Kasus Positif Muncul Lagi di Bintan, Rencana Pariwisata Normal Baru Jalan Terus
Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Bintan, Kepulauan Riau, kembali melaporkan temuan tiga pasien baru. Hal ini menjadi alarm agar pemerintah agar waspada di tengah gencarnya rencana mendorong pariwisata normal baru.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, kembali melaporkan temuan tiga pasien baru pada Minggu (21/6/2020). Hal ini menjadi alarm agar pemerintah setempat tetap waspada di tengah gencarnya rencana mendorong pariwisata normal baru.
Tiga pasien baru itu adalah pasangan suami-istri yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan negara dan seorang pelancong dari Palembang, Sumatera Selatan. Puluhan orang di Kecamatan Tanjung Uban, yang kontak dekat dengan pasien itu, sekarang tengah menjalani tes cepat.
Kepala Dinas Pariwisata Bintan Wan Rudy Iskandar, Senin (22/6/2020), mengatakan, sebenarnya sudah hampir satu bulan tidak ada penambahan kasus di kabupaten tersebut. Temuan tiga kasus baru ini diduga muncul karena mereka kontak dengan warga Batam, yang masih merupakan zona merah Covid-19 di Kepri.
Salah satu pasien dari tiga kasus baru itu, yang berinisial R, berprofesi sebagai pelaut. Dari Palembang, ia hendak ke Singapura melalui Batam. Saat di Batam, ia melakukan tes usap sebagai syarat masuk Singapura. Sembari menunggu hasil tes tersebut, ia berkunjung ke kerabatnya di Bintan.
”Kasus baru di Tanjung Uban ini muncul karena pasien berinteraksi dengan warga di Batam. Protokol kesehatan belum diterapkan dengan ketat. Seharusnya tamu dari zona merah tidak boleh keluyuran, tetapi ternyata dia bisa ke mana-mana,” kata Rudy, saat dihubungi dari Batam.
Kembali munculnya kasus positif ini berdampak pada rencana pemerintah menjadikan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Lagoi sebagai uji coba wisata normal baru. ”Hari ini Lagoi menutup akses orang dari Tanjung Uban. Mungkin ini akan berlangsung hingga dua minggu ke depan,” ujar Rudy.
Rencana memulai pariwisata normal baru di Lagoi itu tetap akan dilaksanakan.
Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menunjuk Bintan, Banyuwangi, Bali, dan Yogyakarta untuk menjadi uji coba program cleanliness, health, and safety (CHS). Pariwisata normal baru di empat wilayah itu diharapkan dapat mulai berjalan pada Agustus 2020.
Rudy menegaskan, rencana memulai pariwisata normal baru di Lagoi itu tetap akan dilaksanakan. Sejumlah persiapan kini tengah dimatangkan agar keselamatan wisatawan dan karyawan bisa terjamin.
Lagoi dipilih menjadi lokasi uji coba pariwisata normal baru karena lokasinya terpisah dari permukiman penduduk. Selain itu, kawasan ini hanya dapat diakses melalui satu pintu masuk jalur darat dan satu pintu masuk jalur laut. Ini akan memudahkan petugas memantau mobilitas para wisatawan.
Kini, Pemeritah Kabupaten Bintan dan Pemerintah Provinsi Kepri meminta kelonggaran terkait Peraturan Kementerian Hukum dan HAM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pembatasan Warga Negara Asing. Hal ini dilakukan agar wisatawan mancanegara dapat kembali masuk ke Lagoi.
”Nantinya kami hanya akan menerima penduduk dan ekspatriat dari Singapura yang sudah lama tinggal dan bekerja di sana, bukan wisatawan dari negara lain yang transit lewat Singapura,” ucap Rudy.
Sebelumnya, Group General Manager PT Bintan Resort Cakrawala Abdul Wahab, selaku pengelola Kawasan Pariwisata Lagoi, mengatakan, penerapan normal baru itu akan dilakukan secara bertahap. Segmen pertama kali yang akan dibidik adalah kalangan pebisnis ekspatriat di Bintan serta daerah sekitarnya.
Setelah hal itu terlaksana dengan aman, baru secara bertahap pengelola akan membidik segmen wisatawan lainnya, yaitu negara tetangga, terutama Singapura. Kemudian, juga wisatawan dari sejumlah kapal pesiar. Namun, kini yang terpenting adalah mendapatkan rasa percaya dari para wisatawan domestik dulu.
Singapura mulai melonggarkan pembatasan sosial secara bertahap sejak 1 Juni lalu setelah penambahan kasus baru harian menunjukkan tren menurun sejak 21 April 2020. Abdul yakin, jika wisatawan dari Singapura mulai mengalir, tingkat okupansi hotel akan meningkat menjadi 35 persen.
”Di Singapura ada sekitar 1,5 juta (pekerja) ekspatriat dari negara lain. Mereka adalah salah satu pasar terbesar pariwisata Bintan,” kata Abdul, pada 6 Juni lalu.