Banjir di Sultra Meluas, Warga Harus Semakin Waspada
Banjir yang terjadi di dua wilayah di Sulawesi Tenggara, Konawe dan Konawe Utara, terus meluas. Warga diharapkan waspada seiring ketinggian air yang bertambah.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Banjir di Konawe dan Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, terus meluas. Ribuan warga di puluhan desa terdampak dan sebagian di antaranya terpaksa mengungsi. Warga dminta semakin waspada seiring hujan yang masih terus.
Kepala Subbagian Program di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Konawe Alfrida Yaurika menyampaikan, banjir merendam 21 desa di 12 kecamatan. Sebanyak 3.220 warga terdampak. Sekitar 500 rumah tangga mengungsi. Rata-rata satu rumah tangga terdiri atas 3 orang.
”Ketinggian air mencapai 2 meter. Wilayah paling terdampak di Kecamatan Pondidaha, Wonggeduku, dan Kecamatan Lambuya,” ujar Alfrida, Selasa (14/7/2020).
Alfrida meminta warga terus waspada, khususnya mereka yang menetap di wilayah rentan banjir dekat sungai. Luapan Sungai Konawehaa dan Sungai Lahumbuti memicu banjir ke pemukiman warga.
”Yang harus diwaspadai itu banjir di hulu, di daerah Kolaka dan Kolaka Timur, bisa membuat luapan air bertambah. Meski di sini hujan tidak tinggi, luapan air bisa bertambah ketika curah hujan terus terjadi. Oleh karena itu, kami harapkan agar masyarakat terus waspada,” ujarnya.
Sejauh ini, lokasi pengungsian warga terbagi dalam beberapa titik di sejumlah kecamatan. Pembangunan posko darurat dan dapur umum telah dilakukan. Bantuan untuk warga juga sebagian telah disalurkan, khususnya makanan, dan air bersih.
Banjir di Konawe semakin tinggi selama beberapa hari terakhir. Di Kecamatan Pondidaha, ketinggian air mencapai 2 meter sehingga membuat ratusan warga mengungsi. Untuk menyelamatkan barang-barang, warga harus memakai sampan.
Kepala Puskesmas Pondidaha Esti Saranani menyampaikan, para pengungsi dalam kondisi baik dan sehat. Sejumlah pengungsi yang terserang demam atau gatal-gatal telah mendapatkan pengobatan. Posko kesehatan, tutur Esti, telah dibuat di masing-masing desa. Desa yang berdekatan dibuat menjadi satu posko untuk memudahkan mobilitas dan pengobatan pengungsi.
”Obat-obatan sudah disalurkan ke posko. Kami upayakan warga yang sakit bisa segera mendapatkan pengobatan dan perawatan,” kata Esti.
Di Konawe Utara, banjir juga terus merendam belasan desa sepekan terakhir. Sejumlah warga yang bertahan di kediamannya harus dievakuasi karena ketinggian air yang terus bertambah, mencapai 1,5 meter.
Wahyudi dari Kantor SAR Kendari menyampaikan, tim gabungan mengevakuasi 50 warga di Desa Labungga, Kecamatan Andowia. Ketinggian air di wilayah ini terus bertambah karena hujan terus turun.
”Sebanyak 358 warga di Kecamatan Andowia telah melakukan evakuasi mandiri dan saat ini berada di hunian sementara (huntara) dan lokasi pengungsian yang telah disiapkan. Tim masih bersiaga jika sewaktu-waktu ada warga yang membutuhkan evakuasi dan pertolongan,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Konut Jasmidi menyampaikan, 3.741 jiwa yang terdampak sebagian besar telah berada di huntara untuk mengantisipasi banjir bertambah besar. Bantuan logistik juga telah disalurkan ke sejumlah lokasi.
”Bantuan berbagai pihak telah kami salurkan. Hari ini juga menurut rencana dari kabupaten kembali menyalurkan bantuan. Sementara itu, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi turun di wilayah ini,” kata Jasmidi.
Akses jalan utama yang menghubungkan Konawe Utara, Sultra, dengan Morowali, Sulteng, di Desa Sambandete, Oheo, juga masih terputus sejak beberapa hari terakhir seiring banjir yang kembali menerjang. Ketinggian air mencapai 2 meter menutupi jalan sepanjang lebih dari 1 kilometer.