Kasus Covid-19 di Sumbar Menanjak Terkait Lalu Lintas Antarprovinsi
Jumlah kasus harian Covid-19 di Sumbar pada Jumat (7/8/2020) melampaui angka tertinggi pada Idul Adha lalu. Penambahan kasus berasal dari lalu lintas antarprovinsi yang bertransmisi lokal.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Tambahan kasus positif Covid-19 di Sumatera Barat terus menanjak dipicu lalu lintas antarprovinsi yang kemudian bertransmisi lokal. Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Pemprov Sumbar mulai Jumat (7/8/2020) mendorong semua penumpang yang mendarat di Bandara Internasional Minangkabau mengikuti tes usap sebagai antisipasi kasus impor.
Laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar, Jumat (7/8/2020), menyebutkan, kasus positif Covid-19 di Sumbar bertambah 47 orang dari 1.421 sampel yang diperiksa. Kasus terbanyak dari Padang dengan 41 orang, Pesisir Selatan dan Padang Pariaman masing-masing 2 orang, serta Agam dan Sawahlunto masing-masing 1 orang.
”Total sementara kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sumbar hingga Jumat ini adalah 1.085 orang. Sembuh 796 orang, meninggal 34 orang, dan dirawat atau isolasi 255 orang,” kata Jasman Rizal, juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar, Jumat.
Tambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 47 orang itu melampaui tambahan kasus tertinggi yang terjadi pekan lalu. Pada Idul Adha, Jumat (31/7/2020), tambahan kasus mencapai 41 orang sekaligus melampaui kasus tertinggi sebelumnya pada Minggu (24/5/2020) atau saat Idul Fitri dengan 35 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Andani Eka Putra, Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, menjelaskan, sebagian besar dari 47 orang positif Covid-19 itu merupakan hasil pelacakan. Sebelumnya, terjadi kasus impor yang memicu transmisi lokal.
”Tambahan kasus merupakan hasil tracing. Jadi, bukan pasien yang masuk ke rumah sakit. Kalau 47 orang ini tidak ditemukan, berbahaya (menjadi penyebar diam). Pelacakan harus dilakukan. Kami dari laboratorium dan dinas kesehatan ibarat pemadam kebakaran hutan. Ini adalah titik apinya,” kata Andani.
Menurut Andani, hampir 90 persen kasus positif Covid-19 pada lonjakan kasus ini terkait dengan lalu lintas masyarakat antarprovinsi. Kasus di Padang, misalnya, ada yang punya riwayat dari Lampung, Medan, dan Jakarta. Kasus di Sawahlunto punya riwayat dari kota di Kalimantan, sedangkan kasus di Agam punya riwayat dari Bengkulu.
Andani membenarkan, kasus impor itu telah memicu transmisi lokal di Sumbar. ”Semuanya terkait dengan kasus impor. Karena terlambat mengontrol mereka, akhirnya menyebar ke mana-mana. Kalau cepat mengontrolnya, saya rasa tidak terjadi (transmisi lokal) itu,” kata Andani.
Meskipun demikian, Andani mengatakan, kasus Covid-19 di Sumbar masih dapat dikendalikan. Semua kasus tersebut dapat diketahui sumbernya dan dilacak penyebarannya. Dengan surveilans, pelacakan, dan pemeriksaan masif, diharapkan rantai penularan segera dapat diputus.
Semua kasus tersebut dapat diketahui sumbernya dan dilacak penyebarannya. (Andani Eka Putra)
Andani menambahkan, laboratorium dan Pemprov Sumbar mulai Jumat ini mendorong semua penumpang yang mendarat di Bandara Internasional Minangkabau untuk mengikuti tes usap sebagai antisipasi kasus impor. Sementara itu, di jalur darat, Andani mengusulkan kepada pemprov atau pemkot/pemkab agar disediakan posko-posko untuk pengambilan sampel tes usap.
Lonjakan kasus positif Covid-19 di Sumbar terjadi sejak Rabu (29/7/2020) dengan penambahan 17 kasus. Sehari setelahnya pada Kamis, ada penambahan 16 kasus. Pada Idul Adha, Jumat, tambahan kasus positif Covid-19 mencapai 41 orang, 1 orang di antaranya meninggal. Selama Agustus (2-7 Agustus 2020), penambahan kasus terjadi 9 hingga 47 kasus per hari atau rata-rata 22,83 orang per hari.
Hingga Kamis (6/8/2020), jumlah sampel atau spesimen yang telah diperiksa di Sumbar mencapai 76.502 spesimen dengan jumlah orang yang diperiksa mencapai 66.894 orang. Persentase kasus positif pada jumlah orang yang diperiksa mencapai 1,55 persen.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumbar Pom Harry Satria mengatakan, pelayanan kesehatan primer di puskesmas dan rumah sakit untuk pasien Covid-19 masih memadai di tengah lonjakan kasus. Walaupun demikian, jika kasus terus meningkat signifikan, kemampuan tenaga kesehatan, fasilitas, dan dukungan lainnya bakal mencapai titik jenuh sehingga susah mengendalikan Covid-19.
Pencegahan
Menurut Pom, upaya preventif atau pencegahan masih menjadi kendala besar dalam penanganan wabah Covid-19, termasuk di Sumbar. Sementara itu, upaya promotif (promosi dan edukasi) sudah banyak dilakukan, bahkan sudah dirancang sampai ke tingkat regulasi.
”Preventif sekarang menjadi kunci dan itu butuh partisipasi masyarakat dalam menerapkan 3M (mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak). Kalau orientasinya pengobatan, pada waktunya nanti kita akan sampai pada kondisi keterbatasan. Kami mengharapkan preventif menjadi prioritas,” kata Pom.
Menurut epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Jafri, dari segi kemampuan laboratorium pemeriksaan, Sumbar sudah sangat bagus. Namun, kemampuan laboratorium mumpuni harus diimbangi pula dengan upaya pencegahan, yaitu dengan promosi kesehatan dan edukasi kepada masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan. Pada masa normal baru, banyak masyarakat yang kembali abai terhadap protokol kesehatan, bahkan tidak percaya dengan keberadaan Covid-19.
Temuan kasus positif Covid-19 dari pemeriksaan kontak erat pada satu sisi memang bisa dimaknai sebagai keberhasilan pelacakan kasus. Namun, di sisi lain, terjadinya penularan Covid-19 kepada kontak erat dapat pula dimaknai sebagai kegagalan dalam mencegah penularan karena virus terlanjur menyebar.