156 Pedagang dan Tukang Parkir Pasar Borobudur Jalani Tes Cepat
Tes cepat dilaksanakan di Pasar Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tes ini diikuti 156 pedagang dan tukang parkir, satu orang di antaranya reaktif.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Seorang pedagang diambil darahnya dalam kegiatan tes cepat di Pasar Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (9/7/2020).
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 156 pedagang dan tukang parkir di Pasar Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menjalani tes cepat, Kamis (9/7/2020). Tes ini dilakukan untuk menindaklanjuti temuan pasien positif Covid-19 yang merupakan seorang pemilik toko kelontong di daerah tersebut, pada Selasa (7/7/2020).
”Tes cepat ini sengaja kami lakukan sebagai upaya menelusuri siapa saja yang melakukan kontak dekat dengan pasien terkonfirmasi,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Retno Indriastuti, Kamis (9/7/2020).
Dari tes cepat ini diketahui bahwa satu pedagang reaktif. Hal ini kemudian langsung ditindaklanjuti dengan tes usap, tetapi hingga Kamis petang, hasil tes belum diketahui. Seperti sempat diberitakan sebelumnya, seorang warga Kecamatan Borobudur yang terkonfirmasi positif Covid-19 tersebut memiliki toko kelontong di rumahnya. Seminggu sekali, dia diketahui sering berbelanja, membeli stok bahan kebutuhan pokok di salah satu toko di Pasar Borobudur.
Selain pemilik dan karyawan tempat pasien biasa berbelanja, 156 orang yang menjalani tes cepat tersebut juga terdiri dari tukang parkir, pedagang-pedagang di sekitar toko, serta semua pedagang ayam di Pasar Borobudur.
”Pedagang ayam semuanya saya gerakkan untuk mengikuti tes cepat karena pasien positif tersebut diketahui juga sering berbelanja daging ayam di Pasar Borobudur,” ujar Kepala Pasar Borobudur Agus Salim.
Dua pedagang mengantre untuk diambil sampel darahnya dalam kegiatan tes cepat di Pasar Borobudur, Kamis (9/7/2020).
Selain itu, sebagian pedagang yang mengikuti tes cepat adalah mereka yang saat ini sedang sakit dan ingin mendapatkan kepastian apakah dirinya tertular Covid-19 atau tidak.
Hesti (47), salah seorang pedagang ayam di Pasar Borobudur, mengaku cemas setelah mengetahui pasien positif Covid-19 tersebut sering membeli ayam di Pasar Borobudur. Hal ini pada akhirnya memengaruhi perasaannya saat melayani pelanggan.
”Sekarang ini, saya merasa takut dan cemas saat melayani pelanggan. Saya khawatir interaksi dengan pembeli, nantinya membuat saya berisiko tertular Covid-19,” ujarnya.
Kecemasannya pun makin bertambah karena sejak kecil dirinya memang sudah menderita penyakit bronkitis. Oleh karena itu, ketika mengikuti tes cepat dan hasilnya menyatakan dirinya reaktif, Hesti makin khawatir dirinya akan dirujuk ke rumah sakit.
Sunarti (60), pedagang ayam lainnya juga, mengatakan hal serupa. Namun, dia pun mengaku pasrah karena dalam aktivitas berdagang, interaksi dengan konsumen tidak mungkin dihindari.
Camat Borobudur Joni Indarto mengatakan, seluruh pedagang diminta tetap tenang dan menjalankan aktivitas seperti biasa. ”Tetap tenang dan tetapkan berdagang, berperilaku sesuai dengan protokol kesehatan,” ujarnya.
Penutupan dan penyemprotan cairan disinfektan di pasar, menurut Joni, berada di bawah kewenangan Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM. Namun, dia pun merasa hal itu belum perlu dilakukan ketika belum terbukti ada kasus positif Covid-19 yang berasal dari Pasar Borobudur.