Protokol kesehatan yang ketat mutlak diterapkan di sekolah berasrama mengingat interaksi sosial di sana berlangsung intensif.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Kluster penularan di lingkungan sekolah berasrama kembali muncul setelah 1.262 siswa dan pelatih Sekolah Calon Perwira atau Secapa TNI AD di Bandung, Jawa Barat, serta tujuh santri di Pondok Pesantren Gontor 2 di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, terjangkiti Covid-19. Pelacakan dilakukan untuk mencegah penyebaran meluas.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, Kamis (9/7/2020), mengatakan, penutupan aktivitas di Secapa dilakukan untuk menghindari mobilitas orang di lingkungan itu. Dari 1.262 siswa yang terjangkiti, sebanyak 17 siswa dirawat.
Kepala Kesehatan Kodam III Siliwangi Kolonel (Ckm) Purwo membenarkan kemunculan kluster Covid-19 di Secapa Bandung. Karantina ketat diberlakukan di Secapa.
Menyusul kemunculan kluster Secapa, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar memprioritaskan pemeriksaan di sekolah-sekolah berasrama di Jabar, termasuk 20 institusi pendidikan militer.
”Kami menambah sekolah asrama dan tempat berkumpulnya masyarakat sebagai kategori prioritas tes masif Covid-19. Masih ada sekolah kedinasan lainnya yang akan menyusul. Yang penting, kami tetap mengimbau warga tetap menerapkan protokol kesehatan karena bahaya penyebaran mulai terlihat lagi,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar Berli Hamdani.
Kemunculan kluster Secapa mengingatkan pada kluster Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Polri di Sukabumi, Jabar, akhir maret lalu. Sejumlah 300 siswa di sana dinyatakan positif Covid-19.
Kluster sekolah berasrama tidak hanya muncul di sekolah kedinasan, tetapi juga di lingkungan pondok pesantren. Di Pondok Pesantren Gontor 2 Ponorogo, tujuh santri dinyatakan positif Covid-19.
Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni mengatakan, semua santri yang terjangkit Covid-19 berasal dari luar Ponorogo. Untuk itu, Ipong mendorong pondok pesantren memperketat pengawasan terhadap kedatangan para santri terkait dengan dimulainya tahun ajaran baru.
”Kami berusaha mencegah agar kasus di Gontor tidak meluas,” katanya.
Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso mengatakan, ketujuh santri itu menjalani perawatan di rumah sakit. Selain itu, pelacakan dilakukan terhadap orang-orang yang pernah kontak dekat dengan mereka.
Kami berusaha mencegah agar kasus di Gontor tidak meluas.
Menurut Kohar, pondok pesantren berpotensi menjadi kluster penularan, seperti terjadi di Temboro, Magetan, beberapa waktu lalu, di mana puluhan santri diketahui positif Covid-19. Ada yang kedapatan positif saat masih di Magetan, tetapi ada juga yang diketahui saat sudah sampai di daerah asal.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memang mengizinkan pondok pesantren untuk kembali beroperasi, tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan. Dengan demikian, santri yang datang kembali dipastikan tak berpotensi membawa virus.
”Kami mendorong terciptanya pesantren tangguh,” kata Khofifah.
Untuk mencegah kasus Covid-19 di lingkungan pesantren, pemerintah daerah di Kuningan dan Cirebon, Jabar, mengklaim terus melakukan tes usap tenggorokan dan tes uji cepat terhadap santri dan kiai. Namun, intensitas penapisan masih sangat minim.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinkes Kuningan Denny Mustofa mengatakan, pertengahan Juni lalu, pihaknya menyasar lebih dari 300 tokoh agama dan masyarakat di lingkungan pondok pesantren untuk mengikuti tes usap tenggorokan. ”Namun, karena masih banyak yang libur, hanya puluhan orang yang terjaring,” katanya.
Di Kabupaten Cirebon, ratusan santri telah menjalani tes usap sebelum berangkat ke pondok pesantren di luar Cirebon. Pemerintah Kabupaten juga menyiapkan 15.000 tes uji cepat gratis terhadap santri di wilayah Cirebon. Terdapat 632 pondok pesantren dan sekitar 20.000 santri di Cirebon.
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengatakan, pihaknya menargetkan tes usap hingga 22.000 atau sekitar 1 persen dari total penduduk Cirebon, yakni 2,2 juta jiwa. ”Swab akan dilakukan bulan ini. Santri termasuk salah satu sasarannya. Ada 27 santri yang masuk Cirebon dan sudah swab,” katanya.
Langkah pencegahan penyebaran Covid-19 juga dilakukan lewat regulasi yang diterbitkan Pemprov Jabar. Salah satunya penerbitan Keputusan Gubernur Jabar Nomor 443/Kep-326-Hukham/2020 tentang Protokol Kesehatan untuk Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Lingkungan Pesantren.
KH Salman Al-Farisi, Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Pondok Buntet Pesantren Cirebon, mengatakan, pihak pesantren akan berupaya menjalankan protokol kesehatan sesuai dengan aturan pemda. ”Namun, kemampuan setiap pesantren berbeda terkait sarana dan prasarana untuk menerapkan protokol kesehatan. Oleh karena itu, perlu bantuan pemerintah,” ucapnya.
Sementara itu, Wali Kota Pekalongan Saelany Machfudz menginstruksikan kepada pimpinan lembaga pendidikan berbasis agama, termasuk pesantren, di daerahnya untuk membentuk Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Tim ini diharapkan mampu mencegah dan menanggulangi risiko terbentuknya kluster penyebaran Covid-19 di pesantren.
Di Kabupaten Tegal, sebanyak 800 santri yang akan berangkat ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo, Kediri, Jatim, diperiksa kesehatannya secara gratis. Hal serupa dilakukan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.