Kasus Positif Pedagang Borobudur Dikhawatirkan Berdampak bagi Pariwisata
Seorang pedagang, pemilik toko kelontong di Kecamatan Borobudur terkonfirmasi positif Covid-19. Kasus ini dikhawatirkan akan berdampak pada kunjungan wisatawan di kawasan pesiar ini.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
KOMPASREGINA RUKMORINI
Situasi Pasar Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (8/7/2020).
MAGELANG, KOMPAS — Seorang pemilik toko kelontong di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terkonfirmasi positif Covid-19. Jika tidak segera ditelusuri, temuan tersebut dikhawatirkan memukul aktivitas pariwisata di Candi Borobudur yang baru kembali dibuka untuk pelancong.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Retno Indriastuti, Rabu (8/7/2020), mengatakan, sumber penularan pada pasien yang bersangkutan belum diketahui. ”Kami masih berupaya mengkaji, pasien tertular dari mana,” ujarnya.
Pasien positif Covid-19 tersebut tidak memiliki riwayat kontak dekat dengan pasien positif Covid-19 dan tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar kota. Pasien ini memiliki toko kelontong di rumahnya. Namun, sehari-hari, dia kerap berbelanja ke Pasar Borobudur untuk membeli stok barang-barang keperluan tokonya. Adapun jarak Pasar Borobudur dengan kawasan candi hanya 100-500 meter.
Menindaklanjuti temuan kasus ini, Retno mengatakan, pihaknya saat ini tengah menelusuri kontak dekat pasien untuk menjalani tes cepat. Setiap hasil reaktif akan ditindaklanjuti dengan tes usap.
Sejumlah toko kelontong di Pasar Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (8/7/2020).
Selain itu, menurut Retno, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Magelang, untuk segera menyemprotkan cairan disinfektan di Pasar Borobudur.
Temuan kasus ini otomatis mengguncang kehidupan Kecamatan Borobudur, yang merupakan kawasan wisata. Sejumlah pelaku wisata pun mulai cemas isu ini akan berdampak pada aktivitas mereka yang saat ini mulai menerima tamu.
Muslih, Ketua Paguyuban Homestay Kampung Homestay Ngaran II di Desa Borobudur, mengatakan, Pemerintah Kabupaten Magelang diharapkan segera bertindak cepat untuk menangani temuan kasus ini dengan cepat.
”Agar penularan virus tidak berkembang semakin cepat, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Magelang segera menemukan sumber penularan, melakukan tes, dan mensterilkan pasar,” ujarnya.
Penanganan secara cepat sangat diperlukan agar temuan kasus ini tidak berkembang menjadi isu yang tidak benar, disalahtafsirkan oleh banyak orang dan akhirnya berdampak pada kunjungan wisatawan.
Penanganan secara cepat ini, menurut dia, sangat diperlukan agar temuan kasus ini tidak berkembang menjadi isu yang tidak benar, disalahtafsirkan oleh banyak orang, dan akhirnya berdampak pada kunjungan wisatawan. ”Isu yang dibiarkan berkembang liar berpotensi membuat kunjungan wisatawan kembali berangsur sepi dan Taman Wisata Candi Borobudur ditutup lagi,” ujarnya.
Paguyuban Homestay Ngaran II beranggotakan 35 unit homestay dengan jumlah kamar mencapai 165 kamar. Saat ini, kunjungan wisatawan menginap kembali menggeliat. Sejak Sabtu (4/7/2020), salah satu homestay sudah mulai menerima kunjungan tamu yang memesan tiga kamar. Adapun pada Selasa (7/7/2020), homestay lainnya menerima pemesanan dua kamar.
Saat ini, Muslih mengatakan, pihaknya tengah menerapkan strategi promosi antara lain dengan memberikan diskon 30 persen untuk semua kamar yang tersedia. Pada kondisi normal, tarif satu unit homestay, mulai dari kapasitas tiga kamar hingga lima kamar, berkisar mulai Rp 500.000 per malam hingga Rp 2 juta per malam.
Sejak dibuka pada Kamis (25/6/2020), Taman Wisata Candi Borobudur kini mulai didatangi wisatawan. Sekalipun jumlahnya masih fluktuatif, jumlah wisatawan di akhir pekan pernah mencapai jumlah tertinggi, hingga 900 orang per hari.
Sejumlah wisatawan mulai berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah,. Foto diambil Selasa (7/7/2020).
Pada Rabu (8/7/2020), temuan kasus di Pasar Borobudur tersebut sudah berkembang menjadi isu yang keliru ditangkap banyak warga. Informasi dari dinas kesehatan menyebutkan pasien tersebut hanya sering kali berbelanja di Pasar Borobudur, tetapi banyak pedagang mengatakan informasi yang beredar pasien positif Covid-19 tersebut adalah pedagang, pemilik toko kelontong di pasar. Pada akhirnya, hal itu membuat mereka pun menaruh curiga pada sejumlah toko kelontong.
Sunarti (60), salah seorang pedagang daging ayam yang berada di bagian depan pasar, mengatakan, dirinya merasa yakin pasien tersebut tidak berada di toko kelontong bagian depan karena rekan-rekannya diketahui tidak ada yang menderita sakit. ”Mungkin pedagang yang sakit membuka toko di bagian belakang pasar,” ujarnya.