Dua Heli Jatuh dalam Dua Tahun, TNI AD Evaluasi Menyeluruh
Kepala Staf TNI AD Andika Perkasa mengunjungi kesatuan Penerbad guna membangun kepercayaan diri para prajurit. TNI AD akan terus memperbaiki segala kekurangan, termasuk mengecek kelayakan helikopter MI-17.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kecelakaan helikopter MI-17 milik TNI AD yang terjadi di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 6 Juni 2020, merupakan kecelakaan kedua dalam dua tahun terakhir. TNI AD pun mengevaluasi rentetan insiden ini secara mendalam dan komprehensif.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa, di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (22/6/2020), mengatakan, dirinya sengaja datang ke Penerbangan TNI AD di Semarang guna mengembalikan moral para anggota satuan setelah terjadi dua kecelakaan dalam dua tahun beruntun.
Menurut dia, upaya itu penting dilakukan untuk terus membangun kepercayaan diri para prajurit di satuan Penerbad. ”Kami akan terus memperbaiki apa yang harus kami perbaiki. Itu wajib kami laksanakan dan akan kami tuntaskan,” kata Andika.
Pelibatan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah dilakukan dalam menginvestigasi penyebab kecelakaan. ”Dengan demikian, penilaian itu lebih obyektif. Tidak hanya di kalangan internal kami. KNKT memiliki kapasitas dan pengetahuan dalam hal keselamatan transportasi,” ujarnya.
Kecelakaan helikopter MI-17 milik TNI AD terjadi di Kendal saat misi latihan terbang kedua. Saat terbang pertama, helikopter terbang aman. Pada latihan terbang kedua, helikopter terbang dengan materi manuver taktis sekitar pukul 12.35. Helikopter jatuh setelah terbang sekitar 1 jam 5 menit.
Korban meninggal akibat kecelakaan helikopter MI-17 itu ada lima orang, yakni Kapten (Cpn) Kadek, Kapten (Cpn) Fredy Vebyarto Nugroho, Kapten (Cpn) Y Hendro, dan Lettu (Cpn) Wisnu Tia Aruni, serta Lettu (Cpn) Vira Yudha yang meninggal setelah dirawat seminggu.
Dalam evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh dan obyektif tersebut, TNI akan mengerahkan seluruh kemampuan.
Insiden itu bukan yang pertama menimpa helikopter MI-17. Pada 9 November 2013, helikopter MI-17 jatuh di Malinau, Kalimantan Utara. Pada 28 Juni 2019, helikopter MI-17 TNI AD juga jatuh di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. (Kompas, 8/6/2020)
Dalam evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh dan obyektif tersebut, Andika menuturkan pihaknya akan mengerahkan seluruh kemampuan. Dengan demikian, ada umpan balik untuk perbaikan ke depan. Adapun investigasi hingga kini masih berjalan.
Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat Mayjen TNI Teguh Pudjo Rumekso menambahkan, sejumlah helikopter MI-17 memang tengah diperbaiki atau menjalani overhaul di Semarang. Untuk itu, pihaknya mendatangkan teknisi, dua orang dari Vietnam dan tiga orang dari Ukraina.
”Mereka akan datang ke sini dan kami minta untuk bawa alat untuk mengecek FDR dan CVR (kotak hitam), karena memang teknisinya dari sana. Ini agar bisa melihat (permasalahan) secara menyeluruh sehingga menjadi bahan evaluasi ke depan,” katanya.
Selagi penyelidikan masih berjalan, helikopter MI-17 dan sejenis tak diperbolehkan terbang.
Selagi penyelidikan masih berjalan, helikopter MI-17 dan sejenis tak diperbolehkan terbang (grounded). ”Total, MI-17 ada delapan dan MI-35 ada lima (grounded),” kata Teguh.
Sebelumnya, pada 14 Juni 2020, Teguh menuturkan, total ada 12 helikopter MI-17 di Skadron 31/Serbu, Semarang, tetapi sebelum kejadian di Kendal, hanya sembilan yang beroperasi.
Sementara itu, dari empat korban selamat, saat ini tiga orang masih dirawat, yakni Prajurit Kepala (Praka) Supriyanto di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, serta Praka Nanang dan Praka Rofiq di RS Tentara Semarang. Adapun Praka Andi tak mengalami luka saat kejadian.
”(Praka Supriyanto) kami lihat perkembangannya, belum bisa lepas dari kritis, tetapi potensinya (sembuh) menggembirakan. Sementara di RST, kemungkinan masih perlu hitungan bulan untuk bisa keluar. Yang satu lagi mungkin dalam waktu dekat, tetapi itu pun harus dengan kursi roda. Namun, intinya tidak kritis,” ujar Andika
Andika juga memberikan santunan kepada sejumlah istri personel TNI AD korban helikopter MI-17, baik yang jatuh di Papua pada 2019 maupun di Kendal. Begitu juga korban helikopter jatuh yang terluka.
Pada kesempatan itu, Andika juga memberikan santunan kepada sejumlah istri dari personel TNI AD korban helikopter MI-17, baik yang jatuh di Papua pada 2019 maupun di Kendal. Begitu juga pada korban helikopter jatuh yang terluka.
”Saya dibantu oleh BRI, Mandiri, BNI, Asabri, dan BP TWP (Badan Pengelola Tabungan Wajib Perumahan) Angkatan Darat dalam memberikan santunan. Kepada keluarga yang ditinggalkan besarannya berbeda-beda, berkisar Rp 450 juta-Rp 490 juta,” ujar Andika.
Sementara itu, pada korban luka jumlahnya lebih kecil. ”Walau tak seimbang dibanding kehilangan prajurit dan suami tercinta, paling tidak memberikan sedikit napas untuk memulai hidup baru,” lanjutnya.