Tak Sabar Dirawat, Belasan Pasien Covid-19 di Blora Pulang Paksa
Puskesmas, pihak desa, dan kecamatan di wilayah tempat tinggal pasien isolasi mandiri diharapkan terus memantau mereka. Permintaan pulang pasien dan keluarganya dinilai akibat ketidaksabaran mereka saat dirawat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
BLORA, KOMPAS — Sebanyak 16 pasien positif Covid-19 di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yang memaksa pulang dan minta dirawat mandiri, diminta tetap disiplin. Ini menandakan munculnya gejala ketidaksabaran dari para pasien dan keluarga. Edukasi kepada keluarga dan masyarakat umum perlu harus terus diberikan agar tak terjadi penularan di permukiman.
Sebelumnya, pada Selasa (16/6/2020), sejumlah warga, yang di antaranya keluarga pasien, mendatangi Klinik Bakti Padma, Blora, atau salah satu tempat isolasi pasien Covid-19 untuk membawa pulang anggota keluarga mereka. Mereka akhirnya diperbolehkan membawa pulang pasien, yang telah dirawat lebih dari sebulan, dengan catatan terus menerapkan protokol kesehatan.
Direktur RSUD Dr R Soetijono Blora, Nugroho Adiwarso, meminta pasien yang meminta isolasi mandiri beserta keluarganya menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Hal itu sudah disepakati saat mereka diperbolehkan pulang.
”Kami harap agar betul-betul disiplin dan melaksanakan apa yang menjadi kesepakatan bersama. Mudah-mudahan segera sembuh sehingga tak menjadi pusat penularan baru,” kata Nugroho, dalam keterangan melalui tayangan video, Kamis (18/6/2020).
Selain itu, puskesmas, pihak desa, dan kecamatan diharapkan terus memantau para pasien. Pelaksanaan tes usap juga harus dipatuhi pasien agar mengetahui perkembangan Covid-19 dengan lebih lanjut.
Menurut Nugroho, tanda kesembuhan di para pasien mulai terlihat. ”Kemarin (dari 16), ada tiga yang negatif meski baru (swab) pertama. Semoga yang kedua juga negatif. Isolasi lebih dari 14 hari juga mudah-mudahan membuat daya penyebaran virus menurun,” ujarnya.
Tak hanya kondisi kesehatan tubuh, tetapi juga psikis. Syarat untuk isolasi mandiri ialah disiplin ketat.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Blora Lilik Hernanto menuturkan, pada masa pandemi Covid-19, dibutuhkan kesabaran luar biasa. Tak hanya kondisi kesehatan tubuh, tetapi juga psikis. Syarat untuk isolasi mandiri ialah disiplin ketat.
”Kalau memang memaksa isolasi mandiri di rumah, keluarga harus mengawasi ketat. Dinyatakan sembuh itu berdasarkan klinis dan laboratoris. Jadi, selain sehat, hasil pemeriksaan laboratorium juga harus negatif. Jika tidak, ini bisa menularkan,” katanya.
Selain itu, ia mengingatkan pentingnya dukungan sosial dari lingkungan sekitar terhadap kesembuhan pasien. Masyarakat diminta mendukung dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, bukannya mendiskriminasi atau mengucilkan pasien Covid-19.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, permintaan pulang paksa di Blora itu karena ketidaksabaran pasien dan keluarganya. Selain itu, ada pemahaman dari keluarga bahwa meski positif, selama kondisi badan sehat, tidak akan terjadi apa-apa. Untuk itu, pengawasan dan edukasi harus terus diberikan.
”Harus terus diedukasi, termasuk keluarga serta masyarakat secara keseluruhan. Ini untuk meyakinkan mereka karena masih ada yang punya persepsi seperti itu. Pengawasan juga terus dilakukan, termasuk dari puskesmas,” kata Ganjar.
Menurut data pada laman Corona Pemkab Blora, hingga Kamis (18/6/2020) pukul 11.17, terdapat 43 kasus positif kumulatif dengan rincian 33 dirawat, 6 sembuh, dan 4 meninggal. Selain itu, terdapat 63 pasien dalam pengawasan kumulatif, 1.043 orang dalam pemantauan kumulatif, dan 669 orang tanpa gejala kumulatif.