Jumlah Dokter dan Perawat Terpapar Covid-19 di Sultra Melonjak
Dua hari berturut-turut puluhan dokter dan perawat di Sulawesi Tenggara teridentifikasi Covid-19. Setelah 25 orang di Buton, kembali bertambah 19 orang di Kolaka. Kontrol ketat dibutuhkan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Setelah 25 dokter dan perawat terpapar Covid-19 di Buton, Sulawesi Tenggara, 19 tenaga medis dan tenaga kesehatan kembali teridentifikasi positif di Kolaka. Proteksi berlapis perlu ditingkatkan seiring penyebaran virus yang semakin meluas.
Juru bicara Penanganan Covid-19 Kolaka, Muhammad Aris, menuturkan, total penambahan kasus pada Selasa (21/7/2020) di wilayah ini 23 orang. Dari jumlah tersebut, 19 adalah tenaga medis dan tenaga kesehatan serta empat orang adalah warga setempat.
”Sebanyak 19 orang ini terdiri dari 1 dokter dan 18 perawat. Sebanyak 18 orang dari Puskesmas Kolakaasi dan 1 orang di RSUD Kolaka. Saat ini mereka telah melakukan isolasi mandiri,” kata Aris saat dihubungi dari Kendari.
Penularan virus, Aris menjelaskan, diduga kuat dari transmisi pasien sebelumnya. Di Puskesmas Kolakaasi sebelumnya satu perawat di bagian unit gawat darurat teridentifikasi positif awal Juli lalu. Sebanyak 60 perawat dan dokter lalu diambil spesimen untuk diuji di laboratorium.
Kami masih menunggu sekitar 40 spesimen hanya untuk di Puskesmas Kolakaasi. Totalnya lebih dari 100 spesimen yang kami masih tunggu untuk satu kabupaten. (Muhammad Aris)
Sebagian dari pengujian, tambah Asri, keluar hari ini, dan diketahui 18 orang positif dari satu puskesmas. Hal yang sama juga diketahui untuk satu perawat di RSUD Kolaka.
”Kami masih menunggu sekitar 40 spesimen hanya untuk di Puskesmas Kolakaasi. Totalnya lebih 100 spesimen yang kami masih tunggu untuk satu kabupaten,” ujarnya.
Penambahan kasus dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya di Kolaka membuat total tenaga medis dan tenaga kesehatan yang positif sejumlah 25 orang. Satu orang di antaranya meninggal pekan lalu.
Terpapar virus korona
Selain di Kolaka, kasus tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terpapar virus juga terjadi di wilayah lain. Sebelumnya, pada Senin (21/7/2020), 25 dokter dan perawat teridentifikasi positif. Padahal, pada pertengahan Juni, 30 tenaga medis dan tenaga kesehatan di RSUD Buton positif terjangkit Covid-19.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Buton, Hayun, menuturkan, semua kegiatan pelayanan di fasilitas kesehatan wajib memakai alat pelindung diri yang lengkap. Hal itu untuk mencegah penularan dalam upaya pengobatan. Selain itu, masyarakat juga diharapkan terus menjaga diri, melakukan protokol kesehatan, dan tidak keluar rumah untuk sesuatu yang tidak begitu penting.
Puluhan dokter dan perawat yang terpapar virus di wilayah Sultra merupakan bagian dari ratusan dokter dan perawat yang positif Covid-19 di Indonesia. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bahkan mencatat 68 dokter meninggal hingga saat ini.
Ketua Satgas Covid-19 IDI Sultra Agus Purwo menyampaikan, proteksi terhadap tenaga medis dan tenaga kesehatan wajib dilakukan setiap kabupaten/kota. Penyediaan alat pelindung diri (APD) yang maksimal harus dilakukan untuk membantu pelaksanaan pelayanan di semua tingkatan fasilitas kesehatan.
Tidak hanya penyediaan APD, menurut Agus, pemerintah juga perlu memberlakukan protokol kesehatan yang ketat pada masyarakat. ”Bisa kita lihat sekarang dari 10 orang di jalanan mungkin yang pakai masker hanya satu orang. Seharusnya ada kontrol yang lebih ketat terkait hal ini,” ujarnya.
Sejak beberapa waktu lalu, Satgas Covid-19 IDI Sultra telah memberikan sejumlah rekomendasi ke Pemprov Sultra terkait kondisi penyebaran virus di wilayah ini. Kontrol ketat dengan pemberlakuan denda atau semacamnya menjadi salah satu usulan dalam rekomendasi tersebut.
Tidak hanya itu, tambah Agus, pihaknya juga merekomendasikan memperbanyak jumlah pengujian spesimen di semua wilayah. Sebab, hanya dengan pengujian yang maksimal, penyebaran virus bisa dihentikan.