Dalam dua minggu terakhir, pasien di Kabupaten Banyuwangi didominasi tanpa gejala. Dalam dua pekan jumlahnya mengalami kenaikan dari 10 kasus menjadi 25 kasus.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS —Dalam dua minggu terakhir, pasien di Kabupaten Banyuwangi didominasi tanpa gejala. Dalam dua pekan, jumlahnya mengalami kenaikan dari 10 kasus menjadi 25 kasus.
”Saat ini, dari 25 kasus positif, pasien 08 hingga 25 rata-rata tidak memperlihatkan gejala klinis sehingga sekarang semakin sulit membedakan orang yang terpapar virus dengan orang sehat. Untuk itu, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Widji Lestariono di Banyuwangi, Senin (21/6/2020).
Oleh karena itu, Widji terus mengimbau warga agar bersikap melindungi diri sendiri. Salah satu caranya tetap disiplin menghindari kerumunan banyak orang.
Salah satu upaya konkret yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 dalam mencegah kerumunan banyak orang ialah menutup kembali pujasera di Taman Blambangan. Destinasi wisata kuliner yang baru diizinkan buka kembali seminggu terakhir tersebut ditutup karena pengelola, pedagang, dan warga melanggar protokol kesehatan.
Saat ini, dari 25 kasus positif, pasien 08 hingga 25 rata-rata tidak memperlihatkan gejala klinis sehingga sekarang semakin sulit membedakan orang yang terpapar virus dengan orang sehat. Untuk itu, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan. (Widji Lestariono)
Widji mengatakan, saat ini sebagian masyarakat Banyuwangi beranggapan seolah-olah sudah memasuki era normal baru. Padahal, yang terjadi, ada lonjakan pasien positif dalam dua minggu terakhir.
”Dalam dua minggu terakhir ada 15 penambahan kasus. Hasil pemetaan menunjukkan, 5 kasus berasal dari kluster perusahaan pupuk, 4 dari kluster ABK (anak buah kapal), dan sisanya dari transmisi lokal keluarga atau dari luar kota,” ungkap Widji.
Lonjakan kasus positif ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah tes cepat yang digelar di Banyuwangi. Hingga saat ini, 10.000 paket tes cepat gratis telah dimanfaatkan untuk melakuan pemetaan penyebaran Covid-19 di Banyuwangi. Paket tes cepat tersebut berasal dari belanja Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Pelindo III, dan sejumlah bantuan pihak swasta.
Widji mengatakan, pada gelombang pertama tes cepat, dari 500 paket, ditemukan 11 orang rekatif. Selanjutnya dilakukan tes usap kepada 11 orang tersebut dan ditemukan 1 orang di antaranya positif.
Sementara pada tes cepat yang digelar Pelindo III, dari 3.000 paket, ditemukan 16 orang reaktif, enam orang di antaranya positif Covid-19. Adapun lima pasien di antaranya negatif covid-19 dan lima orang lainnya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
Mengapresiasi
Langkah dan kebijakan Pemkab anyuwangi diapresiasi Komunitas Banyuwangi Lawan Korona. Komunitas ini merupakan wadah para sukarelawan lintas latar belakang yang bertujuan mengedukasi warga dan menjernihkan atau memverifikasi informasi di tengah banjir informasi yang beredar di masyarakat.
”Kami mengapresiasi langkah pemerintah daerah dan Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Banyuwangi karena tegas menutup fasilitas yang melanggar protokol kesehatan. Ini bukan soal tega atau tidak tega. Ini bukti pemerintah serius menangani dan mencegah penyebaran Covid-19,” ujar Ahmad Suudi dari Humas Banyuwangi Lawan Korona.
Selain apresiasi tersebut, Banyuwangi Lawan Korona juga memberikan catatan. Beberapa catatan di antaranya terkait masih minimnya fasilitas tes cepat yang murah dan mudah bagi masyarakat.
Suudi mengatakan, Pemkab Banyuwangi jangan terlalu terburu-buru dan fokus pada persiapan penerapan normal baru. Menurut dia, ada hal yang lebih pokok yang harus dipikirkan, yaitu fasilitas layanan kesehatan.
”Normal baru bukanlah sekadar membuka akses dengan tetap pakai masker, face shield, membawa hand sanitizer, jaga jarak, dan cuci tangan. Normal baru seharusnya juga bicara bagaimana pemerintah menjamin fasilitas kesehatan siap jika terjadi ledakan kasus positif, termasuk tes cepat yang mudah dan murah diakses masyarakat,” tuturnya.
Suudi mengatakan, jika akses dan pariwisata Banyuwangi kembali dibuka, fasilitas kesehatan Banyuwangi belum siap itu sama halnya dengan mengorbankan warga dan wisatawan. Saat ini fasilitas kesehatan khusus Covid-19 di Banyuwangi difokuskan di enam rumah sakit rujukan dengan jumlah tempat tidur masing-masing sekitar 50 unit.
Di tengah maraknya orang tanpa gejala di Banyuwangi, Suudi juga mengimbau masyarakat agar tetap disiplin menjahui kerumunan. Penggunaan thermogun juga tidak lagi efektif jika digunakan untuk memeriksa orang tanpa gejala sehingga kemungkinan bertemu dengan orang tanpa gejala di tempat-tempat umum sangat dimungkinkan.