Posko Pengungsi Banjir di Kalteng Dijaga Tenaga Kesehatan
Kalimantan Tengah diserbu dua bencana saat ini, pandemi Covid-19 dan banjir di sejumlah wilayah. Duet maut bencana ini dikhawatirkan masuk hingga ke posko-posko pengungsi banjir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemerintah antisipasi penyebaran Covid-19 di posko-posko darurat banjir di Kalimantan Tengah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Selain itu, obat-obatan, air bersih, dan kebutuhan logistik lainnya juga diberikan ke pengungsi.
Di Kabupaten Lamandau, lima posko darurat yang diisi oleh 2.553 pengungsi yang berasal dari delapan kecamatan terdampak banjir. Total warga yang terdampak banjir mencapai 4.571 keluarga atau 8.580 orang.
Meskipun tidak ada kasus, khusus untuk posko darurat tempat tinggal sementara para pengungsi kami siapkan semua kebutuhan sampai tim kesehatan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau Edison Dewei menjelaskan, sebelum banjir datang, pihaknya sudah melakukan tes cepat ke hampir seluruh kecamatan dan hasilnya tak ada yang reaktif.
Di wilayah Lamandau, dari data Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalteng, hanya ada 19 orang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan rincian 18 orang sembuh dan 1 orang meninggal. Belum ada penambahan kasus selama 28 hari belakangan dan wilayah itu sudah termasuk zona hijau.
”Meskipun tidak ada kasus, khusus untuk posko darurat tempat tinggal sementara para pengungsi kami siapkan semua kebutuhan sampai tim kesehatan,” kata Edison saat dihubungi dari Palangkaraya, Kamis (23/7/2020).
Edison menjelaskan, tim kesehatan secara berkala memeriksa kesehatan para pengungsi. Biasanya penyakit yang paling diderita adalah batuk, demam, flu, hingga diare.
”Kami memastikan bahwa para pengungsi itu sehat dan kebutuhannya terpenuhi. Air bersih, selimut, dan dapur umum juga ada di posko-posko itu,” ujar Edison.
Delapan kecamatan
Delapan kecamatan yang dalam dua minggu terakhir ini dilanda banjir antara lain Kecamatan Lamandau, Belantikan Raya, Bulik Timur, Delang, Batang Kawa, Menthobi Raya, Sematu Jaya, dan Kecamatan Bulik.
”Pengawasan protokol kesehatan di lokasi pengungsi juga berjalan. Kami tak henti-hentinya mengingatkan agar masker tetap dipakai dan berusaha agar pengungsi juga tetap bisa hidup sehat,” ujar Edison.
Edison menyampaikan, durasi banjir di Lamandau begitu lama karena perubahan iklim dan peralihan musim. Hal itu menyebabkan curah hujan yang tak menentu.
”Air Sungai Lamandau masih tinggi dan meluap, bahkan sekarang sudah sampai di kabupaten tetangga (Kotawaringin Barat),” kata Edison.
Pada Kamis pagi, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran juga mengujungi beberapa lokasi posko darurat dan memberikan 300 paket bahan pokok untuk para pengungsi. Sebelumnya, pemerintah provinsi juga mengirim tenda dan peralatan dapur umum ke Lamandau dan Kotawaringin Barat.
”Stok obat-obatan juga siap dan sudah didistrbusikan ke wilayah-wilayah yang terdampak banjir. Warga yang terdampak harus ditangani dan dijaga kesehatannya,” kata Sugianto.
Di Kabupaten Kotawaringin Barat, banjir tak juga kunjung surut dalam waktu hampir sebulan lamanya. Tiga kecamatan yang dilanda banjir yaitu Kecamatan Arut Utara, Arut Selatan, dan Kotawaringin Lama.
Memperpanjang status
Kepala Bidang Pencegahan dan Kedaruratan BPBD Kotawaringin Barat Reneli mengungkapkan, pihaknya berencana memperpanjang status siaga darurat banjir di wilayahnya. Hingga kini banjir di wilayahnya belum juga surut dengan ketinggian air beragam.
Data BPBD Kotawaringin Barat, setidaknya terdapat 1.564 keluarga terdampak banjir dan 1.523 rumah terendam air. Pihaknya masih terus melakukan pendataan di pelosok yang akses masuknya tertutup lantaran banjir.
Pemerintah dan warga harus mengantisipasi potensi terjadinya banjir dan tanah longsor.
Prakirawan cuaca dari Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangkaraya, Alfandi, menjelaskan, saat ini di Kalimantan Tengah sedang dilanda peralihan ke musim kemarau. Hal itu terjadi sejak minggu pertama di bulan Juli sampai akhir Juli.
”Di beberapa wilayah sudah memasuki musim kemarau. Namun, hujan lebat di beberapa daerah terjadi karena tidak stabilnya keadaan udara atau atmosfer di daerah tersebut,” kata Alfandi.
Ketidakstabilan itu, kata Alfandi, secara tidak langsung memengaruhi keadaan cuaca. Hal itu juga memengaruhi intensitas hujan. Ia menambahkan, pada masa peralihan musim kemarau, saat ini pihaknya memberikan peringatan juga imbauan kepada pemerintah dan masyarakat agar waspada terhadap perubahan cuaca yang terjadi tiba-tiba, seperti intensitas hujan disertai petir atau kilat dan angin kencang.
”Pemerintah dan warga harus mengantisipasi potensi terjadinya banjir dan tanah longsor,” ujarnya.