Dua Desa di Kotawaringin Barat Terendam Banjir, Seluruh Warga Mengungsi
Dua desa di Kabupaten Kotawaringin Barat terendam banjir dengan ketinggian maksimal mencapai 3 meter. Seluruh rumah di dua desa itu terendam banjir dengan total 633 rumah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Dua desa di Kabupaten Kotawaringin Barat terendam banjir dengan ketinggian maksimal mencapai 3 meter. Semua rumah di dua desa itu terendam banjir dengan total 633 rumah. Seluruh warga mengungsi ke posko darurat atau ke rumah keluarga mereka yang jauh lebih aman dari banjir.
Banjir di Kabupaten Kotawaringin Barat sudah berlangsung selama satu bulan di tiga kecamatan, yakni Arut Selatan, Arut Utara, dan Kotawaringin Lama. Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Barat, total terdapat 2.108 keluarga terdampak banjir di tiga kecamatan tersebut atau 4.720 orang.
Warga sudah memenuhi posko-posko darurat yang kami siapkan. Sebagian besar mengungsi ke rumah keluarga di daerah lain yang tidak terdampak banjir. (Reneli)
Namun, dalam dua hari terakhir banjir terparah terjadi di dua desa di Kotawaringin Lama, yakni Desa Rungun dan Kondang. Di dua wilayah itu luapan Sungai Arut merendam seluruh rumah penduduk.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Kotawaringin Barat Reneli menjelaskan, semua warga di dua desa itu sudah mengungsi karena tinggi muka air yang berkisar 1-3 meter. Beberapa rumah bahkan hanya terlihat atap.
”Warga sudah memenuhi posko-posko darurat yang kami siapkan. Sebagian besar mengungsi ke rumah keluarga di daerah lain yang tidak terdampak banjir,” kata Reneli.
Reneli menambahkan, warga dievakuasi lantaran semua jalan masuk dan keluar desa itu tertutup banjir. Evakuasi menggunakan perahu karet milik BPBD Kotawaringin Barat dan perahu mesin milik warga. Pihaknya juga berkoordinasi dengan semua pihak, termasuk aparat keamanan, untuk membantu evakuasi warga terdampak.
Evakuasi paksa
Berdasarkan data BPBD Kotawaringin Barat, dari dua desa itu setidaknya terdapat 776 keluarga yang mengungsi. Di Kecamatan Arut Selatan 76 keluarga dan 60 keluarga di Arut Utara juga mengungsi keluar dari desanya.
”Di wilayah yang banjirnya tidak terlalu tinggi itu, tidak semua warga mau dievakuasi dan memilih bertahan. Namun, kami pantau, kami akan mengevakuasi paksa jika diperlukan sesuai dengan kondisi,” kata Reneli.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Barat Tengku Ali Syahbana menjelaskan, saat ini kebutuhan paling mendesak adalah air bersih untuk seluruh warga yang mengungsi. Pihaknya berupaya menyediakan air bersih dan kebutuhan logistik lainnya.
”Kami juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan untuk membantu sehingga di posko darurat akan tersedia tenaga kesehatan yang diperlukan bagi pengungsi juga bantuan sosial lainnya,” kata Ali.
Di Lamandau, banjir masih merendam tujuh kecamatan. Namun, tinggi muka air perlahan-lahan menurun. Di kabupaten ini setidaknya 1.500 keluarga terdampak banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamandau Edison Dewel menjelaskan, dalam dua hari belakangan hujan belum turun. Hal itu menyebabkan Sungai Lamandau yang sebelumnya meluap mulai surut, begitu juga banjir di sejumlah wilayah.
”Air mulai surut, tetapi masih ada warga yang mengungsi karena di beberapa wilayah airnya bertahan,” kata Edison.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kalteng Darliansjah menjelaskan, sampai saat ini semua daerah terdampak banjir masih bisa ditangani pemerintah daerah di masing-masing wilayah. Meskipun demikian, pemerintah provinsi tetap memberikan bantuan logistik ke warga terdampak.
”Kalau pemerintah kabupaten ada kekurangan atau meminta bantuan, kami pasti akan respons cepat, tetapi sampai saat ini semua masih bisa ditangani,” kata Darliansjah.
Darliansjah mengatakan, banjir di Kalteng sebagian besar terjadi karena luapan sungai. Selain itu, banjir juga selalu datang setiap tahun.
”Saya dan beberapa instansi terkait juga sudah diminta Gubernur Kalteng membuat kajian singkat mengapa banjir terus terjadi setiap tahun,” kata Darliansjah.