Akses Internet Tidak Stabil, Belajar Mengajar di 1.300 Desa di Jabar Terkendala
Banyak desa masuk ke dalam area blank spot (titik kosong) sehingga tidak memiliki koneksi sinyal seluler dan internet. Hal ini menjadi kendala dalam pembelajaran jarak jauh. Daerah ini berada di bagian selatan Jabar.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Lebih kurang 1.300 desa di sekitar kawasan hutan di Jawa Barat masih terkendala akses internet ideal. Kondisi ini menyulitkan anak usia sekolah mengikuti metode pembelajaran jarak jauh secara daring di tengah pandemi.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi di Bandung, Kamis (16/7/2020), menuturkan, desa-desa tersebut masuk ke dalam area blank spot (titik kosong) sehingga koneksi sinyal seluler dan internet tidak stabil. Daerah-daerah ini berada di bagian selatan, seperti Kabupaten Sukabumi, Cianjur, dan Kabupaten Garut. Saat ini, total desa di Jabar 5.312.
”Sebanyak 1.300 blank spot ini berstatus desa di sekitar hutan. Kondisi itu menyulitkan metode belajar dari rumah. Sejauh ini, sekolah-sekolah di Jabar telah terkoneksi internet, tetapi kalau kediaman siswanya tidak terjangkau internet, berarti pembelajaran juga sulit dilakukan,” tuturnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sekolah yang tersebar di Jabar mencapai 30.079 sekolah. Dari data yang dihimpun per semester genap tahun ajaran 2019/2020 tersebut, Kabupaten Garut memiliki jumlah sekolah terbanyak kedua dengan jumlah 2.294 sekolah setelah Kabupaten Bogor. Sementara Kabupaten Cianjur berada di peringkat empat dengan 1.888 sekolah dan Kabupaten Sukabumi di posisi lima dengan 1.823 sekolah.
Dedi menyatakan, sejumlah cara dilakukan untuk meminimalkan dampak. Salah satunya mengirimkan modul pembelajaran luar jaringan lewat pos. ”Kami akan mencari inovasi lain, seperti bekerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika Jabar untuk memasang titik-titik Wi-Fi di tempat umum, seperti balai desa. Proses belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19 harus tetap dilakukan,” tuturnya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menegaskan, kegiatan belajar mengajar tatap muka selama pandemi hanya diperbolehkan di zona hijau, termasuk masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Zona ini tidak hanya berada di sekolah, tetapi di daerah asal siswa dan lingkungan juga menjadi perhatian.
”MPLS hari pertama tahun ajaran baru, semua masih dilaksanakan secara daring atau online,” tuturnya.
Hal tersebut menjadi perhatian karena Jabar masih mengalami peningkatan jumlah kasus Covid-19. Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 (Pikobar) Jabar pada Kamis (16/7/2020) pukul 19.00 mencatat, jumlah kasus positif di Jabar 3.061 jiwa dengan penambahan rata-rata 72 kasus dalam sepekan terakhir.