Perhotelan Mulai Menggeliat
Tingkat hunian hotel di sejumlah daerah mulai naik seiring dengan penerapan normal baru. Pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat penting untuk meraih kepercayaan konsumen.
JAKARTA, KOMPAS — Hotel-hotel di sejumlah daerah mulai beroperasi kembali dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Tingkat hunian pun berangsur naik.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, 68 hotel dan restoran mulai beroperasi setelah tutup sementara akibat pandemi Covid-19. Jumlah itu belum mencakup keseluruhan hotel dan restoran di DIY yang jumlahnya mencapai 400-an.
”Sisanya masih menunggu demand (permintaan) wisatawan. Kami juga meminta agar protokol kesehatan harus disiapkan dulu. Ini menjadi hal yang sangat penting,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono, Rabu (1/7/2020).
Baca juga : ”Staycation” dan Webinar Jadi Pilihan Hotel di Sumut
Protokol kesehatan itu di antaranya karyawan dan tamu wajib memakai masker, mencuci tangan, dan menjalani pengukuran suhu tubuh. Selain itu, kamar yang telah digunakan tamu harus disemprot disinfektan lebih dulu sebelum digunakan tamu lain. Bahkan, tamu dari zona merah diharuskan mengantongi bukti tes cepat dengan hasil nonreaktif atau tes usap (swab)negatif.
Penerapan protokol kesehatan yang ketat ternyata berimbas pada kepercayaan konsumen sehingga tingkat hunian kamar hotel di DIY mulai merangkak. Deddy menyebutkan, saat ini rata-rata tingkat hunian hotel berbintang di DIY 15-25 persen per hari. Untuk hotel nonbintang, tingkat huniannya masih sekitar 5 persen per hari. Pada akhir pekan, tingkat hunian bisa mencapai 35 persen per hari.
”Mereka (tamu) ini warga Yogyakarta yang jenuh setelah sekitar tiga bulan di rumah saja. Ingin cari suasana berbeda dengan menginap di hotel. Kami juga menawarkan harga-harga promo. Yang biasanya harga murah itu di hari biasa, sekarang harga murah kami tawarkan di akhir pekan,” kata Deddy.
Baca juga : Masyarakat Menginap di Hotel untuk Rekreasi Aman
Menurut Asisten Public Relation Manager Swiss-Belboutique Yogyakarta Shela Novitasari, sejak dua pekan terakhir, rata-rata kamar yang terisi meningkat hingga 22-30 kamar per hari. Pada awal pandemi, hanya 2-8 kamar yang terisi dalam satu hari. Total kamar di hotel tersebut 122 kamar.
”Beberapa tamu saya amati memang tampak betul bekerja. Terkadang mereka meminjam salah satu ruangan untuk meeting online (pertemuan daring). Jadi, mereka menginap bukan untuk berlibur, melainkan cari suasana lain untuk bekerja,” kata Shela.
Kenaikan tingkat hunian juga terjadi di Hotel Grand Inna Malioboro. Public Relations Manager Grand Inna Malioboro Retno Kusuma menuturkan, pada awal pandemi, jumlah kamar yang terisi hanya 5-10 kamar per hari. Padahal, total kamar di Grand Inna Malioboro mencapai 227 kamar. Namun, sejak tiga minggu terakhir, tingkat hunian bisa mencapai 50 kamar per hari pada akhir pekan.
Peningkatan hunian hotel juga terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Ketua PHRI Sumsel Herlan Aspiudin mengatakan kenaikan berkisar 5-40 persen. Walakin, kenaikan itu hanya cukup untuk membiayai operasional hotel.
”Bisa dibilang hotel masih tekor,” kata Herlan.
Di Palembang, sedikitnya ada 100 hotel, sebagian besar tutup sementara saat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Seusai PSBB, sekitar 90 hotel kembali beroperasi.
”Saat ini geliat bisnis belum pulih sehingga jumlah orang yang datang ke hotel pun masih terbatas,” ucap Herlan.
Dengan kondisi ini, PHRI Sumsel meminta Pemerintah Kota Palembang memperpanjang penundaan pembayaran pajak. Sebelumnya, ada keringanan pajak berupa penundaan pembayaran, berlaku April-Juni.
Pelonggaran PSBB di Bandar Lampung juga berimbas pada kenaikan tingkat hunian hotel. Apalagi sejumlah moda transportasi publik telah beroperasi kembali. Selain pelaku bisnis, tamu hotel didominasi wisatawan lokal yang berlibur di tengah pandemi Covid-19.
Saat ini geliat bisnis belum pulih sehingga jumlah orang yang datang ke hotel pun masih terbatas.
Director of Sales Marketing and Corporate Emersia Hotel Bandar Lampung Rafizon Chaniago menyebutkan saat ini tingkat hunian mencapai 40-50 persen. ”Sekarang situasi sudah lebih baik. Tingkat hunian hotel kami bahkan pernah mencapai 70 persen (per hari),” ujar Rafizon.
Sejak beroperasi kembali, pihak hotel menerapkan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat. Semua karyawan dibekali masker, pelindung wajah, dan sarung tangan. Tamu diwajibkan mencuci tangan dan mengecek suhu sebelum memesan kamar hotel.
Pembatasan jumlah pengunjung juga dilakukan di area publik, seperti restoran, lobi hotel, dan kolam renang. Di area restoran, misalnya, maksimal hanya 50 orang yang boleh masuk. Adapun kapasitas restoran 100 pengunjung. Sebagai alternatif, pihak hotel juga menyiapkan layanan antar makanan ke dalam kamar.
Menurut Rafizon, pihaknya berkomitmen menerapkan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat sesuai anjuran pemerintah. Selain berkontribusi menekan penularan, penerapan protokol juga meningkatkan kepercayaan konsumen.
”Staycation”
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mendorong pemilik hotel untuk mulai mengembangkan konsep wisata staycation atau mengundang wisatawan untuk menikmati liburan di lokasi sekitar penginapan.
”Konsep staycation ini secara tidak langsung menciptakan sebuah destinasi one stop tourism. Pengelola penginapan dan hotel harus merancang bagaimana tamunya merasa cukup puas berwisata hanya dari penginapan,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi M Yanuarto Bramuda.
Konsep yang dikembangkan oleh Banyuwangi ini sempat ditunjukkan kepada Presiden Joko Widodo ketika berkunjung ke Villa So Long Banyuwangi, Kamis (25/6/2020). Tamu yang berkunjung di sana tidak hanya menginap, tetapi juga bisa menikmati keindahan alam dengan pemandangan pantai dan perairan Selat Bali.
”Kami menawarkan sensasi melihat matahari terbit. Kami sampaikan kepada tamu, dengan melihat matahari terbit di sini (Villa So Long), mereka menjadi orang pertama yang melihat cahaya matahari di Pulau Jawa,” kata Manajer Villa So Long Nicolas Ardy.
(HRS/NCA/RAM/VIO/NSA/GER/IKI/MEL/EGI)