Sukarelawan Dilibatkan dalam Program Kampung Tangguh
Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, melibatkan sukarelawan sebagai pendamping program Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo. Sukarelawan diharapkan bisa mengawal warga agar disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Oleh
IQBAL BASYARI/ AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, melibatkan sukarelawan sebagai pendamping program Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo. Sukarelawan diharapkan bisa mengawal warga agar selalu disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto, Rabu (22/7/2020), mengatakan, hasil evaluasi di 863 dari 1.242 kampung tangguh menunjukkan tingkat kepatuhan dalam melaksanakan protokol kesehatan mencapai 89 persen.
Tingkat kepatuhan itu diperoleh dari beberapa variabel, antara lain pengecekan suhu tubuh (57 persen), sarana cuci tangan (98 persen), penerapan jaga jarak (87 persen), penerapan sanksi bagi warga yang tidak mengenakan masker (73 persen), serta media promosi kesehatan (99 persen).
Capaian kepatuhan 89 persen sudah cukup baik, tetapi seharusnya bisa 100 persen agar seluruh kampung tangguh bisa menerapkan protokol kesehatan dan melindungi warganya dari ancaman penularan Covid-19. (Irvan Widyanto)
Capaian yang belum 100 persen disebabkan beberapa kendala, seperti keterbatasan alat pengukur suhu tubuh, sanksi yang kurang tegas, dan kurangnya koordinasi.
”Capaian kepatuhan 89 persen sudah cukup baik, tetapi seharusnya bisa 100 persen agar seluruh kampung tangguh bisa menerapkan protokol kesehatan dan melindungi warganya dari ancaman penularan Covid-19,” kata Irvan.
Menggandeng sukarelawan
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kepatuhan warga dalam melaksanakan program kampung tangguh, pemerintah akan menggandeng sukarelawan dari kalangan mahasiswa. Sukarelawan akan memantau dan memastikan seluruh pengurus kampung tangguh melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan warga bisa mematuhi protokol kesehatan di wilayah kampung masing-masing.
Kampung tangguh merupakan program pencegahan penularan Covid-19 di lingkungan kampung. Langkah ini memerlukan peran masyarakat karena menjadi ujung tombak penerapan protokol kesehatan di berbagai tempat, mulai dari lingkungan tempat tinggal hingga di fasilitas umum.
”Penerapan protokol kesehatan dimulai sejak berada di tempat tinggal. Warga saling mengingatkan agar menjadi kebiasaan saat berada di mana pun,” ucap Irvan.
Irvan berharap setiap kampung bisa berinovasi dan memastikan warganya disiplin mengikuti protokol kesehatan. Kampung tangguh yang dinilai paling baik akan diberikan penghargaan dan sistemnya bisa ditiru oleh kampung lain.
Dekan Fakultas Kedokteran dan Guru Besar Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Soetojo mengatakan, masyarakat memiliki peran hingga 80 persen dalam pencegahan dan penanganan Covid-19.
”Rumah sakit menjadi garda terakhir dengan peran sekitar 20 persen dalam penanganan Covid-19,” ujar Soetojo.
Dalam program kampung tangguh, ada empat pilar utama, yakni Satgas Wani Sehat, Satgas Wani Sejahtera, Satgas Wani Jogo, dan Satgas Wani Ngandani. Satgas dibentuk di tingkat RW dengan menggunakan struktur kepengurusan RW sebagai basis struktur kampung tangguh.
Dalam kesempatan terpisah, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengklaim tingkat transmisi penularan (rate of transmission) di provinsi ini berada di bawah 1 selama tujuh hari terakhir. Pada pertengahan Juli lalu, Rt berada di angka 0,91, sedangkan posisi terkini pada Rabu (22/7/2020) ke 0,87. Rt merupakan indikator tingkat penularan virus antarmanusia. Jika angkanya masih di atas 1, berarti risiko penularan masih tinggi.
”Perkembangannya cukup positif, tetapi saya meminta semua tetap waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan,” ujar Khofifah.
Sementara di Surabaya, kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, penghitungan Rt dalam dua pekan terakhir menunjukkan ada tren penurunan. Pada 3 Juli 2020 angka Rt 1,05 dan terus menurun hingga pada 16 Juli 2020 menjadi 0,6. Bahkan, Rt selalu di bawah 1 pada 10 hari terakhir.
”Meskipun bisa dikatakan penularan mulai terkendali, warga tetap harus waspada karena penularan masih ada. Tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan dan jika tidak ada keperluan mendesak tetap di rumah,” katanya.
Menurut data pada laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/# yang dikelola Pemerintah Provinsi Jatim, saat ini tercatat 18.828 warga positif. Kasus pertama kali diumumkan pada pertengahan Maret yang menimpa enam warga Surabaya dan dua warga Malang. Dari 18.828 orang itu, rinciannya ialah kematian 1.474 jiwa, dirawat 7.570 pasien, dan sembuh 10.065 orang.
Jumlah warga yang terjangkit virus korona tetap tinggi salah satunya terkait dengan cakupan tes cepat dan tes usap atau swab PCR terhadap masyarakat. Perbandingan tes cepat saat ini 1 : 66 penduduk, sedangkan tes usap 1 : 280 penduduk. Di Jatim, populasi penduduk hampir 40 juta jiwa.