Aceh Cegah Potensi Peningkatan Covid-19 Saat Perayaan Idul Adha
Perilaku masyarakat Aceh, yang mulai acuh terhadap protokol kesehatan, akan meningkatkan kasus Covid-19. Apalagi, saat Idul Adha, potensi terjadinya kerumunan warga juga sangat besar.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Aceh melarang pegawai negeri mudik Idul Adha dan membatasi pemudik dari luar dengan wajib memperlihatkan surat bebas Covid-19. Kebijakan ini sebagai bentuk mencegah potensi terjadinya peningkatan kasus Covid-19 selama perayaan Idul Adha.
Juru bicara penanganan Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani, dihubungi Senin (27/7/2020), menuturkan, jelang dan saat Idul Adha, 31 Juli 2020, aktivitas warga di luar rumah semakin masif. Akibatnya, potensi terpapar dan penyebaran virus korona baru bisa semakin meningkat.
”Khusus untuk pegawai pemerintah tidak dibolehkan mudik. Tunda dulu kerinduan kepada keluarga di kampung sampai kondisi benar-benar pulih,” kata Saifullah.
Sementara bagi pemudik di luar yang hendak pulang ke Aceh diwajibkan memperlihatkan surat bebas Covid-19 hasil usap tenggorokan atau minimal nonreaktif hasil tes cepat. Saifullah berharap sebaiknya warga dari luar menunda mudik ke Aceh karena telah terjadi transmisi lokal. Selain berpotensi tertular, mereka juga berpotensi menularkan virus.
Saifullah mengatakan, pelaksanaan shalat Idul Adha berjemaah di masjid hanya dibolehkan bagi daerah status hijau. Namun, bagi daerah status merah, kebijakan diserahkan kepada bupati/wali kota. ”Jika tetap dilaksanakan shalat berjemaah harus dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” kata Saifullah.
Sementara bagi warga, Saifullah meminta untuk patuh pada aturan selama beraktivitas di luar rumah dan melakukan silaturahmi melalui daring. Saat pelaksanaan penyembelihan hewan kurban, panitia harus menerapkan protokol kesehatan ketat. ”Panitia wajib pakai masker, peralatan harus bersih, dan warga penerima wajib jaga jarak,” kata Saifullah.
Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah telah mengirimkan surat edaran mengenai hal tersebut kepada bupati/wali kota di Aceh. Nova juga meminta ceramah di masjid-masjid agar mengangkat tema pencegahan Covid-19 dalam perspektif Islam.
Anggota Bidang Riset Satgas Covid-19 Universitas Syiah Kuala, Rina Suryani Oktari, menuturkan, peningkatan kasus setelah Idul Adha sangat mungkin terjadi. Berkaca pada fenomena Idul Fitri, Juni 2020, kasus di Aceh bertambah signifikan seusai Lebaran. Saat itu, banyak pemudik dari luar masuk ke Aceh sehingga laju kasus Covid-19 melonjak.
Hingga Senin, jumlah warga yang positif Covid-19 di Aceh sebanyak 168 orang. Padahal, pada pertengahan Juni, jumlah kasus baru 37 orang. Kasus anyar merupakan penyebaran dari transmisi lokal.
Rina menilai kondisi saat ini semakin buruk, selain banyak warga yang abai terhadap aturan, ada kalangan yang mulai menganggap Covid-19 adalah konspirasi para elite untuk kepentingan ekonomi global. Pandangan itu muncul karena warga tidak mendapatkan informasi utuh tentang kasus-kasus di daerahnya.
Menurut Rina, perilaku masyarakat Aceh yang mulai acuh terhadap protokol kesehatan akan meningkatkan kasus Covid-19. ”Apalagi, saat Lebaran, potensi terjadinya kerumunan warga juga sangat besar, shalat Id berjemaah, silaturahmi kumpul keluarga, kurban, tempat wisata ramai. Saya khawatir seusai Lebaran kasus meningkat,” kata Rina.