Alat Uji Minim, Ribuan Spesimen Covid-19 di Sultra Menumpuk
Sebanyak 3.000 spesimen menunggu untuk diuji akibat keterbatasan laboratorium pengujian di RSUD Bahteramas Kendari, Sultra. Keterlambatan pengujian dikhawatirkan mempercepat penyebarluasan virus.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Antrean spesimen sampel uji usap di laboratorium RS Bahteramas Kendari, Sulawesi Tenggara, menumpuk. Sebanyak 3.000 spesimen menunggu diuji akibat keterbatasan alat. Lambatnya pengujian dikhawatirkan mempercepat penyebaran virus.
Pelaksana tugas Direktur Utama RSUD Bahteramas Kendari dr Hasmuddin menyampaikan, ribuan spesimen dari 17 kabupaten/kota memang belum diuji di laboratorium rumah sakit. Penyebabnya, jumlah spesimen yang bisa diuji setiap hari hanya 100-140 spesimen.
”Di sini kami ada dua alat, yaitu tes cepat molekuler (TCM) dan polymerase chain reaction (PCR). Untuk yang TCM, itu bantuan dari Kemenkes dan PCR itu dari BPOM. Namun, kemampuan pengujian sehari maksimal 140 sampel karena kami satu-satunya lokasi (laboratorium),” tutur Hasmuddin, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (22/7/2020).
Dalam sehari, tutur Hasmuddin, kemampuan pengujian memang terbatas karena minimnya ketersediaan alat. Satu mesin PCR hanya bisa menguji sekitar 120 sampel, sedangkan TCM sebanyak 20 sampel. Sementara sampel terus berdatangan setiap hari. Pengujian spesimen dilakukan sesuai urutan kedatangan sampel yang dikirim dari daerah. Satu daerah mendapatkan kuota pengujian sekitar tujuh spesimen setiap hari.
”Kecuali ada yang prioritas, seperti pasien meninggal, itu harus didahulukan. Kami sebenarnya berharap ada penambahan alat untuk uji spesimen agar tidak menumpuk semua di sini. Di Kolaka Utara sudah ada, tetapi harus ada ahli patologi yang menjadi penanggung jawab,” katanya.
Berdasarkan data Satuan Tugas Covid-19 RSUD Bahteramas, jumlah spesimen yang telah diekstraksi, tetapi belum diuji mencapai 3.000 sampel. Ribuan sampel ini menunggu antrean untuk diuji pada dua alat yang dioperasikan.
Jumlah spesimen yang telah diekstraksi, tetapi belum diuji mencapai 3.000 sampel. Ribuan sampel ini menunggu antrean untuk diuji pada dua alat yang dioperasikan.
Untuk alat PCR, setiap hari hanya mampu menguji 128 spesimen dengan empat kali sesi. Total spesimen yang telah diuji sejak akhir Mei hingga pertengahan Juni mencapai 2.438 sampel. Sementara itu, untuk alat TCM, jumlah pengujian sampel sebanyak 650.
Sampel warga yang diduga terpapar Covid-19 memang bertambah setiap hari. Sampel yang dikirim daerah baru bisa diperoleh sekitar satu pekan hingga sepuluh hari. Padahal, setiap hari terjadi penambahan sampel yang dikirim oleh masing-masing daerah.
Juru bicara tim penanganan Covid-19 Kolaka, dr Aris, menyampaikan, pihaknya masih menunggu hasil sekitar seratus spesimen yang telah dikirimkan ke RSUD Bahteramas. Sampel tersebut berasal dari kontak erat pasien positif ataupun orang yang dicurigai terpapar virus berdasarkan hasil uji cepat.
”Satu spesimen bisa keluar hasilnya seminggu atau sepuluh hari. Namun, dalam sepuluh hari itu, kami tidak bisa benar-benar mencegah jika orang tersebut ke luar rumah dan bertemu dengan keluarga atau tetangga. Kami berharap agar alat pengujian bisa bertambah. Kami di daerah sudah mengusulkan, semoga dalam waktu dekat bisa segera terealisasi,” tuturnya.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sultra dr Agus Purwo mengatakan, kurangnya fasilitas pengujian memang menjadi salah satu kendala dalam upaya memutus rantai penyebaran virus. Seharusnya, pengadaan alat dilakukan secara berkala, baik di tingkat provinsi maupun daerah.
Meski demikian, selain faktor biaya, kurangnya sumber daya juga menjadi kendala. Hal ini telah direkomendasikan untuk menjadi pertimbangan pemerintah daerah agar ada solusi dalam pengujian spesimen.
”Hanya dengan tes yang banyak, penularan virus bisa dicegah. Namun, kendalanya, di Sultra hanya ada satu tempat pengujian. Mau tidak mau, sampel yang datang harus antre karena keterbatasan alat. Kami berharap pemerintah bisa menambah fasilitas pengujian di beberapa wilayah sehingga tidak menumpuk di satu tempat,” kata Agus.
Sementara itu, angka positif Covid-19 di Sultra terus bertambah. Hingga Selasa sore, total kasus mencapai 685 kasus dengan 15 kasus baru. Sebanyak 11 orang meninggal dunia, 386 orang sembuh, dan 288 orang masih dalam perawatan.