Korporasi Didorong Jadi Pelopor Pemanfaatan Tenaga Surya
Oleh
Fajar Ramadhan
·2 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Sebanyak 936 panel surya yang menjadi proyek percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Waduk Jatibarang, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/3/2019). Selain panel surya kawasan waduk juga memiliki fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (PLTMH).
JAKARTA, KOMPAS – Korporasi di Indonesia didorong agar bisa menjadi pelopor pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi. Pemanfaatan tenaga surya oleh korporasi diprediksi akan mampu menurunkan emisi gas buang CO2 secara signifikan.
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Andhika Prastawa mendorong pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap terutama di bangunan-bangunan komersial dan kompleks industri. Hal tersebut bertujuan agar penggunaan energi fosil yang menyebabkan polusi lingkungan bisa berkurang.
“Energi surya bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca,” ujar Andhika dalam acara penandatanganan dukungan Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap di Tokopedia Tower Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Kompas/Fajar Ramadhan
Acara penandatanganan dukungan Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap di Tokopedia Tower Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Berdasarkan Data Inventory Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Energi dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), emisi CO2 yang dihasilkan oleh sektor industri dan komersial adalah sebesar 36 persen. Menurut Andhika, energi surya saat ini adalah energi alternatif yang paling mudah untuk menggantikan energi batu bara.
Bahan batu bara yang digunakan untuk listrik diprediksi akan habis jika pola konsumsi masyarakat tetap seperti sekarang. Studi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan, pada 2038 Indonesia terancam net importir batu bara. Pemanfaatan energi surya, salah satunya juga untuk mencegah ancaman tersebut.
“Masih punya, tapi kita harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri,” kata Andhika.
Kompas/Fajar Ramadhan
Tampilan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Tokopedia Tower Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Pendiri Xurya Eka Himawan mengatakan, Indonesia saat ini belum bisa mengoptimalkan potensi energi surya yang dimiliki. Sebagai perbandingan, Thailand yang berpenduduk lebih sedikit dari Indonesia sudah memasang PLTS sebesar 5 Gigawatt. Begitu juga dengan Filipina yang memasang 3 Gigawatt.
“Kita saat ini baru memasang 90 Megawatt. Kita sangat ketinggalan di Asia Tenggara,” katanya.
Kompas/Fajar Ramadhan
Acara penandatanganan dukungan Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap di Tokopedia Tower Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Eka mengatakan, para pelaku bisnis sangat diharapkan menjadi pelopor dalam penggunaan PLTS Atap. Ia menggambarkan, di bidang pertanian Indonesia memiliki 26,7 juta usaha dan perusahaan. Dengan memasang sebesar 5 Megawatt saja, emisi CO2 yang tereduksi di atmosfer bisa mencapai 5.000 ton per tahun.
Salah satu perusahaan yang telah memanfaatkan PLTS atap tersebut adalah Tokopedia. Dalam hal ini, VP Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak mengatakan bahwa Tokopedia berkomitmen mendukung pengembangan teknologi alternatif di Indonesia.
“Kami berharap inisiatif ini menjadi langkah maju mendorong implementasi energi terbarukan di Indonesia,” katanya.