Perlindungan anak menjadi salah satu prioritas pencegahan Covid-19 di Jawa Barat. Oleh sebab itu, meskipun aktivitas perkantoran dan bisnis mulai dibuka kembali, kegiatan belajar di sekolah belum diaktifkan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Perlindungan anak menjadi salah satu prioritas pencegahan Covid-19 di Jawa Barat. Oleh sebab itu, meskipun aktivitas perkantoran dan bisnis mulai dibuka kembali, kegiatan belajar di sekolah belum diaktifkan.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, anak dan keluarga menjadi aset paling berharga dalam kehidupan, terutama saat pandemi Covid-19. Orangtua diminta melindungi anak saat beraktivitas di luar rumah, di antaranya dengan memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
”Momen penting di pandemi Covid-19 yaitu kita menyadari ternyata aset penting kemanusiaan adalah keluarga dan anak-anak. Itulah mengapa kami belum bisa membuka sekolah karena anak-anak harus kita lindungi,” ujarnya dalam peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) secara virtual di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Senin (29/6/2020). Kegiatan itu dirangkaikan dengan peringatan Hari Anak Nasional dan Hari Antinarkotika Internasional.
Menurut Kamil, anak-anak bersama warga lansia merupakan kelompok usia paling rawan terjangkit Covid-19. Oleh karena itu, perlindungan kesehatan terhadap mereka mesti selalu diperhatikan.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), lebih dari 100 anak (usia 0-18 tahun) di provinsi itu terinfeksi Covid-19. Mayoritas berada pada rentang usia 6-18 tahun atau usia sekolah. Lebih dari 80 anak sembuh, sementara 3 anak meninggal. Saat ini, 30 anak masih berstatus positif aktif.
Menurut Kamil, pandemi Covid-19 membuat hubungan keluarga lebih hangat. Sebab, orangtua memiliki waktu lebih banyak bersama anak. ”Para bapak lebih punya waktu berkualitas, misalnya, menjadi imam di rumahnya. Para ibu harus lebih cerdas karena anak akan banyak bertanya ke ibunya,” ujarnya.
Anggap saja narkoba ini seperti Covid-19. Jadi, semua elemen harus bergerak melawannya.
Kamil mengatakan, orangtua mesti menguatkan fondasi anak dengan empat kriteria, yaitu physical quotient (PQ), intelligence quotience (IQ), spiritual quotient (SQ), dan emotional quotient (EQ). ”Saya titip empat kriteria manusia unggul Jabar, yaitu badannya kuat, otaknya cerdas, berakhlak, dan spiritualitasnya tinggi,” katanya.
Namun, terdapat berbagai ancaman terhadap fondasi itu, salah satunya narkoba. Kamil mengungkapkan, ada sekitar 900.000 warga Jabar yang memakai narkoba. ”Anggap saja narkoba ini seperti Covid-19. Jadi, semua elemen harus bergerak melawannya,” ujarnya.
Kamil menyarankan Badan Narkotika Nasional (BNN) Jabar memakai metode Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 dalam melawan narkoba. BNN bisa membuat level kewaspadaan daerah untuk memetakan peredaran narkoba.
”Bikin level kewaspadaan atau rating desa, mana yang bersih atau hijau, biru, hingga merah. Supaya kepala desa, lurah, camat, bupati/wali kota tahu wilayahnya masuk zona apa dalam urusan narkoba. Ini inovasi yang kami usulkan,” katanya.
Sejuta akseptor
Bertepatan dengan peringatan Harganas, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menargetkan pelayanan KB serentak untuk satu juta akseptor secara gratis. Dari jumlah tersebut, Jabar mendapatkan alokasi terbanyak, yaitu 454.226 akseptor.
Kepala BKKBN Jabar Kusmana optimistis target tersebut terpenuhi. Meski tidak dapat dilakukan secara massal karena pandemi Covid-19, pihaknya menyiasati dengan sistem dari pintu ke pintu.
”Kami menggerakkan para pengelola KB, penyuluh KB, tenaga penggerak desa, kader KB, tenaga motekar (motivator ketahanan negara) untuk memberikan pelayanan gratis kepada masyarakat,” ujarnya.
Menurut Kusmana, selama pandemi, banyak masyarakat tidak bisa mengkases pelayanan KB. Sebab, di beberapa fasilitas kesehatan, tenaga medisnya terbatas karena fokus menangani Covid-19.