain mendukung pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia, pembangunan PLTS itu juga diharapkan menjadi percontohan kampus mandiri energi.
Langkah awal pembangunan PLTS di kampus Itera ditandai dengan peletakan batu di area pembangunan PLTS seluas 1 hektar, Jumat (14/8/2020). Pembangunan konstruksi panel surya di atas tanah itu ditargetkan rampung dalam dua bulan ke depan.
Rektor Itera Ofyar Z Tamin mengatakan, pembangunan PLTS itu mendukung Itera sebagai percontohan kampus mandiri energi di Indonesia. Selain itu, pembangunan ini juga sebagai bentuk komitmen perguruan tinggi untuk mendukung program pemerintah dalam pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).
Sesuai program pengembangan EBT, Indonesia mencanangkan target pemanfaatan energi baru dan terbarukan mencapai 23 persen dalam kontribusi bauran energi nasional pada 2025. Hingga saat ini, pemanfaatan energi baru dan terbarukan mencapai 14,21 persen dalam bauran energi nasional.
Selain sumber energi listrik, kata Ofyar, PLTS itu juga akan difungsikan sebagai laboratorium yang mendukung penelitian. “Ini menjadi satu capaian karena Itera bisa menjadi role model kampus mandiri energi. Instalasi ini menjadi pembangkit listrik dan unit penelitian yang bisa dipakai siapa saja,” papar Ofyar.
Sedikitnya, ada empat program studi di Itera yang nantinya bisa memanfaatkan PLTS untuk kegiatan penelitian. Program studi itu, yakni teknik elektro, teknik sistem energi, teknik fisika, dan teknik mesin.
Pada 2022, Itera juga berkomitmen mengembangkan pembangkit listrik tenaga sampah. Potensi sampah di Kota Bandar Lampung yang mencapai 800 ton per hari bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi. Apalagi, tumpukan sampah itu kerap menjadi permasalahan bagi lingkungan, khususnya di pesisir Teluk Lampung.
Ketua Tim Pembangunan PLTS Itera Syamsyarief Baqaruzi menuturkan, PLTS itu menggunakan teknologi sel surya untuk mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Nantinya, PLTS itu akan terkoneksi langsung dengan jaringan listrik PLN. PLTS itu direncanakan mampu mendukung kebutuhan daya listrik di seluruh gedung perkuliahan dan laboratorium Itera.
Instalasi ini menjadi pembangkit listrik dan unit penelitian yang bisa dipakai siapa saja
Dia menjelaskan, pembangunan PLTS dilakukan dengan sistem bangun-guna-serah dengan nilai investasi sekitar Rp 15 miliar. Itera bekerjasama dengan PT Wijaya Karya dan PT Surya Utama Nuansa. Selama 25 tahun ke depan, pengoperasian PLTS itu akan dilakukan oleh pihak pengembang.
Direktur Operasi II PT Wijaya Karya Harun Ahmad Zuhdi mengapresiasi komitmen Itera untuk mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan. Dia berharap, pembangunan PLTS Itera bisa mendorong kemandirian energi di perguruan tinggi lainnya di Indonesia.
Menurut Head of Sales PT Surya Utama Nuansa Donny Safrudin, pembangunan panel surya di atas tanah di Itera ini merupakan proyek terbesar yang pernah mereka tangani. PLTS ini mendukung Itera sebagai kampus ramah lingkungan.
Secara terpisah, Manager Humas PT PLN (Persero) Distribusi Lampung Junarwin mengatakan, saat ini, Lampung sudah memanfaatkan pembangkit listrik energi panas bumi sebagai salah satu sumber EBT. Lampung dinilai memiliki potensi panas bumi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai sumber energi baru terbarukan.