Bukit Watu Kumpul Berpotensi Dukung Geliat Olahraga Dirgantara di Banyumas
Wisata minat khusus paralayang di Bukit Watu Kumpul, Banyumas, layak menjadi destinasi wisata baru. Selain bisa mendorong pariwisata, diharapkan atlet paralayang Banyumas kian berprestasi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Geliat olahraga dirgantara berpeluang besar dikembangkan di Bukit Watu Kumpul, Banyumas, Jawa Tengah. Selain memupuk prestasi atlet profesional, keindahan alamnya berpotensi mendongkrak perekonomian warga lewat wisata.
Watu Kumpul berada di Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah. Kawasan ini berada di ketinggian 504 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan latar utama hutan pinus, kecepatan angin di sana berkisar 5-15 kilometer per jam.
”Kecepatan angin seperti itu ideal untuk olahraga paralayang,” kata atlet paralayang Banyumas, Damar Aziz Prasidya (23), Sabtu (8/8/2020).
Keunggulan lainnya, lokasi pendaratan juga tampak jelas di lapangan Desa Cibangkong yang berada di ketinggian 200 mdpl. ”Tempat terbang di sini sangat direkomendasikan karena tempat pendaratannya tidak jauh. Lapangannya bisa dilihat mata. Kalau perlu, pendaratan darurat juga ada lapangan atau sawah,” kata Damar
Akan tetapi, ia mengingatkan agar pengawasan ketat harus dilakukan untuk olahraga dirgantara. Tempat terbang (take off) di Watu Kumpul masuk level dua atau level tiga. Total ada empat level. Semakin tinggi level, maka potensi bahayanya semakin besar.
”Ini konturnya masih cliff (jurang). Untuk paralayang, harusnya ada landasan dengan kemiringan 30 derajat. Kalau begini, teman-teman atlet yunior pun masih harus diawasi ketat,” katanya.
Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan, pemerintah daerah menyiapkan anggaran Rp 500 juta untuk membuat landasan di tahun ini. Harapannya, wahana ini bisa mendukung pembibitan atlet serta menunjang wisata di Banyumas.
”Bekerja sama dengan atlet paralayang, kita akan himpun anak-anak muda yang berminat paralayang,” kata Husein yang sempat menjajal arena paralayang Watu Kempel.
Ketua Umum KONI Kabupaten Banyumas Bambang Setiawan menyampaikan, tempat ini bisa dimanfaatkan juga untuk gantole. Ke depan, setidaknya dibutuhkan landasan sepanjang 60 meter dan lebar 37 meter.
”Senin akan disurvei untuk gantole. Ke depan, bisa untuk destinasi wisata dan juga tuan rumah kejuaraan berskala nasional hingga internasional,” kata Bambang.
Menurut Bambang, saat ini ada tujuh atlet paralayang di Banyumas. Mereka berlatih di sejumlah tempat, seperti di Wonosobo, Brebes, Batang, Karanganyar, dan Imogiri. Keberadaan Watu Kumpul diharapkan bisa membuat latihan atlet paralayang Banyumas jauh lebih efisien.
Kepala Desa Petahunan Rohmat Fadli menyampaikan, ada 1.300 rumah tangga dengan 4.600 jiwa di sekitar Watu Kumpul. Sebagian besar atau 70 persen bekerja sebagai penderes nira gurem. Ke depan, dia berharap, Watu Kumpul bisa membuka banyak lapangan kerja bagi warga.
”Selain Bukit Watu Kumpul, di desa ini juga terdapat wisata alam Curug Nangga yang memiliki ketinggian sekitar 70 meter dengan tujuh tingkat air terjun,” katanya.