”Staycation” dan Webinar Jadi Pilihan Hotel di Sumut
Sejumlah hotel di Medan dan sekitarnya mempromosikan liburan di hotel atau ”staycation” dan penyelenggaraan webinar di hotel untuk menyiasati penurunan tamu selama pandemi Covid-19.
Oleh
NIKSON SINAGA/AUFRIDA WISMI
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sejumlah hotel di Medan, Sumatera Utara, dan sekitarnya mempromosikan liburan di hotel atau staycation dan penyelenggaraan webinar di hotel untuk menyiasati penurunan tamu selama pandemi Covid-19. Bulan ini, paket pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran juga mulai ditawarkan dengan protokol kesehatan ketat.
Jesica M dari Public Relations HotelGrandhika Medan, Rabu (1/7/2020), mengatakan, selama pandemi, hotel tidak pernah tutup meskipun pada bulan Maret jumlah tamu hanya hitungan jari per hari. Pada bulan April-Mei, tingkat hunian mulai meningkat menjadi 15 persen, lalu Juni mencapai 30 persen.
Sebagian besar tamu masih keluarga-keluarga di Medan dan sekitarnya yang memanfaatkan program promo bayar dua malam untuk tinggal tiga malam di hotel. Tamu bisnis belum banyak, padahal hotel menyasar kegiatan bisnis dan pemerintahan.
Penerapan protokol kesehatan dijalankan ketat. Selain penyediaan cairan antiseptik pembersih tangan di sejumlah titik di hotel serta penyediaan masker, tanda-tanda untuk menjaga jarak juga dipasang di lantai hotel, di dalam lift, hingga toilet.
Ketua Satuan Tugas Covid-19 Hotel Grandhika Medan Edyson Sinaga menambahkan, semua karyawan telah mendapat pembekalan tentang tata cara pelayanan kepada tamu yang sehat. Karyawan bahkan setiap hari harus melaporkan kondisi kesehatan mereka melalui aplikasi ke kantor. Protokol kesehatan juga diberlakukan pada pemasok kebutuhan hotel dengan 110 kamar itu.
Setiap dua jam sekali fasilitas publik di hotel dibersihkan dengan disinfektan. Dua kali sebulan seluruh hotel disemprot disinfektan, termasuk kampung-kampung di sekeliling hotel. Begitu tamu meninggalkan kamar, kamar juga langsung disemprot disinfektan.
Fasilitas hotel seperti ruang olahraga tetap dibersihkan meskipun belum dibuka. Kolam renang juga belum dibuka untuk tamu.
Jesica mengatakan, selain masih mengandalkan tamu lokal dan keluarga, pertemuan-pertemuan daring sudah mulai diselenggarakan di hotel dengan jumlah tamu 8-10 orang di ruangan yang biasa disediakan untuk 25 orang. ”Kami memberikan fasilitas pertemuan daringnya,” kata Jesica.
Sejauh ini pihaknya masih menyediakan sarapan bagi tamu ke kamar dan belum membuka sarapan di restoran. Restoran juga disiapkan hanya untuk 50 persen kapasitas tempat duduk.
Restoran juga disiapkan hanya untuk 50 persen kapasitas tempat duduk.
Sementara di Hotel Santika Premiere Dyandra Medan, penyemprotan disinfektan sudah dilakukan pada mobil yang masuk ke halaman hotel yang selama bulan Mei tutup itu. ”Kami memang sengaja tutup untuk mempersiapkan diri menghadapi tata cara baru,” kata General Manager Santika Premiere Dyandra Medan Ariestra. Hotel buka kembali pada 4 Juni.
Selama sebulan terakhir, tingkat hunian hotel dengan 300 kamar itu baru sekitar 10 persen. Protokol kesehatan diberlakukan ketat. Setiap satu jam sekali fasilitas publik yang bersentuhan dengan tamu dibersihkan dengan disinfektan. Sementara ruang publik disemprot dua kali sehari pada pagi dan sore.
Hotel menerapkan standar kesehatan sesuai aturan Kementerian Kesehatan serta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumut. Hotel bahkan menyediakan klinik kesehatan.
Hotel juga tidak membuka restoran. Makanan sarapan bagi tamu disediakan di dalam kotak dan diantar ke kamar. Seluruh peralatan makan dan minum diganti dengan peralatan makan-minum sekali pakai.
Hotel juga mempromosikan staycation. Sementara tamu lembaga yang datang kebanyakan yang berhubungan dengan penganggaran dan penanganan Covid-19, tetapi bukan petugas medis.
Ketua PHRI Sumut Denny S Wardhana mengatakan, industri hotel di Sumut terpuruk setelah empat bulan menutup penjualan paket pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) yang selama ini berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap bisnis perhotelan. Bulan ini hotel mulai membuka penjualan MICE dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan Covid-19.
”Juli ini kami kembali membuka penjualan paket pertemuan dengan jumlah peserta terbatas dan protokol kesehatan yang ketat. Kami tidak bisa hanya mengandalkan penjualan kamar karena keterisiannya masih di bawah 10 persen,” kata Denny.
Menurut Denny, hampir semua hotel di Sumut selama Juni mulai buka dan mencoba menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Tingkat keterisian hotel pun mulai naik dari sebelumnya rata-rata 5 persen menjadi 10 persen.
Menurut Denny, industri perhotelan di Medan tidak bisa hanya mengandalkan penjualan kamar. Apalagi, pengunjung hotel saat ini hanya berasal dari warga lokal Sumut. Kamar pun bisa terisi karena hotel melakukan promosi dengan memotong harga hingga lebih dari 50 persen. ”Pengunjung dari daerah lain masih sangat sedikit dan dari luar negeri hingga kini belum ada,” katanya.
Denny mengatakan, pada Juli ini hotel akan mulai menjual paket pertemuan. Mereka akan melakukan protokol ketat, seperti mengurangi peserta maksimal setengah dari kapasitas ruangan. Protokol yang sebelumnya sudah diterapkan, yakni wajib memakai masker, menjaga jarak, sanitasi tangan dan barang bawaan, serta pemeriksaan suhu tubuh, tetap dilakukan.
Penyelenggaraan MICE, menurut Denny, sangat penting untuk keberlangsungan industri hotel. Permintaan paket pertemuan kini mulai datang. Mereka pun menyiapkan penjualan paket pernikahan untuk Agustus. ”Di Sumut, kontribusi MICE terhadap bisnis perhotelan lebih dari 50 persen,” kata Denny.
Dengan diselenggarakannya MICE, kata Denny, keterisian hotel juga ditargetkan bisa meningkat hingga 30 persen.
Denny menambahkan, keterisian hotel di kawasan Danau Toba pun hingga kini masih sangat rendah. Di Kabupaten Samosir, sebagian besar hotel masih menutup operasi karena aktivitas pariwisata di daerah itu masih ditutup. Hotel yang sudah mulai buka hanya di kawasan Parapat, Simalungun. ”Kawasan Danau Toba hingga kini masih mengandalkan pengunjung lokal Sumut,” ucapnya.