Penyebaran Covid-19 di Desa, Pemkab Indramayu Optimalkan Puskesmas
Virus korona jenis baru penyebab wabah Covid-19 telah menyebar di pedesaan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pemerintah Kabupaten pun mengoptimalkan peran puskesmas dalam deteksi dini dan pelacakan kasus Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Virus korona jenis baru penyebab wabah Covid-19 telah menyebar di pedesaan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pemerintah Kabupaten pun mengoptimalkan peran puskesmas dalam deteksi dini dan pelacakan kasus Covid-19.
Di Puskesmas Pondoh, Desa Pondoh, Kecamatan Juntinyuat, sekitar 17 kilometer dari pusat pemerintahan Indramayu, misalnya, tersedia 10 alat tes uji cepat untuk mendeteksi kasus Covid-19. Alat tersebut disiapkan guna mengetes calon ibu yang akan bersalin atau pendatang dari luar daerah dan luar negeri.
”Bahkan, kami punya 10 alat tes swab (usap tenggorokan). Kalau alat tesnya habis, kami tinggal minta ke dinas kesehatan. Sampai saat ini, belum ada kasus positif di lima desa yang menjadi wilayah kerja puskesmas,” ujar Kepala Puskesmas Pondoh Tarno saat ditemui, Senin (29/6/2020).
Sebanyak 42 karyawan puskesmas, lanjutnya, dibekali alat pelindung diri (APD), seperti masker dan baju hazmat. Setiap orang juga diwajibkan mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjalani pengukuran suhu tubuh. Pihaknya juga menyiapkan ruang tunggu tambahan beratap tenda agar mencegah penumpukan pasien. Jarak tempat duduk pasien pun diatur.
Untuk pelacakan kasus, puskesmas bekerja sama dengan aparat desa dan kecamatan. Setiap warga yang datang dari luar kota atau luar negeri harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Jika ada yang dicurigai memiliki gejala Covid-19, akan menjalani tes uji cepat.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indramayu, Deden Bonni Koswara, mengatakan, pihaknya telah membekali masing-masing 10 alat tes uji cepat dan sejumlah APD ke 49 puskesmas di Indramayu. ”Kalau kurang, kami akan tambah lagi. Puskesmas menjadi pusat deteksi kasus,” ujarnya.
Puskesmas menjadi pusat deteksi kasus.
Setiap puskesmas juga memiliki seorang petugas surveilans untuk melacak kasus Covid-19. Jika ditemukan orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP), mereka akan menjalani karantina mandiri atau dirawat di rumah sakit.
Pihaknya menyiapkan ruangan isolasi bagi ODP dan PDP dengan gejala ringan untuk 37 pasien. Adapun RSUD Indramayu mampu merawat 13 PDP dengan gejala berat. Hingga kini, tercatat 34 kasus positif Covid-19 di Indramayu. Sebanyak 4 orang meninggal dunia, 18 pasien sembuh, dan 12 pasien masih dirawat. Sebanyak 64 PDP juga dilaporkan meninggal dunia.
Menurut Deden, peran puskesmas sangat penting menanggulangi kasus Covid-19 karena virus korona jenis baru telah menyebar di desa. Bahkan, kasus terbanyak tercatat di daerah Karangampel, Tukdana, dan Lelea yang jauh dari pusat kota Indramayu. Bahkan, dua tenaga kesehatan di puskesmas juga terpapar Covid-19 pada pertengahan Juni lalu.
Pasien tersebut adalah OTU, pria berusia 26 tahun yang bekerja sebagai perawat di Puskesmas Lohbener, dan K, bidan berusia 44 tahun yang bertugas di Puskesmas Tugu. Mereka terkonfirmasi positif setelah menjalani tes usap tenggorokan atau swab.
Oleh karena itu, Deden meminta masyarakat mendukung penanggulangan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan. Pihaknya juga terus menggelar tes usap massal di tempat kerumunan, seperti pasar dan fasilitas kesehatan. Sebanyak 1.399 orang menjadi sasaran tes usap, termasuk tenaga kesehatan.