Penjualan Keripik Sanjai di Padang Mulai Merangkak Naik
Penjualan keripik sanjai di Padang, Sumatera Barat, mulai merangkak naik sejak pemberlakuan normal baru pada minggu kedua Juni 2020. Sebagian karyawan yang sempat dirumahkan mulai diminta kembali bekerja.
Oleh
YOLA SASTRA
·6 menit baca
PADANG, KOMPAS — Penjualan keripik sanjai di Padang, Sumatera Barat, mulai merangkak naik sejak pemberlakuan normal baru pada minggu kedua Juni 2020. Sebagian karyawan yang sempat dirumahkan mulai diminta kembali bekerja. Pemerintah Provinsi Sumbar mendorong pelaku usaha kecil menengah menjajaki pasar daring agar bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Christine Hakim, pemilik usaha Kripik Balado Christine Hakim, di Padang, Senin (20/7/2020), mengatakan, penjualan keripik sanjai dan oleh-oleh lain di tokonya mulai membaik sejak normal baru diterapkan. Omzet harian di dua tokonya di Padang mulai membaik menjadi 30-40 persen dari total omzet ketika kondisi normal.
”Ketika pembatasan sosial, omzet tinggal 10 persen dari total omzet pada hari normal, bahkan kurang. Sekarang mulai naik meskipun omzet baru 30-40 persen dari total omzet pada hari normal,” kata Christine. Penjualan turut ditopang oleh pasar daring, terutama di masa pembatasan selektif dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Christine menjelaskan, mulai membaiknya penjualan keripik sanjai dan oleh-oleh lainnya dipicu oleh dibukanya akses perbatasan provinsi. Orang-orang dari luar Sumbar mulai berwisata atau melakukan perjalanan dinas ke Padang dan berbelanja oleh-oleh di tempat Christine.
Dengan angka penjualan yang merangkak naik, kata Christine, satu tokonya yang sempat tutup di Christine Hakim Idea Park (CHIP) kembali dibuka pada awal Juli 2020. Sebagian karyawan yang sempat dirumahkan dengan gaji dibayarkan 50 persen kembali diminta masuk meskipun ada yang secara bergantian.
Pandemi Covid-19 telah memukul usaha keripik sanjai dan oleh-oleh. Jenis usaha ini sangat bergantung pada pariwisata, perjalanan dinas pegawai, dan kunjungan perantau yang pulang kampung. Semasa pembatasan selektif ataupun PSBB, pengunjung dari luar provinsi dibatasi, bahkan dilarang masuk Sumbar.
Menurut Christine, dampak pandemi Covid-19 mulai terasa sejak Februari 2020 dan semakin parah pada Maret, April, dan Mei 2020. Toko di CHIP, yang mempekerjakan sekitar 30 orang, sempat ditutup tiga bulan sebelum dibuka kembali awal Juli 2020. Selama toko tutup, karyawan dirumahkan dan gaji dibayar 50 persen. Stok dagangan dibagikan ke karyawan, warga sekitar, dan pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang produknya dipasarkan oleh Christine.
Toko yang dibuka hanya Kripik Balado Christine Hakim yang berada di Jalan Nipah, Padang Barat, dekat Jembatan Siti Nurbaya. Di toko ini, dari total 40 pekerja, 10 orang dirumahkan dengan kompensasi dua bulan gaji.
Selain itu, lanjut Christine, sebanyak 300 UKM di Sumbar yang memasok produk ke Kripik Balado Christine Hakim ikut terdampak. Setidaknya selama dua bulan Christine tidak menambah stok karena penjualan lesu.
Angka penjualan yang berangsur membaik juga terjadi di Pusat Oleh-oleh Ummi Aufa Hakim cabang Padang dan Kripik Balado Shirley.
Rani (33), penanggung jawab Pusat Oleh-oleh Ummi Aufa Hakim cabang Padang, mengatakan, sejak normal baru, angka penjualan di toko itu naik menjadi 40 persen dari total omzet pada kondisi normal dibandingkan masa pembatasan selektif dan PSBB, yang hanya 20-30 persen. ”Ada peningkatan, tetapi belum seperti kondisi normal,” kata Rani.
Dengan mulai membaiknya angka penjualan, 5 pekerja dari 10 pekerja yang sempat dirumahkan telah diminta kembali bekerja. Total pekerja di Pusat Oleh-oleh Ummi Aufa Hakim cabang Padang sebanyak 30 orang.
Menurut Rani, penjualan daring sangat membantu menopang penjualan ketika masa pembatasan selektif dan PSBB. Pada masa kunjungan ke toko sangat sepi, pesanan produk lebih banyak melalui daring. Pembeli memesan melalui aplikasi Whatsapp dan telepon seluler.
Adapun Shirley, pemilik Kripik Balado Shirley, mengatakan, sebulan terakhir, angka penjualan keripik sanjai dan oleh-oleh lainnya di tokonya mulai membaik. Saat ini, angka penjualan 30 persen dari total omzet pada kondisi normal. Tiga bulan sebelumnya, angka penjualan hanya 20 persen dari total omzet biasanya. ”Sebulan belakangan omzet mulai bagus,” kata Shirley.
Sebulan belakangan omzet mulai bagus. (Shirley)
Shirley melanjutkan, penjualan daring melalui marketplace, laman resmi, Whatsapp, dan lainnya turut menopang penjualan selama masa-masa sepi. Selain itu, untuk merangsang pembeli, Shirley mengadakan program promosi.
Setiap pembelian minimal Rp 350.000, pembeli mendapat satu botol kecil cairan pembersih tangan dan satu lembar masker kain. ”Dampak program promosi itu cukup terasa. Kami masih bisa menjual produk di saat toko lain (hampir) tidak ada transaksi jual-beli,” kata Shirley.
Menurut Shirley, tokonya juga sempat merumahkan karyawan pada Maret, April, dan Mei 2020. Dari total 15 pekerja, 8 orang dirumahkan, terutama karyawan baru dan lajang, dengan gaji dibayar separuh untuk mengurangi biaya operasional. Jam operasional waktu itu juga dipersingkat dari biasanya pukul 07.00-21.30 menjadi pukul 08.00-18.00.
Sekarang enam pekerja sudah kembali masuk, sedangkan sisanya memang sudah berhenti. Jam operasional sudah ditambah menjadi pukul 08.00-20.00 mulai Senin.
Selain itu, toko pemasaran Kripik Balado Shirley di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, juga sempat tutup selama dua bulan karena sepinya aktivitas di bandara. Empat pekerja di toko itu dirumahkan dengan gaji dibayar 50 persen. Seminggu terakhir, toko di bandara sudah kembali dibuka dan semua pekerja kembali masuk.
Shirley menambahkan, kurangnya penjualan selama pandemi Covid-19 juga berdampak kepada 80 UKM di Sumbar yang produknya dipasarkan di toko Kripik Balado Shirley. Karena pembelian lesu, produk yang diserap dikurangi untuk menjaga agar produk yang dijual tetap segar.
Selama tiga bulan terakhir, tinggal 50 UKM yang produknya masih diserap. Namun, sekarang, jumlah UKM yang produknya diserap mulai bertambah secara berangsur-angsur.
Pemasaran daring
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Asben Hendri mengakui, sektor perindustrian, termasuk UKM di bidang makanan, terdampak oleh pandemi Covid-19. Sebagai antisipasi agar usaha tetap bertahan, dinas mendorong pengusaha menjajaki peluang pemasaran secara daring.
”Kami mendorong pemasaran secara daring. Biasanya, kan, pengusaha menunggu pengunjung di toko. Pelaku UKM ataupun IKM didorong agar lebih familier menggunakan teknologi karena sekarang era 4.0,” kata Asben. Meskipun keran wisatawan sudah dibuka, pemasaran secara daring tetap harus dicoba untuk menopang angka penjualan.
Menurut Asben, ke depan diupayakan pula ada pelatihan pemasaran daring bagi pelaku UKM. Saat ini pelatihan memang belum memungkinkan karena tidak ada anggaran setelah adanya kebijakan refocusing. Program pelatihan bakal diusulkan dalam anggaran perubahan.
Selain mendorong pemasaran daring, lanjut Asben, dinas juga mendorong masyarakat mengonsumsi produk dalam provinsi. Langkah itu sebagai antisipasi belum maksimalnya kunjungan dari luar provinsi pada masa normal baru. Dinas juga membantu pemasaran produk UKM dengan mempromosikannya dalam setiap acara yang diadakan dinas.
Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial mengatakan, sejak normal baru, Sumbar kembali membuka obyek wisata sebagai salah satu upaya memulihkan ekonomi. Promosi wisata aman Covid-19 dengan penerapan protokol kesehatan ketat juga dilakukan.
Yang terbaru pada Sabtu (18/7/2020), Pemerintah Provinsi Sumbar mengadakan misi penjualan (sales mission) di Jakarta. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dalam kesempatan itu mengatakan, Sumbar siap menerima perantau pulang kampung pada Idul Adha sembari berwisata.
Novrial menjelaskan, dinas sudah menyusun prosedur standar operasi (SOP) wisata aman Covid-19 dengan 19 kabupaten/kota di Sumbar. SOP itu berlaku di obyek wisata, hotel, rumah makan, dan tempat lainnya yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata. Selain itu, Sumbar juga melakukan tes usap terhadap pekerja hotel, obyek wisata, angkutan pariwisata, dan lainnya untuk mengurangi risiko penularan Covid-19.
”Mudah-mudahan upaya yang kami lakukan bisa menghidupkan kembali aktivitas pariwisata. Tentu dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Dengan demikian, sektor lain (termasuk usaha oleh-oleh) yang berkaitan dengan pariwisata juga bisa bergerak,” kata Novrial.